Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 Februari 2016

Waspadai Fitnah Harta: Menimbulkan Permusuhan dan Kebencian

WASPADAI FITNAH HARTA : MENIMBULKAN PERMUSUHAN DAN KEBENCIAN

FADHILAH SHAHABAT

Dari riwayat Ma’mar bin Rasyid (wafat : 153 H) dalam kitab Jami’-nya (20036) dari jalan Az Zuhri dari Ibrahim bin Abdirrahman bin ‘auf, beliau berkata:

“Ketika didatangkan kepada Umar pembendaharaan Kisra (Raja Persia: pen), berkata Abdullah bin Al Arqom Az Zuhri kepada Umar:”

“Tidakkah engkau meletakkan harta ini ke Baitul Mal, sampai dibagi-bagikan?”

Berkata Umar: “Tidak ada satupun  atap  yang menaunginya sampai aku berlalu darinya (menyetujuinya:  pen)”

Umar lalu memerintahkan untuk meletakkan harta tersebut di menara / bagian tinggi dari mesjid, maka mereka menginap disana untuk menjaganya, ketika telah datang waktu subuh Umar memerintahkan untuk membukanya, (ketika dibuka) beliau melihat pada harta tersebut terdapat yang berwarna merah dan putih, yang hampir-hampir membuat mata berkilau / bersinar  karena melihatnya, Umar pun menangis.

Berkatalah Abdurrahman bin ‘Auf :

“Apakah yang membuat engkau menangis wahai Amirul Mu’minin? dalam keadaan hari ini adalah benar-benar hari untuk bersyukur, bergembira dan dan bersukacita”

⛔️Umar berkata: “Sekali-kali tidak, sesungguhnya harta ini tidaklah diberikan kepada suatu kaum kecuali dilemparkan kepada mereka rasa permusuhan dan kebencian....”

(Sanadnya Shohih)

✅Dikeluarkan juga oleh Ibnu Abi Syaibah (Wafat : 235 H) dalam kitab Mushonnafnya (34446) secara ringkas, dan juga dikeluarkan oleh Al Baihaqi (wafat : 458 H) dalam kitab Al Kubra (13035) Kedua riwayat ini dari jalan Ma’mar dari Az Zuhri

Sumber: diringkas dari  https://telegram.me/arafatbinhassan

Ditulis Oleh: Ustadz Abu Khuzaimah Al Fadanji Hafizhahullah

(Padang 13 Jumadil ‘Ula 1437 H, 22 Februari 2016)

_____________

[ إنّ هَذَا المَال لَمْ يُعْطِهِ اللهُ ﷻ قَوْمًا قَطُّ إِلَّا أُلْقِى بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ ]

جاء عند معمر بن راشد (ت: 153 هـ) في جامِعِه (20036) من طريق :

الزُّهْرِيِّ، عَنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، قَالَ:

"لَمَّا أُتِيَ عُمَرُ بِكُنُوزِ كِسْرَى، قَالَ لَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْأَرْقَمِ الزُّهْرِيُّ:

أَلَا تَجْعَلُهَا فِي بَيْتِ الْمَالِ حَتَّى تَقْسِمَهَا؟

قَالَ: «لَا يُظِلُّهَا سَقْفٌ حَتَّى أُمْضِيَهَا» ،

فَأَمَرَ بِهَا، فَوُضِعَتْ فِي صَرْحِ الْمَسْجِدِ، فَبَاتُوا يَحْرُسُونَهَا، فَلَمَّا أَصْبَحَ أَمَرَ بِهَا فَكُشِفَ عَنْهَا، فَرَأَى فِيهَا مِنَ الْحَمْرَاءِ وَالْبَيْضَاءِ مَا يَكَادُ يَتَلَأْلَأُ مِنْهُ الْبَصَرُ،

قَالَ: فَبَكَى عُمَرُ !

فَقَالَ لَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ:

مَا يُبْكِيكَ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ؟

فَوَاللَّهِ إِنْ كَانَ هَذَا لَيَوْمَ شُكْرٍ، وَيَوْمَ سُرُورٍ، وَيَوْمَ فَرَحٍ !

فَقَالَ عُمَرُ:

«كَلَّا، إِنَّ هَذَا لَمْ يُعْطَهُ قَوْمٌ إِلَّا أُلْقِيَ بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ ...» والقصة لها تَتِمّة.

[ إسناده صحيح ]

▫️ وأخرجه :

ابن أبي شيبة (ت: 235 هـ) في مُصنفه (34446) مختصرا والبيهقي (ت: 458 هـ) في الكُبرى (13035) كلاهما من طريق معمر عن الزهري.

_________________

Hashtag:
#mewaspadai_fitnah_harta

Posting:
#Senin, 22 Februari 2016
Jam 15.30 WIB

~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Publikasi :
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Link Access :
https://bit.ly/SilsilatusSholihinPadang
---------------------------
https://telegram.me/SilsilatusSholihin

====================
Ⓜ️Ma'had Silsilatus Sholihin Padang

Sabtu, 11 April 2015

LIHATLAH KEPADA DIRIMU, BUKAN ORANG LAIN!


------------
LIHATLAH KEPADA DIRIMU, BUKAN ORANG LAIN!

_________
ﻗـــﺎﻝ ﺷﻴﺦ ﺍﻹﺳﻼﻡ رحمـــه الله :
"ﻭﺇﺫﺍ ﺭﺃﻳﺖ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻳﻘـــﻊ ﻓﻲ ﺍﻟﻨــﺎﺱ ﺇﺫﺍ ﺁﺫﻭﻩ ، ﻭﻻ ﻳﺮﺟـــﻊ ﺇﻟﻰ ﻧﻔﺴـــﻪ ﺑﺎﻟﻠﻮﻡ ﻭﺍﻻﺳﺘﻐﻔـــﺎﺭ، ﻓﺎﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﻣﺼﻴﺒﺘﻪ ﻣﺼـــﻴﺒﺔ ﺣﻘﻴﻘﻴـــﺔ.
ﻭﺇﺫﺍ ﺗﺎﺏ ﻭﺍﺳﺘﻐﻔـــﺮ ﻭﻗــﺎﻝ : ﻫﺬﺍ ﺑﺬﻧﻮﺑﻲ، ﺻــــﺎﺭﺕ ﻓﻲ ﺣﻘـــﻪ ﻧﻌﻤـــﺔ"

‏( ﺟـــﺎﻣﻊ ﺍﻟﻤﺴــﺎئل : ١/ ١٦٩ ‏)

منقول من مجموعــة دروس الـــعلم

                                 ✹✹✹

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -رحمه الله- berkata:

"Apabila kamu melihat seorang hamba Allah menceritakan orang-orang ketika mereka mengganggunya -sedang ia tidak  mengembalikan (sebab gangguan itu) kepada dirinya dengan menyalahkan dirinya sendiri dan beristighfar- maka KETAHUILAH bahwa musibah kepadanya benar-benar musibah!

Adapun seandainya ia bertaubat dan beristighfar (ketika mendapat gangguan dari orang lain) seraya berkata:
"INI SEBAB DOSA-DOSAKU!"
Maka musibah itu berubah menjadi nikmat baginya."

Sumber: Jami'ul Masaail (1/ 169)

                           ----

Catatan:

▪Musibah yang membuat seseorang tidak introspeksi DIRI bahkan menyalahkan orang lain maka musibah itu tidak memberikan kebaikan malah menjadi sebab ia MENGGUNJING orang lain. Sehingga musibah itu benar-benar musibah.

▪Adapun seseorang yang mendapat gangguan kemudian ia MUHASABAH (introspeksi diri) dan ia menganggap itu AKIBAT KELALIMAN DAN KEMAKSIATANNYA di waktu lalu yang berujung munculnya rasa takut kepada Allah SEHINGGA ia bertaubat dan memohon ampunan dari dosa-dosanya.

Orang ini telah menjadikan musibah berbuah nikmat dengan melakukan amalan sholih: TAUBAT dan ISTIGHFAR.

                                ✲✹✲

Dinukil dari : Majmu'ah Duruusil 'Ilmi.
✒ Alih Bahasa:
Al Ustadz Abu Yahya (Solo) Al Maidaniy -hafidzahullah- [FBF-5]

______________
مجموعـــــة توزيع الفـــــوائد
❂ WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | www.alfawaaid.net

Kamis, 09 April 2015

QOLBU, JIKA DIA DISIBUKKAN ...

Hui❌ القلب اذا انشغل بالباطل ❌
لم يبق للحق فيه محل

كما أنه إذا انشغل بالحق
لم يبق فيه للباطل محل

ابن عثيمين
شرح بلوغ المرام 
〰〰〰〰〰〰〰

7⃣ PERMATA SALAF

✅Berkata Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin:

       QOLBU

❌Apabila disibukkan dengan kebatilan ❌
Tidak akan tersisa padanya tempat untuk kebenaran
✨ Sebagaimana apabila Qolbu itu disibukkan dengan kebenaran
Tidak akan tersisa padanya tempat untuk kebatilan

Syarah Bulughul Maram

Mujahid Al Muharam

WA KaPuAs KalBar
Via WA Al-Manshuroh

Senin, 06 April 2015

PETIKAN PETUAH ULAMA

  〰〰

PETIKAN PETUAH ULAMA

من أقوال العلماء
قال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله : 

✏️الإنسان الموفق يكون دائما في يقظة ، والمخذول يكون دائما في غفلة ،

قال الله تعالى : (( ولا تطع من أغفلنا قلبه عن ذكرنا واتبع هواه وكان أمره فرطا )) ،

ولهذا إذا رأيت من نفسك أنك لا تعمل وتمضي عليك الأيام فاتهم نفسك ، فإن قلبك يكون غافلا عن ذكر الله عز وجل؛ لأن من أقبل على الله بارك له في وقته وفي عمله ، وكانت ساعاته كلها معمورة بما فيه الخير.


( شرح الكافية الشافية / ج4 / ص109 ).

Berkata Asysyaikh Muhammad Bin Shalih Al'Utsaimin Rahimahullah:

Seorang insan yg diberi taufiq (oleh Allah) niscaya ia akan senantiasa dalam kewaspadaan,
Sedangkan seorang yg terlenakan niscaya ia akan terus menerus dalam kelalaian

Allah Ta'ala berfirman;

artinya:
"Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas "
(Qs Alkahfi 28)

Maka dari itu apabila anda melihat pada dirimu bahwasannya anda tidak beramal shalih sementara hari-hari berlalu begitu saja maka tuduhlah keadaan dirimu, karena sesungguhnya hatimu telah menjadi lalai dari mengingat Allah Azza wa Jalla.
Karena seorang yg sesantiasa mengingat Allah maka Allah akan memberikan barakah (kebaikan yg banyak) kepadanya, terhadap waktunya demikian pula terhadap amalannya , Sehingga seluruh waktunya akan terisi dengan apa-apa yg didalamnya berupa kebaikan

Sumber:  Syarhu Alkaafiyah Asysyaafiyah, juz 4 hal 109

Alih bahasa: Abu Alifah Ayyub hafizhahullah

TIS

Via WA Al-Manshuroh

Senin, 16 Maret 2015

LEBIH BAIK KITA SELAMAT DAN MEREKAPUN SELAMAT

--------------

☆ LEBIH BAIK KITA SELAMAT DAN MEREKAPUN SELAMAT

________________
Dahulu Ibrahim An-Nakho'iy -rahimahullahu ta'ala- merupakan orang yang matanya buta satu dan muridnya Sulaiman bin Mihran lemah penglihatannya, dan telah meriwayatkan dari keduanya Ibnul Jauzy dalam kitabnya "Al-Muntadzom” bahwa waktu itu mereka pernah berjalan berdua pada salah satu jalan di Kufah yang mana mereka berdua hendak ke Masjid.

Dan ketika mereka berdua berjalan di jalan,

▪Berkata Imam An-Nakho'iy:
"Wahai Sulaiman ! Bagaimana kalau kamu mengambil suatu jalan dan aku mengambil jalan yang lain?

Karena sesungguhnya aku takut apabila kita berjalan bersama melewati orang-orang yang bodoh, pasti mereka berkata orang yang buta sebelah menuntun orang yang lemah penglihatannya ! Sehingga membuat mereka MENGGHIBAHI kita dan mereka berdosa”.

▫Berkata Al-A'masy:
"Wahai Abu 'Imran! Bagaimana pendapatmu jika kita berpahala dan mereka berdosa?!”

▪Maka berkata Ibrahim An-Nakho'iy:
"Yaa Subhanallah! (Terheran dan kaget), akan tetapi kita selamat dan mereka selamat lebih baik daripada kita berpahala dan mereka berdosa”.

Dinukil dari kitab "Al-Muntadzom fit Taarikh” (7/15).

                      ---- ----

___________________
كانَ إبراهيمُ النخعيُّ رحمهُ اللهُ تعالى أعورَ العينِ.
وكانَ تلميذهُ سليمانُ بنُ مهرانٍ أعمشَ العينِ (ضعيفَ البصرِ)

وقد روى عنهما ابنُ الجوزيّ في كتابهِ [المنتظم] أنهما سارا في أحدِ طرقاتِ الكوفةِ يريدانِ الجامعَ

وبينما هما يسيرانِ في الطريقِ
▪قالَ الإمامُ النخعيُّ: يا سليمان! هل لكَ أن تأخذَ طريقًا وآخذَ آخرَ؟ 
فإني أخشى إن مررنا سويًا بسفهائها، لَيقولونَ أعورٌ ويقودُ أعمشَ! فيغتابوننا فيأثمونَ.
▫فقالَ الأعمشُ: يا أبا عمران! وما عليك في أن نؤجرَ ويأثمونَ؟!
▪فقال إبراهيم النخعي : يا سبحانَ اللهِ! بل نَسْلَمُ ويَسْلَمونُ خيرٌ من أن نؤجرَ ويأثمونَ.

المنتظم في التاريخ (7/15).
منقول: مجموعة أهل الأثر

Dinukil dari:
Majmu’ah Ahlul Atsar
✒ Alih Bahasa:
Abu Kuraib bin Ahmad (Bandung)حفظه الله  [FBF-1]

__________________
مجموعــــــة توزيع الفــــــوائد
❂ WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | www.alfawaaid.net

Kamis, 05 Maret 2015

BERBAGAI MASHALIH dan HIKMAH PADA IBADAH

--------------------
BERBAGAI MASHALIH dan HIKMAH PADA IBADAH

asy-Syaikh Al-'Allamah Rabi' bin Hadi Al Madkhali berkata:

"Allahu akbar..., pada ibadah-ibadah ini terdapat banyak mashlahat bagi para hamba.

Ketika seseorang membasuh kedua telapak tangannya pada saat berwudhu', maka seluruh dosa yang dia kerjakan dengan kedua telapak tangannya akan berjatuhan.

Ketika dia membasuh wajahnya, seluruh dosa yang dilihat oleh matanya akan berjatuhan .

Ketika membasuh kedua lengannya, seluruh dosa yang dia perbuat dengan kedua tangannya akan berjatuhan.

Apabila dia mengakhiri wudhu' dengan membaca: ....

أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدًا رسول الله،

"Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad -shallallahu 'alaihi wasallam- adalah utusan Allah. "

Maka Allah bukakan baginya pintu-pintu Jannah (surga).
  
Tidakkah engkau melihat mashlahat-mashlahat wudhu' ini? Lalu bagaimana dengan shalat, zakat, dan ibadah-ibadah lainnya?

✅  Tidaklah Allah mensyari'atkan bagi hambaNya suatu perkara melainkan untuk suatu mashlahat dan hikmah bagi hambaNya. Allah adalah Dzat yang Maha Lembut, Maha Penyayang, Maha Kaya dan Maha Terpuji."

Nafahat al-Huda wa al-Iman min Majalis Al-Qur'an, hal. 31

••••••••••••••••••
Majmu'ah Manhajul Anbiya

--------------------------------------

Rabu, 17 Desember 2014

Hikmah Adanya Perselisihan


⭐ Ensiklopedia Adab
Hikmah Adanya Perselisihan
قوله تعالي ((ً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ.... )) من سورة هود :119
قال العلامة عبد الرحمن بن ناصر السعدي رحمه الله تعالي:
اقتضت حكمته، أنه خلقهم، ليكون منهم السعداء والأشقياء، والمتفقون والمختلفون، والفريق الذين هدى الله, والفريق الذين حقت عليهم الضلالة، ليتبين للعباد، عدله وحكمته، وليظهر ما كمن في الطباع البشرية من الخير والشر، ولتقوم سوق الجهاد والعبادات التي لا تتم ولا تستقيم إلا بالامتحان والابتلاء.
مصدر:
http://www.albaidha.net/vb/showthread.php?t=12510
Allah ta'ala berfirman:
"Tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat kecuali orang- orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu."
[QS. Hud: 119]
Berkata Al-'Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di rahimahullahu ta'ala:
"Hikmah Allah ta'ala menetapkan bahwa mereka diciptakan ( senantiasa berselisih)
agar ada dari sebagian dari mereka yang bahagia dan ada yang celaka.
Ada yang bersatu dan ada yang berselisih.
Ada golongan yang Allah ta'ala beri petunjuk dan ada golongan yang tersesat.
Demikian pula agar nampak keadilan dan hikmah-Nya bagi manusia.
Juga supaya nampak apa yang tersembunyi dari tabiat manusia berupa hal yang baik dan yang buruk,
serta tegaknya jihad dan ibadah yang mana keduanya tidak akan sempurna dan istiqamah, kecuali dengan melewati sebuah ujian dan cobaan.
Taisirul Karimir Rahman
أبو زلفي أنس
WhatsApp Al-Ukhuwwah
----------------------
إتباع الستة
♨ Ittiba'us Sunnah


Rabu, 26 November 2014

PERBEDAAN ANTARA "ADZ-DZUNUB" (DOSA-DOSA) DAN "AS-SAYYIAT" (KEJELEKAN)


※※※※※※

"FAEDAH YANG DITULIS DENGAN (LINANGAN) AIR MATA"

--PERBEDAAN ANTARA "ADZ-DZUNUB" (DOSA-DOSA) DAN "AS-SAYYIAT" (KEJELEKAN)--

فائدة تكتب بماء العين?

الفرق بين الذنوب والسيئات

قال ابن القيم رحمه الله:

حيثما وردت الذنوب في القرآن فالمراد بها الكبائر، وحيثما وردت السيئات فالمراد بها الصغائر..

✨ وعند التأمل في آيات القرآن الكريم نجد: أن لفظ (المغفرة) يرد مع الذنوب.
ولفظ (التكفير) يرد مع السيئات. قال تعالى: {ربنا فاغفر لنا ذنوبنا وكفر عنا سيئاتنا}،

وذلك لأن لفظ (المغفرة) يتضمن الوقاية والحفظ. و(التكفير) يتضمن الستر والإزالة. والدليل على أن السيئات هي الصغائر، والتكفير لها: قوله تعالى: {إن تجتنبوا كبائر ما تنهون عنه نكفر عنكم سيئاتكم}.

[ مدارج السالكين (317/1)]

❈❈❈❈❈❈❈❈❈❈❈❈❈❈

Berkata Ibnul Qayyim Rahimahullah :

Di mana saja terdapat lafadz "الذنوب " (Adz-Dzunub) di dalam Al-Quran maka yang dimaksud dengannya adalah dosa-dosa besar, dan di mana terdapat lafadz "السيئات " (As-Sayyiat) maka yang dimaksud dengannya adalah dosa-dosa kecil.

Kalau kita perhatikan pada ayat-ayat Al-Quranul Karim maka akan kita jumpai:

Bahwa lafazh "المغفرة" (Al-Maghfirah) ini berhubungan dengan Adz-Dzunub.

Sedangkan lafadz "التكفير" (At-Takfiir) berhubungan dengan As-Sayyiat.

Allah Ta'ala berfirman (Artinya) :
"Wahai Rabb kami ampunilah  dosa-dosa kami (dzunubana) dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami (sayyiatina)."

Maka dari itu dikarenakan lafazh Al-Maghfirah (المغفرة) terkandung padanya pencegahan dan penjagaan.
Sedangkam lafazh At-Takfir (التكفير) Terkandung padanya menutupi dan menghapus.

Dan dalil bahwasannya lafadz As-Sayyiat itu adalah "Ash-Shaghair"(dosa-dosa kecil) dan padanya itu penghapusan adalah firman Allah Ta'ala (Artinya) :
"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil)." (QS. An-Nisa': 31)

  [Madarijus Salikin 1/317]

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'aalaa mengampuni dosa-dosa dan kejelekan-kejelekan kita dan semoga Allah Jalla wa 'Ala menjaga kita dari setiap kesesatan dan penyimpangan.

〰〰
✰ ~ Al-'Ilmu | العلم
Via WA Ittiba'us Sunnah

Senin, 03 November 2014

HIKMAH DISYARI'ATKANNYA PUASA

HIKMAH DISYARI'ATKANNYA PUASA

Sesungguhnya dalam puasa terdapat pembersihan, pemurnian, penyucian jiwa dari pergaulan yang kurang baik, dan akhlak yang tidak baik karena dengan puasa dapat menyempitkan aliran perjalanan syaithon dalam tubuh manusia, karena syaithon berjalan pada tubuh Bani Adam seperti mengalirnya aliran darah pada tubuh manusia, maka apabila seseorang makan dan minum, akan membentangkan pintu-pintu syahwat dari jiwa, sehingga melemahnya dan berkurangnya hasrat dan keinginan dalam beribadah, sedangkan shaum sebaliknya.

Dan berpuasa dapat meningkatkan diri kita kepada meninggalkan keinginan-keinginan dunia beserta syahwatnya dan berhasrat keinginan kita pada kampung akhirat yang kekal, juga di dalam berpuasa terdapat pendorong jiwa untuk bersimpati dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang miskin pada saat kita berpuasa, yaitu merasakan sakitnya rasa lapar dan haus, karena shaum adalah salah satu bentuk peribadahan kepada Allah azza wa jalla dengan niat menahan diri dari makan, minum, bersetubuh dan sebagainya, dari terbit matahari hingga terbenamnya, dan diiringi di dalam shaum menahan diri dari perkataan buruk, dusta dan sebagainya.

Begitupun para salaf dalam berpuasa seperti yang dikatakan oleh shahabat Jabir bin Abdillah -radhiyallahu anhuma-:

"Apabila kamu berpuasa maka hendaknya penglihatan, pendengaran dan lisanmu berpuasa juga dari dusta dan perbuatan yang haram. Tinggalkan perbuatan-perbuatan yang mengganggu tetangga. Hendaknya kamu bersikap bijak dan tenang. Janganlah kamu menjadikan antara hari berpuasamu dan hari berbukamu sama saja”

(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no. 8981)

Sehingga jangan sampai puasa kita hanya rasa lapar dan haus saja seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam sunannya, dari shahabat Abu Hurairah -radhiyallahu anhu-: bahwa Nabi shallahu alaihi wa sallam berkata:

"رب صائم ليس له من صيامه إلا الجوع“

"Berapa banyak orang berpuasa, namun tidak ada baginya dari puasa tersebut kecuali rasa lapar saja”

(HR Ibnu Majah dishahihkan oleh Al Albani -rahimahumallahu-)

Nafa'aniyallahu wa iyyakum biha ...

✒Ditulis di Masjid Sunnah Fiyush-Yaman oleh Abu Kuraib Bandung

(Terinspirasi dari Kitab Mulakhos fiqhiyyah libni Al Fauzan -hafidzohullahu ta'alaa-)

WA Salafy Lintas Negara

Rabu, 10 September 2014

KETIKA HATI TERKAIT ILMU

KETIKA HATI TERKAIT ILMU
Para ulama selalu berkutat dengan ilmu syar'i dalam kesehariannya. Ilmu selalu menjiwai mereka mulai ketika membuka mata di sepertiga malam hingga menutupnya kembali selepas isya. Detik-detik kesehariannya tak pernah terlepas dari peribadahan termulia, menuntut, mengamalkan, dan menyebarkan ilmu syar'i. Buah terindah dari cinta ilmu syar'i yang terpatri di hati mereka yang paling dalam.
Al Imam Abul Abbas Muhammad bin Ya'qub Al Ashom merupakan muhadits besar di zamannya. Beliau menyampaikan hadits dalam majelisnya selama 76 tahun. Selain sibuk memberikan hadits, beliau juga seorang muadzin. Beliau selalu mengumandangkan adzan di masjidnya selama 70 tahun.
Al Hakim menceritakan, "Pada suatu hari, saya menghadiri Abul Abbas di masjidnya. Beliau keluar untuk mengumandangkan adzan shalat asar. Maka beliau berdiri di tempat muadzin. Lalu beliau berkumandang dengan suara yang lantang,
أخبرنا الربيع بن سليمان أخبرنا الشافعي
'Telah mengabarkan kami, Ar Rabi' bin Sulaiman, telah mengabarkan kami, As Syafi'i.'
Lalu beliau tertawa, dan manusia pun tertawa, kemudian beliau mengumandangkan adzan. (Al Ansab 1/297)
Al Imam Muslim bin Hajaj telah terlalu masyhur di tengah kaum muslimin dengan karya spektakulernya, Shahih Muslim. Satu di antara dua kitab karya manusia yang mengabadikan hadits-hadits sahih dan diterima umat dengan penerimaan sepenuhnya. Kesehariannya selalu sibuk dengan ilmu syar'i hingga terkadang lupa dengan yang lainnya karena terlalu asyik dengan ilmu syari.
Berkata Ahmad bin Salamah, "Al Imam Muslim terikat pada suatu majelis mudzakaroh. Disebutkan padanya suatu hadits dan beliau tidak mengetahuinya.
Lalu beliau berpaling ke kamarnya. Menyalakan lampu dan berkata kepada yang di rumahnya, 'Jangan masuk salah seorang pun dari kalian!' Maka dikatakan padanya, 'Kita dihadiahi satu keranjang kurma.' Beliau berkata, 'Sajikanlah,' Maka mereka menyajikan satu keranjang kurma itu untuknya. Beliau mulai mencari hadits itu sambil memakan kurma, butir demi butir. Kemudian beliau berpagi hari dan telah mendapatkan hadits itu serta kurma itu pun habis tak bersisa!"
Meriwayatkan kisah itu Al Hakim lalu beliau berkata, "Menambahkan kepadaku seorang yang terpercaya dari kalangan sahabat kami, bahwa beliau meninggal dunia karena kejadian itu." (Tarikh Baghdad, 13/103)
Masya Allah.. betapa indah ilmu itu mengkait hati mereka. Seberapakah hati Anda terkait dengan ilmu?
Purworejo, 14 Dzulqa'dah 1435H,
Yang Ingin Terkait,
Abu Abdillah Zaki Ibnu Salman


Jumat, 15 Agustus 2014

Belajar Adab Sebelum Belajar Ilmu

Belajar Adab Sebelum Belajar Ilmu

قال العلامة ابن سعدي -رحمه الله :

«من الآداب الطيبة: إذا حدَّثك المحدِّث بأمر ديني، أو دنيوي -ألا تنازعه الحديث إذا كنت تعرفه، بل تصغي إليه إصغاء من لم يعرفه، ولم يَمُرَّ عليه، وتريه أنك استفدت منه، كما كان أَلِبَّاءُ الرجال يفعلونه.
وفيه من الفوائد تنشيط المحَدِّث، وإدخال السرور عليه، وسلامتك من العجب بنفسك، وسلامتك من سوء الأدب؛ فإن منازعة المحدث في حديثه من سوء الأدب».
_____________
الرياض الناضرة ص231

Berkata Al-'Allamah Ibn Sa'dy Rahimahullah:

"Termasuk adab yang baik adalah apabila seorang muhaddits menyampaikan kepadamu tentang perkara agama atau perkara duniawi maka janganlah engkau menyelisihinya dalam hal hadits tersebut jika engkau sudah  mengetahuinya, akan tetapi dengarkanlah  sebagaimana mendengarnya seorang yang belum pernah mengetahuinya, dan jangan pula engkau mengacuhkan begitu saja, namun tampakkanlah bahwa engkau mengambil faedah darinya sebagaimana para penyambut tamu menyambutnya.

Maka didalamnya terdapat faedah diantaranya menghargai sang muhaddits tersebut serta memasukkan perasaan senang kepadanya, serta akan menyelamatkanmu dari perasaan 'ujub dan bangga diri, serta menyelamatkanmu dari adab yang jelek, karena menyelisihi muhaddits pada hadits yang sedang ia sampaikan adalah termasuk adab yang jelek."

__________
Ar-Riyadhu An-Nadhirah, hal. 231.

Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita, dan semoga Allah mengokohkan kita diatas Sunnah. Semoga bermanfaat.

بارك الله فيكم

Senin, 23 Juni 2014

Manakah Yang Lebih Utama: Membaca Al Qur'an Dengan Tadabbur (Menghayati) Atau Memperbanyak Mengkhatamkan Al Qur'an Tanpa Adanya Tadabbur?

➖Riset➖➖➖➖➖

MANAKAH YANG LEBIH UTAMA: MEMBACA AL QUR`AN DENGAN TADABBUR (MENGHAYATI) ATAU MEMPERBANYAK MENGKHATAMKAN AL QUR`AN TANPA ADANYA TADABBUR?

Pada bulan Ramadhan dapat kita saksikan umat Islam bersemangat dalam memperbanyak amalan-amalan shalih dengan semangat yang tidak kita jumpai semisalnya pada bulan-bulan selain Ramadhan. Di antara amalan yang paling banyak dikerjakan padanya adalah membaca Al Qur`an.

Namun tentunya patut untuk diingat bahwa semangat tanpa didasari ilmu tidaklah membuahkan hasil yang optimal, bahkan bisa jadi tidak membuahkan apa-apa. Orang yang memiliki ilmu lah yang akan meraih hasil yang banyak dari kesempatan yang diberikan Allah kepadanya untuk beramal pada bulan Ramadhan ini dan pada bulan-bulan selainnya.

Maka berikut kami bawakan terjemahan dari beberapa perkataan ulama tentang perbandingan antara membaca Al Qur`an dengan tartil dan penghayatan, dengan bacaan Al Qur`an dengan cepat untuk memperbanyak mengkhatamkan Al Qur`an. Agar kita bisa memilih mana di antara keduanya yang lebih baik untuk kita amalkan.

Asy Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmy – rahimahullah – pernah ditanya, “Manakah yang lebih afdhal, seseorang membaca Al Qur`an dan mengkhatamkannya beberapa kali, ataukah membacanya dengan perlahan beserta tafsirnya satu kali atau dua kali (khatam) di bulan Ramadhan?”
Maka beliau – rahimahullah – menjawab, “Demi Allah, apabila dia hanya mengkhatamkannya satu kali beserta tafsirnya dan memahami-(makna)nya, lebih baik daripada membacanya dengan cepat seperti itu.
Abdullah bin Mas’ud ketika seseorang berkata padanya, “Aku telah membaca surat-surat mufasshal semalam.” Al Mufasshal panjangnya empat juz. Dari surat Qaf dan surat-surat yang setelahnya. Maka Abdullah berkata pada orang itu, “Kamu membacanya dengan cepat seperti membaca syair??!” (yaitu beliau mengingkarinya – pen).

Maka seharusnya seseorang membaca Al Qur`an dengan penuh perhatian. Sedangkan apabila dia telah mengerti (maknanya), misalnya sebelum ini dia pernah membaca tafsir dan jelas maknanya baginya, maka yang lebih baik untuknya dia membaca dengan perlahan dan penuh perhatian sambil mengingat kembali tafsir yang pernah dibacanya.”

Ibnul Qayyim – rahimahullah – telah membahas permasalahan ini dalam kitabnya Zadul Ma’ad. Beliau berkata, “Para ulama berselisih, manakah yang lebih afdhal? Antara tartil serta sedikitnya bacaan ataukah cepat dan banyaknya bacaan?
Di sana ada dua pendapat:

♻{Pendapat Pertama:}

Adapun Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas – radhiallahu ‘anhuma – dan yang selain keduanya berpendapat bahwasanya membaca dengan tartil dan tadabbur disertai sedikitnya bacaan lebih afdhal dari bacaan yang cepat lagi banyak.
Mereka berhujjah :
. Bahwa yang diinginkan dari bacaan Al Qur`an adalah memahami maknanya, meresapinya, mengerti kandungannya, dan beramal dengannya. Adapun membaca dan menghafalnya hanya sebagai perantara yang mengantarkan kepada (pemahaman) makna-makna yang terkandung di dalamnya. Sebagaimana sebagian salaf berkata: Al Qur`an itu diturunkan untuk diamalkan. Maka mereka merealisasikan bacaan Al Qur`an dalam amalan. Oleh karena itu, Ahlul Qur`an adalah orang-orang yang beramal dengannya, beramal dengan apa yang terkandung padanya walaupun tidak menghafalnya. Sedangkan orang yang menghafalnya namun tidak memahaminya serta tidak beramal dengan apa yang terkandung di dalamnya, tidak termasuk ahlul Qur`an. Walaupun dia meluruskan bacaan huruf-hurufnya sebagaimana seseorang meluruskan anak panah.

. Karena iman adalah amalan yang paling afdhal. Sedangkan memahami Al Qur`an dan menghayatinya, itulah yang dapat membuahkan keimanan. Adapun sekedar membaca tanpa pemahaman dan penghayatan, maka itu bisa dilakukan oleh orang baik ataupun jahat, orang beriman ataupun munafiq, sebagaimana Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
( ومثل المنافق الذي يقرأ القران كمثل الريحانة : ريحها طيب ، وطعمها مر)
“Dan permisalan orang munafiq yang membaca Al Qur’an adalah seperti Raihanah (sejenis tumbuhan) baunya harum namun rasanya pahit.”

Manusia dalam permasalahan ini ada empat tingkatan:
✔Orang yang memiliki (bacaan/hafalan) Al Qur`an dan keimanan. Merekalah sebaik-baik manusia.
✔Orang yang tidak memiliki (bacaan/hafalan) Al Qur`an dan tidak memiliki keimanan.
✔Orang yang diberikan Al Qur’an namun tidak diberikan keimanan.
✔Orang yang diberikan keimanan namun tidak diberikan Al Qur`an.

. Sebagaimana orang yang diberi keimanan tanpa diberi hafalan Qur`an itu lebih afdhal dibandingkan orang yang diberikan hafalan Qur`an namun tidak diberi keimanan. Maka demikian pula, orang yang diberi penghayatan dan pemahaman dalam membaca (Al Qur`an), lebih afdhal dibandingkan banyak dan cepatnya bacaan (Al Qur`an) tanpa adanya penghayatan.

. Ini adalah bimbingan Nabi – shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dahulu beliau membaca surat dengan tartil sampai (seakan-akan) menjadi lebih panjang dari (surat) yang lebih panjang darinya. Dan juga beliau berdiri (shalat malam) dengan satu ayat sampai datangnya pagi.

♻Pendapat Kedua:

Adapun murid-murid Al Imam Asy Syafi’i – rahimahullah – (yaitu ulama yang bermadzhab Asy Syafi’i) berpendapat: memperbanyak bacaan lebih afdhal.
Mereka berhujjah :
. Dengan hadits Ibnu Mas’ud – radhiallahu ‘anhu – dia berkata: Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – bersabda:
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al Qur`an) maka dia mendapatkan dengannya satu kebaikan, dan kebaikan itu (diganjar) dengan sepuluh kali lipatnya. Dan aku tidak mengatakan “alif lam mim” terhitung satu huruf, akan tetapi “alif” satu huruf, “lam” satu huruf, dan “mim” satu huruf” diriwayatkan oleh At Tirmidzy dan beliau menshahihkannya.
. Karena Utsman ibnu ‘Affan – radhiyallahu ‘anhu – membaca Al Qur`an (seluruhnya) dalam satu rakaat. Dan mereka juga menyebutkan atsar-atsar dari banyak salaf tentang memperbanyak bacaan Al Qur`an.

DAN YANG BENAR DALAM PERMASALAHAN INI ADALAH:

Bahwa pahala bacaan dengan tartil dan penghayatan itu lebih besar dan lebih tinggi dari sisi nilainya. Sedangkan pahala banyaknya bacaan itu lebih banyak dari sisi jumlahnya.

Adapun yang pertama (yaitu bacaan dengan tartil dan penghayatan): seperti orang yang bersedekah dengan sebuah permata yang amat indah, atau membebaskan seorang budak yang harganya sangat tinggi. Sedangkan yang kedua (yaitu bacaan cepat dan banyak) seperti orang yang bersedekah dengan dirham (uang perak) yang banyak, atau membebaskan beberapa orang budak yang berharga murah.

Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dari Qatadah, dia berkata, “Aku bertanya pada Anas tentang bacaan Nabi – shallallahu ‘alaihi wa sallam –. Maka dia menjawab, “Dahulu beliau memanjangkan bacaannya” (yaitu pada tempat-tempat mad yang memang harus  dipanjangkan - pent).

Dan berkata Syu’bah, “Telah menceritakan kepada kami Abu Jamrah bahwa dia berkata, “Aku berkata kepada Ibnu ‘Abbas, “Saya ini adalah orang yang cepat dalam membaca. Bahkan bisa saja aku membaca Al Qur`an sekali atau dua kali dalam semalam.”

Maka Ibnu ‘Abbas menasehatinya, “Kalau saja aku hanya membaca satu surat (dalam semalam) itu lebih aku senangi daripada melakukan hal yang kamu lakukan itu. Apabila kamu harus melakukannya (membaca cepat) maka bacalah dengan bacaan yang dapat didengarkan oleh kedua telingamu dan dimengerti oleh hatimu.”

Berkata Ibrohim, “Pernah ‘Alqamah membacakan (Al Qur`an) kepada Ibnu Mas’ud –dan ia adalah seorang yang merdu suaranya –. Ibnu Mas’ud pun mengarahkan, “Bacalah dengan tartil, - ayah  dan ibuku menjadi tebusanmu. Karena tartil itu merupakan hiasan Al Qur`an.”

Ibnu Mas’ud pernah berkata, “Jangan kalian membaca Al Qur`an dengan cepat sebagaimana membaca syair. Dan jangan menghamburkannya seperti menghamburkan daqol (kurma yang jelek). Berhenti dan pahamilah keajaiban-keajaibannya, kemudian jadikan hati-hati kalian tergerak dengannya. Janganlah keinginan seseorang dari kalian itu hanya untuk mencapai akhir surat.”

Dan beliau pun juga berkata, “Apabila kamu mendengar Allah berfirman يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا  maka pusatkan pendengaran kalian padanya. Bisa jadi itu suatu kebaikan yang kamu diperintahkan dengannya, atau suatu kejelekan yang kamu dihindarkan darinya.” ” 

[Lihat kitab Zaadul Ma’ad, 1/305-308]

WhatsApp Thullab Fuyusy

➖➖➖➖➖➖➖

Faedah di atas dari al-Akh Abu Ahmad Abdul Mannan, salah seorang thalib di Daarul Hadits, Fuyush.

-------------------------------------
WhatsApp Salafy Lintas Negara

Minggu, 22 Juni 2014

Pelajarilah Ilmu Syar'i

------------

PELAJARILAH ILMU SYAR'I

_________
Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu 'anhu berkata,

"Wajib atas kalian (mempelajari) ilmu. Karena mencarinya adalah ibadah, mempelajarinya karena Allah merupakan amal kebaikan, mencurahkannya bagi pemilik ilmu adalah taqarrub, mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak berilmu adalah shadaqah, membahasnya adalah jihad, dan mengingat-ingatnya adalah tasbih."

[ ad-Dailami 2238, Tadzkirah as-Sami' 35, Majmu' al-Fatawa IV/42 ]

       -----      -----

Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu berkata,

"Wajib atas kalian (mempelajari) ilmu, sebelum ilmu itu diangkat. Diangkatnya ilmu tersebut adalah dengan perginya (wafatnya) para 'ulama.

Wajib atas kalian (mempelajari) ilmu, karena kalian tidak tahu kapan dia butuh terhadap ilmu yang ada padanya.

Kalian akan dapati orang-orang yang mengira sedang mengajak (berdakwah) kepada Kitabullah (al-Qur`an), padahal dia telah mencampakkan al-Qur`an tersebut ke belakang punggung mereka.  Wajib atas kalian (mempelajari) ilmu, … "

[ ad-Darimi (143), Ibnu Wadhdhah (23), al-Ibanah I/324, al-Lalikai I/87 ]


----------------------------

WA Forum Berbagi Faidah. Dikutip dari WA Miratsul Anbiya

Sabtu, 21 Juni 2014

KEUTAMAAN ILMU DAN AMAL SHALIH

----------

KEUTAMAAN ILMU DAN AMAL SHALIH


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

"وَالْخَيْرُ وَالسَّعَادَةُ وَالْكَمَالُ وَالصَّلَاحُ مُنْحَصِرٌ فِي نَوْعَيْنِ: فِي الْعِلْمِ النَّافِعِ، وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ."
مجموع الفتاوى  ١٩/ ١٦٩

“Kebaikan, kebahagiaan, kesempurnaan, dan kebagusan tersarikan pada dua hal:
Ilmu yang bermanfaat, dan
Amal shalih.”

Majmu’ Fatawa 19/169
 
 WhatsApp Miratsul Anbiya Indonesia 1

~~~~~~~~~~~~~

Jumat, 13 Juni 2014

HIKMAH PUASA


حِكمَة الصِّيَام
ِ

قال الشيخ عبد الرحمن بن ناصر السعدي رحمه الله:
"أمَّا حِكمَة الصِّيَامِ ، فَقَد ذَكَرَ اللَّه في ذَلِكَ معنى جامعًا فَقَالَ:
(يَا أيهَا الذِينَ آمْنُوَا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ على الذِينَ مِن قَبْلِكُم ْ لَعَلَّكُمْ تَتَّفُّونَ) [البقرة: ١٨٣]
يَجمَعُ جَميعَ مَا قَالَهُ النَّاسُ في حِكمَةِ اَلصِّيَام.
فإنَّ التَّقوى اسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ ما يُحِبهِ اللَّهُ وَيَرْضَاهُ مِنَ المحبُوبَاتِ وتَركِ المنهِيَّاتِ.
فالصِّيَامُ الطَّرِيقُ الأَعظَمُ للوصُولِ إِلَى هَذِهِ الغَايَةِ الَّتِي هِيَ غَايَةُ سَعَادَةِ العَبدِ في دينه ودُنيَاهُ وآخِرَتِهِ.
فَالصَّائمُ يَتقرَّبُ إِلَى اللَّه بتَركِ المشتَهيَاتِ ؛ تقديمًا لمحبتهِ على محبَّةِ النَّفسِ، وَلِهَذَا اختصَّهُ اللَّه مِن بين الأَعمَالِ حَيْثُ أَضَافَهُ إِلى نَفسه في اَلْحَدِيث الصَّحيحِ.
وَهُوَ مِن أُصُولِ التَّقوَى، إِذِ الإسْلامُ لا يتمُّ بِدُونِه.
  وفِيهِ مِن زِيَادَةِ الإِيمَانِ وَحُصُول الصَّبرِ والتَّمرُّنِ على المشَقاتِ اَلْمُقَرّبَة إلَى رَبِّ السَّمواتِ.
وأَنَّه سَبَب لكثرَةِ الحسَنَاتِ مِن صَلاةٍ وقرَاءَة وذِكرٍ وصَدَقَةٍ ما يحقِّقُ التَّقوَى.
وفِيهِ مِن رَدعِ النَّفسِ عَنِ الأُمُورِ المحرَّمَةِ مِنَ اَلأَفْعَال المحرّمَةِ والكَلامِ المحرَّمِ مَا هُوَ عِمَادُ التَّقوَى.
وفي الحَدِيثِ الصَّحِيحِ، (مَن لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ والعَمَلَ بِه، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ في أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ).
فيتقرَّبُ العَبدُ إِلَى اللَّهِ بِتَركِ المحرَّمَاتِ مُطلقًا، وهِيَ: قَولُ الزُّورِ، وَهُوَ كُلُّ كَلامٍ محرَّمٍ. والعَمَل بالزَّورِ، وَهُوَ كُلُّ فِعْلٍ محرَّمٍ. وبتَركِ المحرَّمَاتِ لِعَارضِ الصَّوم وَهِيَ المفطِرَاتُ.
ولما كَانَ فِيهِ مِنَ المصَالِحِ والفَوَائِدِ وتَحصِيلِ الخيرَاتِ والأُجُورِ مَا يقتَضِي شَرعُهُ في جَميعِ الأوقَاتِ ؛ أخبرَ تَعَالى أنه كَتَبَه عَلَينَا كما كَتَبَهُ على الَّذِين مِن قَبلِنَا ، وهَذَا شَأنه تَعَالَى في شَرَائِعهِ العَامَّةِ للمصَالح."
[إرشاد أولى البصائر والألباب لنيل الفقه بأيسر الطرق والأسباب ص: ٧٦-٧٧]

~~~~~~~~~~

 
      HIKMAH PUASA

 
Asy-Syaikh al-‘Allamah Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata:

“Adapun hikmah puasa, maka Allah telah menyebutkan profil lengkap tentangnya. Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” [Al-Baqarah: 183]

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan inti dari seluruh hikmah puasa yang disebutkan oleh manusia, (yaitu “agar kalian bertaqwa” -pen.). Karena taqwa adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah dari hal-hal yang disukai (dalam agama -pen.) dan meninggalkan segala sesuatu yang dilarang-Nya.  

Puasa adalah jalan teragung untuk mencapai tujuan (taqwa) tersebut. Sebuah tujuan yang merupakan puncak dari kebahagiaan seorang hamba dalam urusan agama, dunia, dan akhiratnya.

Maka seorang yang berpuasa, dia sedang mendekatkan diri kepada Allah dengan meninggalkan segala sesuatu yang menggoda hawa nafsunya; sebagai bentuk prioritas kecintaan kepada Allah atas kecintaan kepada hawa nafsu. Oleh karena itu, Allah mengkhususkan amalan puasa dari amalan-amalan selainnya, yaitu dengan menyandarkan amalan puasa kepada diri-Nya tanpa amalan-amalan selainnya, sebagaimana yang terdapat dalam hadits shahih.

Puasa termasuk dari pondasi ketaqwaan. Agama Islam tidaklah sempurna tanpa keberadaannya.

Padanya terdapat tambahan keimanan, diraih kesabaran, dan pelatihan jiwa untuk melaksanakan berbagai amalan berat yang mendekatkan diri kepada Allah Rabbus Samawat (Pencipta langit).

Puasa pun sebagai sebab diraihnya banyak kebaikan; shalat, membaca (Al-Qur’an), zikir, dan shadaqah, yang semuanya dapat membuahkan ketaqwaan.     

Padanya terdapat pengekangan hawa nafsu dari segala yang haram, baik dalam bentuk perbuatan maupun ucapan, yang sudah barang tentu merupakan tonggak ketaqwaan.

Dalam hadits shahih disebutkan, “Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan dusta (baca: semua ucapan yang diharamkan), perbuatan dusta (baca: semua perbuatan yang diharamkan), dan kebodohan maka Allah tidak butuh terhadap upayanya dalam meninggalkan makan dan minum (puasanya).”

Maka seorang hamba (yang berpuasa), dia mendekatkan diri kepada Allah dengan meninggalkan secara total segala sesuatu yang diharamkan, yaitu semua ucapan yang haram dan semua perbuatan yang haram, serta meninggalkan hal-hal haram lainnya yang berkaitan langsung dengan prosesi puasa, dalam hal ini adalah pembatal-pembatalnya.

Manakala pada amalan puasa terdapat ragam maslahat, faedah, perolehan banyak kebaikan dan pahala yang mengharuskan pensyari’atannya di setiap masa; maka Allah mengabarkan bahwa Dia mewajibkan puasa tersebut atas kita sebagaimana Dia telah mewajibkannya atas umat sebelum kita.

Demikianlah hikmah Allah terkait dengan segenap syariat-Nya yang universal, semua untuk kemaslahatan (para hamba-Nya).”

Sumber: Irsyad Ulil Bashair wal Albab Linailil Fiqhi Bi Aisarith Thuruq wal Asbab, hlm. 76-77.

 Faidah dari al-Ustadz Ruwaifi bin Sulaimi hafizhahullah
 WhatsApp Miratsul Anbiya Indonesia 1
-–---------------------

Sabtu, 24 Mei 2014

PERANGILAH DIRIMU

 PERANGILAH DIRIMU 

Sungguh hamba itu telah dikaruniai akal dan hawa nafsu. Akal itu sebagai hakim terhadap hawa nafsu karena hawa nafsu kecondongannya hanya kepada yang tercela. Menuruti hawa nafsu tidaklah tercela kecuali ketika menyelisihi akal dan syar'i. Apabila hawa nafsu menyelishi akal maka akal akan menghamba pada hawa nafsu dan menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya.

Alloh berfirman :
(أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? "
(Al Jatsiyah: 23)

Dan tidak hanya seorang dari ulama salaf yang telah berkata:
"Tidak ada sesembahan yang lebih jelek dibawah kolong langit selain hawa nafsu (yang diikuti)."

Telah berkata Al Hasan bin 'Ali al Mathwa'i:
"Berhala setiap manusia itu adalah hawa nafsunya apabila manusia mampu menghancurkannya dengan menyelisihinya maka dia berhak menyandang nama pemuda "

Dan telah berkata Bisyr Al Hafi:
"Bencana itu semuanya pada hawa nafsu yang diikuti dan kebaikan itu semuanya dengan menyelisihi hawa nafsu"

Allah berfirman:

(فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ)

"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (Al Qoshosh: 50)

Rosululloh 'Alaihisholatu Wassalam bersabda :
ثلاث مهلكات هوى متبع و شح مطاع و اعجاب المرئ بنفسه (اخرجه البزار و ابو نعيم حسنه الالباني)
"Tiga hal yang bisa membinasakan, yaitu hawa yang diikuti, kikir yang ditaati, dan pemenuhan hamba terhadap nafsunya"

Telah berkata ibnul Jauzi dalam Dzammul Hawa halaman 16:
"Ketahuilah sesungguhnya hawa nafsu itu menjadikan orangnya dalam banyak perkara, dia mengeluarkan dari daerah akal kepada daerah junun (kegilaan). Terkadang hawa nafsu menimpa orang berilmu sehingga mengeluarkan orangnya dari apa yang diperintah ilmunya dan terkadang menimpa orang zuhud sehingga menjadikan ia riya."

Alloh menciptakan malaikat beserta akal tanpa syahwat. Alloh menciptakan hewan beserta syahwat tanpa akal dan Alloh menciptakan manusia beserta akal dan syahwat. Barangsiapa yang akalnya mampu mengalahkan syahwatnya maka dia lebih baik dari malaikat dan barangsiapa yang syahwatnya mengalahkan akalnya maka dia lebih jelek dari hewan" (Miftah Darussa'adah: I/352).

Barangsiapa yang menginginkan jannah maka perangilah hawa nafsunya.

Alloh berfirman:
(وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوی
(فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ) 
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). "
An Naazi'at : 40

Apabila para nabi yang maksum diperingatkan dari bahaya hawa nafsu tentu pengikutnya sangat lebih berhak untuk diperingatkan dari bahaya mengikuti hawa nafsu. Maka janganlah kalian merasa aman dari bahaya seruan nafsumu.

::: Diterjemahkan secara bebas dari kitab Al Mu'min Adh Dho'if Syaikh Muhammad bin Abdillah Al Imam hal. 29-30. Oleh Abu Umamah Abdurrohim Al Malanji dalam perjalanan Aden-Turki tanggal 14 Rojab 1435 H/13 Mei 2014 M.
Editor: Abu Dawud al Pasimiy

WhatsApp Salafy Lintas Negara