Tampilkan postingan dengan label Silsilah Pengagungan Syiar-syiar Allah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Silsilah Pengagungan Syiar-syiar Allah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 Mei 2014

HUKUM MEMBACA AL QUR'AN SAMBIL GOYANG BADAN KE KANAN DAN KE KIRI

 SILSILAH PENGAGUNGAN SYIAR-SYIAR ALLAH:

Bagian Ke 7

 HUKUM MEMBACA AL QUR'AN SAMBIL GOYANG BADAN KE KANAN DAN KE KIRI 

��Sebagian kaum muslimin apabila membaca Al Qur'an sambil goyang badan ke kanan dan ke kiri atau ke depan dan ke belakang. Hal ini saya pernah lihat pula pada sebagian anak-anak Tahfizhul Qur'an ketika membaca Al Qur'an sambil goyang-goyang badan. Apakah hukum amalan seperti ini?

Ketahuilah kaum muslimin!

Allah Ta'ala berfirman dalam Al Qur'an yang Mulya:

{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ}

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." [QS. Al Anfaal: 2]

 Al Imam Al Qurthubi_rahimahullah berkata: "Allah Ta'ala mensifati orang-orang yang beriman dalam ayat ini dengan takut (kepada Allah) dan juga gemetar ketakutan disaat mengingat Allah. Hal ini mencerminkan betapa kuatnya iman mereka dan pengagungan mereka kepada Rabbnya, seolah-olah Allah Ta'ala berada dihadapan mereka."

 Al Imam As Sa'di_rahimahullah berkata: "Hal itu dari sisi bahwa mereka (disaat membaca ayat-ayat Allah) memusatkan pendengarannya untuk Al Qur'an, mereka menghadirkan hati-hati mereka untuk menghayatinya, disaat itulah semakin bertambah keimanannya."

 Demikianlah sifat orang-orang yang beriman disaat membaca atau dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah. Allah ta'ala berfirman:

{تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ}

"Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah." [QS. Az Zumar: 23]

�� Lihatlah suri tauladan terbaik kita, Nabi kita yang Mulya Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam disaat bersabda kepada Abdullah bin Mas'ud_radhiyallahu 'anhu:

«اقْرَأْ عَلَيَّ» قُلْتُ: آقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ؟ قَالَ: «فَإِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي» فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ سُورَةَ النِّسَاءِ، حَتَّى بَلَغْتُ: {فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاَءِ شَهِيدًا} [النساء: 41] قَالَ: «أَمْسِكْ» فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ.

"Bacakanlah Al Qur'an kepadaku! Aku berkata; Bagaimana aku membacakan kepadamu, padahal Al Qur'an diturunkan kepadamu? Beliau menjawab: "Sesungguhnya aku suka mendengarkannya dari orang lain." Lalu aku membacakan kepada beliau surat An Nisa hingga tatkala sampai ayat; "Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu) [QS. An Nisa; 41], " beliau berkata; 'Cukup.' Dan ternyata beliau mencucurkan air mata (menangis)." [HR. Al Bukhari - Muslim]

Beliau shallallahu 'alaihi wasallam tunduk, tenang dan menghayati ayat demi ayat yang dibaca Abdullah bin Mas'ud_radhiyallahu 'anhu, sehingga beliau menangis.

 Inilah adab yang dituntunkan dalam Islam, adab seorang mu'min disaat membaca atau mendengarkan Al Qur'an. Adapun apa yang diamalkan oleh sebagian kaum muslimin, membaca atau mendengarkan Al Qur'an sambil goyang-goyang badan maka sungguh hal ini bertentangan dengan adab seorang muslim terhadap Al Qur'an, bahkan perbuatan ini menyerupai kebiasan orang-orang Yahudi disaat membaca Taurat, kemudian hal ini diwarisi oleh orang-orang Tashawwuf (shufi), yang mana kita lihat tatkala mereka membaca Al Qur'an, badan mereka goyang kanan goyang kiri, atau kedepan dan kebelakang. Wallahul Musytaka.

�� Berikut Fatwa Al Lajnah Ad Daimah seputar masalah ini:

"Goyang-goyang badan saat membaca Al Qur'an merupakan kebiasaan yang harus ditinggalkan, karena hal tersebut bertentang dengan adab terhadap Kitabullah. Karena yang dituntut ketika membaca Al Qur'an dan mendengarkannya; tenang mendengarkan dengan baik, tidak sambil goyang-goyang dan main-main. Akan tetapi hendaknya orang yang membaca Al Qur'an dan juga yang mendengarkannya konsentrasi dan merenungi (makna-makna) Al Qur'an yang mulya, tenang dan tunduk kepada Allah. Disebutkan oleh para ulama, bahwa kebiasan tersebut (goyang badan ketika membaca Al Qur'an) merupakan kebiasaan orang-orang Yahudi disaat membaca kitab mereka.

Hanyalah Allah Ta'ala yang memberikan Taufiq."

 Fatwa Al Lajnah Ad Daimah no 19588 [3/121-122]

Semoga Allah Ta'ala memberikan kita semua taufiq dan hidayah-Nya untuk senantiasa beramal dalam bimbingan Al Qur'an dan As Sunnah.

[✏ Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawi, 25 Rajab 1435/ 24 Mei 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah��]

~•~•~~•~•~•~•~•~•~•~•~•~
 WA. Thullab Al Fiyusy ��
WhatsApp Salafy Lintas Negara

Senin, 26 Mei 2014

HUKUM TULISAN LAFAZH 'ALLAH' ATAU [حَمَاكَ اللهُ] SEMOGA ALLAH MENJAGAMU DI KENDARAAN, SEPERTI MOBIL, KAPAL MAUPUN PESAWAT

SILSILAH PENGAGUNGAN SYIAR-SYIAR ALLAH:

Bagian Ke 6

 HUKUM TULISAN LAFAZH 'ALLAH' ATAU [حَمَاكَ اللهُ] SEMOGA ALLAH MENJAGAMU DI KENDARAAN, SEPERTI MOBIL, KAPAL MAUPUN PESAWAT 

 Kita sering melihat kendaraan mobil, kapal, atau pesawat pada bagian depan, belakang ataupun dalamnya tulisan kalimat [اللهُ], [مَا شَاءَ اللهُ], [حَمَاكَ اللهُ] semoga Allah menjagamu, atau juga ayat-ayat Al Qur'an. Apakah hal ini dibenarkan dalam syariat Islam?

Permasalahan ini telah dibahas oleh Al Lajnah Ad Daimah, berikut jawaban hukum permasalahan diatas:

 "Tidak boleh bagi para desainer dan tukang dekor Kaligrafi dan juga selain mereka menulis lafazh [اللهُ] atau yang lainnya dari Nama-nama Allah yang Mulya dan sifat-sifatNya pada bagian belakang mobil atau selainnya. Tidak boleh bagi pemilik mobil berbuat hal tersebut, baik tujuannya untuk hiasan, mencari barakah, sebagai pengingat untuk selalu berdzikir, nasehat maupun yang semisalnya dari hal-hal yang sudah menjadi keyakinan sebagian orang-orang awam dan orang-orang yang jahil. Karena hal tersebut merupakan perbuatan bid'ah, hal tersebut yang tidak ada dasarnya sama sekali, baik dalam Al Qur'an maupun Sunnah NabiNya shallallahu 'alaihi wasallam serta kita tidaklah (diperintahkan) beribadah kepada Allah dengan cara seperti itu, karena padanya pula pelecehan terhadap Nama-nama Allah dan Sifat-sifatNya.

Orang tersebut tidak mensucikanNya dari hal-hal yang tidak pantas, bahkan menghinakannya. Terkadang perbuatan demikian bisa mendorong pelakunya kepada kesyirikan dengan menjadikan tulisan sebagai tameng (dari bala) dan berkeyakinan bahwa hal tersebut bisa mendatangkan manfaat dan mencegah bala dengan sekedar menulisnya (pada kendaraannya).

Nama-nama Allah dan Sifat-sifatNya tidaklah Allah turunkan untuk dijadikan sebagai tulisan-tulisan pada peralatan, papan atau mobil. Kalau seandainya hal tersebut disyariatkan, niscaya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam akan menunjukannya kepada kita dan mendorong kita untuk melakukannya.

Sungguh Allah Ta'ala menurunkan Nama-nama dan sifat-sifatNya dengan tujuan agar hamba-hambaNya mengenalNya, menetapkannya sebagaimana telah Allah dan RasulNya tetapkan, beriman dengan apa yang terkandung padanya dari sifat kesempurnaan dan kemulyaan, memuji apa yang berhak untukNya dan menghadapkan dirinya kepadaNya, baik dalam kondisi senang maunpun dalam kesusahan.

Wajib atas setiap mukmin untuk beriman dengannya (Nama-nama Allah dan Sifat-sifatnya) dan membenarkannya serta menjaganya, secara keyakinan dan pengamalan, dan menetapinya, baik secara lafazh maupun makna, menetapkannya sebagaimana yang pantas dengan kemulyaanNya, sebagaimana pula (menetapkannya) tanpa pemalingan, penolakan, penyerupaan, dan penggambaran bentuknya, selalu memelihara kehormatannya dari segala bentuk penghinaan atau pelecehan, mensucikannya dari hal-hal yang tidak pantas untukNya. Allah Ta'ala berfirman:

{وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

"Hanya milik Allah Asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." [QS. Al A'raf: 180]

وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

[ Fatawa Al Lajnah Ad Daimah 3/35-36]

[✏ Alih bahasa Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawi, 24 Jumadats Tsaniyah 1435/ 24 April 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah ]

~•~•~~•~•~•~•~•~•~•~
WA. Thullab Al Fiyusy 

WhatsApp Salafy Lintas Negara

HUKUM TULISAN AYAT KURSI ATAU LAFAZH ALLAH DAN MUHAMMAD_SHALLAHLLAHU 'ALAIHI WASALLAM PADA LIONTIN ATAU PAKAIAN

SILSILAH PENGAGUNGAN SYIAR-SYIAR ALLAH:

��Bagian Ke 5��

HUKUM TULISAN AYAT KURSI ATAU LAFAZH ALLAH DAN MUHAMMAD_SHALLAHLLAHU 'ALAIHI WASALLAM PADA LIONTIN ATAU PAKAIAN

Apakah hukum tulisan ayat kursi atau lafazh Allah dan Muhammad_shallallahu 'alaihi wasallam pada liontin emas atau yang lainnya?

Jawab:

 Berkata Syaikh Abdullah bin Humaid_rahimahullah:

Ini merupakan suatu kesalahan, karena Al Qur'an tidaklah diturunkan untuk permainan, seperti diukir pada perhiasan emas atau bejana atau yang semisalnya. Al Qur'an hanyalah diturunkan oleh Allah Ta'ala sebagai penawar hati yang berpenyakit, petunjuk bagi manusia, cahaya, rahmat, dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. Al Qur'an tidaklah diturunkan untuk diukir dan digantung pada perhiasan atau pada pakaian, kemudian dibawa masuk ke kamar mandi ketika buang hajat. Maka hal ini sungguh tidaklah pantas.

Al Qur'an harus dimulyakan, diagungkan dan dijauhkan dari perbuatan jelek tadi. Allah Ta'ala menurunkan Al Qur'an adalah sebagai petunjuk, sebagaimana Allah firmankan:

{وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا}

"Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." [QS. Al Isra':82]

Maka sungguh perbuatan menggantungkan Al Qur'an seperti hal tersebut (diatas) tidaklah boleh, bahkan harus dihapus (tulisan ayat-ayat) Al Qur'an yang ada pada perhiasan emas atau selainnya, karena padanya pelecehan terhadap Al Qur'an. Demikian pula ketika buang hajat di kamar mandi atau yang lainnya, dalam keadaan dia membawa (ayat-ayat) Al Qur'an (pada perhiasan atau pakaiannya), maka hal ini tidaklah diperbolehkan, bahkan harus dia hapus darinya sebagai bentuk pengagungan dan pemulyaan terhadap Al Qur'an dari perbuatan yang demikian, sebagaimana hal ini telah ditetapkan oleh para Ulama. Wallahu a'lam.

 Fatawa Mar'ah Muslimah.

[✏ Alih bahasa Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawi, 10 Jumadats Tsaniyah 1435/ 10 April 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah ��]

~•~~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

 WA. Thullab Al Fiyusy ��

WhatsApp Salafy Lintas Negara

HUKUM MENGANTUNG AYAT-AYAT AL QUR'AN DI DINDING

����
 SILSILAH PENGAGUNGAN SYIAR-SYIAR ALLAH:

Bagian ke-4

 HUKUM MENGANTUNG AYAT-AYAT AL QUR'AN DI DINDING 

�� Suatu ketika saya bertamu di salah satu rumah teman, saya mendapatkan didalam rumahnya begitu banyak hiasan-hiasan pada dinding rumahnya, ia menghiasi dinding rumahnya dengan ukiran kaligrafi ayat-ayat Al Qur'an. Ternyata hal ini sudah menjadi kebiasan sebagian besar kaum muslimin, bukan di. rumah teman saya saja, yang mana mereka senang mendekorasi rumahnya dengan kaligrafi.

�� Untuk apa mereka melakukan ini Apakah tujuan di balik itu semua

�� Mari kita simak dialog Asy Syaikh Al Faqih Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin_rahimahullah dengan salah seorang awam tentang seputar permasalahan tujuan menggantungkan atau menulis ayat-ayat Al Qur'an pada dinding rumah.

��Penanya: "Wahai Syaikh yang kami mulyakan! Apakah hukum menggantungkan ayat-ayat Al Qu'an di dinding?"

��Syaikh: "Untuk apa dia menggantungkan ayat-ayat Al Quran di dinding?"

��Penanya: "Untuk hiasan".

��Syaikh: Jika (dia lakukan hal itu) untuk hiasan maka sungguh dia telah menjadikan ayat-ayat Allah sebagai bahan pelecehan. Bagaimana bisa, Al Qur'an yang Mulya dan Agung, yang mana Allah menurunkannya sebagai obat yang menyembuhkan hati-hati dan sebagai pemberi nasehat, kemudian dia jadikan sebagai hiasan?!

��Penanya: "Untuk mencari berkahnya"

��Syaikh: "Apakah dahulu para Salaf mencari berkah dengan cara seperti ini?!"

��Penanya: "Tidak"

��Syaikh: "kita sebagai generasi (para Salaf) hendaknya mencukupi dengan apa yang dicukupkan oleh para Salaf. Sebutkan lagi tujuan yang ketiga!

��Penanya: "Untuk dijadikan sebagai pengingat"

��Syaikh: "Apakah manusia yang duduk di tempat tersebut teringatkan (dengan ayat-ayat yang digantung) dan membacanya?! jawabannya: tentunya tidak, hanya sedikit saja (yang mau mengingatnya). Coba datangkan tujuan yang keempat!"

��Penanya: "Sebagai pelindung dari gangguan jin"

��Syaikh: Apakah didapatkan para Salaf berlindung dari gangguan jin dengan cara seperti ini?"

��Penanya: "Tidak"

��Syaikh: "Tidak kan?! kalau begitu, bagaimana bisa cara seperti ini terluputkan dari para Salaf, sedangkan kita mengetahuinya?! Secara nyata, paling sedikit kita katakan bahwa ini merupakan perbuatan bid'ah, bersamaan itu pula padanya terdapat penghinaan terhadap Al Qur'an, karena dia menulis misalnya pada panel atau pada dinding itu sendiri firman Allah:

{وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا}

"dan janganlah menggunjingkan satu sama lain" [QS. Al Hujuraat: 12]

 "(Pada kenyataannya) kamu dapatkan ditempat itu penuh dengan ghibah (menggunjing), maka hal ini merupakan bentuk pelecehan."

 "Oleh karena itu, kami nasehatkan,  jika kalian mendapatkan siapa saja yang menggantungkan Ayat-ayat di dinding, baik dia gantung pada dinding itu sendiri atau ditulis pada sebuah kertas atau yang semisalnya, maka nasehati dia dari perbuatan ini. Katakan padanya: "Wahai saudaraku, kalamullah (firman Allah) tidaklah diturunkan untuk tujuan seperti ini!"

"Yang semisal itu pula, apa yang telah kami dengar pada suara telpon gengam, ketika menunggu jawaban, maka kamu dengar telpon genggamnya berbunyi suara Al Qur'anul Karim. La Ilaha Illallahu!!! Al Qur'an digunakan untuk seperti ini?!"

"Kemudian terkadang hal ini didengar oleh orang kafir atau yang semisalnya, dia sangat tidak suka mendengarnya. Maka kamu-lah yang menjadi sebab manusia benci dengan Al Qur'anul Karim. Oleh karena itu, nasehati pula orang-orang yang kamu dapatkan nada tunggu telpon genggamnya dengan bacaan Ayat-ayat."

[ Fatawa Liqa' Al Bab Al Maftuh 25/198]

[✏ Alih bahasa Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawi, 28 Jumadal Ula 1435/ 29 Maret 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah ��]

~~•~~•~•~•~•~•~•~•~•~•~
�� WA.  Thullab Al Fiyusy 

WhatsApp Salafy Lintas Negara

Hukum Berbicara dengan Menggunakan Ayat-ayat Al-Quran (3)

���� SILSILAH PENGAGUNGAN SYIAR-SYIAR ALLAH:

 HUKUM BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN AYAT-AYAT AL QUR'AN 

��Bagian Ketiga��

�� Kisah tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitabnya "Raudhatul 'Uqala" dan juga Abu Nu'aim dalam kitabnya "Al Hilyah" dan juga terdapat dalam kitab "Jawaahir Al Adab".

�� Keabsahan kisah ini:

. Syaikh Muqbil_rahimahullah menghukumi bahwa kisah ini tidaklah shahih.

. Tidaklah diragukan lagi bahwa kisah ini adalah kisah yang bathil dari berbagai sisi:

��a. Seluruh ulama yang menulis biografi Ibnul Mubarak, tidak satu pun dari mereka menyebutkan kisah Ibnul Mubarak bersama wanita itu.

��b. Terlihat pada kisah tersebut hal yang dibuat-buat pada soal jawabnya.

��c. Tidak adanya pengingkaran dari Ibnul Mubarak terhadap perbuatan wanita tersebut, padahal terkhushus dikalangan para ulama, mereka telah melarang untuk berbicara hanya dengan ayat-ayat Al Qur'an saja.

��d. Keadaan sanadnya lemah sekali. Di dalam sanadnya terdapat perawi yang bernama Muhammad bin Zakaria Al Ghallaby. Berkata Al Imam Ad Daruquthny tentang perawi ini: "dia tertuduh suka membuat hadits palsu." Berkata Ibnu Hibban tentangnya: "dia meriwayatkan dari perawi yang tidak jelas keadaannya."

�� Bagaimana Hukum Permasalahan ini

. Syaikh Ibnu Baz_rahimahullah, pernah ditanya tentang hukum berbicara dengan menggunakan ayat-ayat Al Qur'an, misalnya apabila ada seseorang memberikan salam, maka dia menjawab:

{سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ}

"(Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang." [QS. Yaasin: 58]

Sebagaimana yang dilakukan oleh seorang wanita dalam kisahnya bersama Ibnul Mubarak.

 Maka Syaikh Bin Baz menjawab:

Sesuatu yang sudah maklum dikalangan para ulama adalah tidak sepantasnya menjadikan Al Qur'an sebagai pengganti kalam manusia. Karena kalam (manusia) punya kedudukan sendiri dan demikian pula Al Qur'an. Paling sedikitnya dari sisi hukum adalah makruh.

Hendaknya dia menjawab salam dengan cara yang wajar, sebagaimana dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para shahabatnya mencontohkannya, mereka ketika memberikan salam: "Assalamu 'alaikum warahmatullah"

[ Majmu' Fatawa Syaikh Bin Baz: 24/383].

. Berkata Syaikh Al 'Utsaimin_rahimahullah dalam kitabnya "Syarah Muqaddimnah At Tafsir hal 144":

 Dari sini, maka kita ketahui kesalahan pujian terhadap wanita yang dijuluki "Wanita berbicara dengan Al Qur'an". Dalam kitab "Jauhar Al Adab" padanya ada seorang wanita yang tidaklah berbicara melainkan dengan Al Qur'an. Katanya, dia sejak 40 tahun tidak berbicara melainkan berbicara dengan Al Qur'an, karena takut akan turun murka Ar Rahman. Saya anggap perbuatan dia adalah suatu kekeliruan, karena dia menginterpretasikan Al Qur'an tidak sesuai dengan apa yang Allah inginkan.

 Berkata Syaikh Al 'Utsaimin dalam kitabnya "Asy Syarhul Mumthi' 6/531":
Para ulama telah berpendapat tentang haramnya menjadikan Al Qur'an sebagai pengganti kalam (manusia). Saya melihat ketika masih masa sekolah, sebuah kisah dalam kitab "Jauhar Al Adab" seorang wanita tidak berbicara melainkan dengan Al Qur'an, maka manusia pun terheran-heran. Dikatakan kepada mereka: bahwa dia tidak berbicara melainkan dengan Al Qur'an semenjak 40 tahun, karena takut akan turun padanya murka Ar Rahman.
Maka kami katakan: wanita itu telah melakukan kekeliruan, karena Al Qur'an tidak boleh dijadikan sebagai pengganti kalam (manusia).

[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawi, 1 Jumadal Ula 1435/ 2 Maret 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah ��]

~~•~~•~•~•~•~•~•~•~•~•~
�� WA. Thullab Al Fiyusy 

WhatsApp Salafy Lintas Negara

Hukum Berbicara dengan Menggunakan Ayat-ayat Al-Quran (2)

���� SILSILAH PENGAGUNGAN SYIAR-SYIAR ALLAH:

 HUKUM BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN AYAT-AYAT AL QUR'AN 

��Bagian Kedua��

��Lanjutan dari bagian pertama:

…..

��Kemudian saya menderumkan ontaku (agar wanita tersebut bisa naik). Lalu sebelum dia naik,
��dia berkata kepadaku:

{قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ}

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya…" [QS. An Nuur: 30]

��Saya pun menundukan pandanganku darinya. Saya katakan padanya: "Naiklah sekarang!"

Tatkala dia ingin naik di atas onta, tiba-tiba saja onta tersebut berjalan, sehingga terjatuhlah wanita tersebut dan terkoyaklah bajunya.

��Dia berkata:

{وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ}

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri…" [QS. Asy Syuura: 30]

��Saya katakan padanya: "Bersabarlah! jangan engkau naik dahulu sampai saya selesai mengikatnya."

��Dia pun berkata:

{فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ}

"maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat)." [QS. Al Anbiya: 79]

��Setelah saya selesai mengikat ontaku, maka saya katakan padanya: "Sekarang engkau bisa naik kembali!"

��Ketika dia telah naik di atas onta, dia berkata:

{سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ (13) وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ (14)}

"Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami." [QS. Az Zukhruf: 13-14]

��Saya pun kemudian mengambil tali kekang ontaku dan saya hentakan agar jalannya lebih cepat sambil saya berteriak-teriak.

��Melihat seperti itu, dia berkata:

{وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ}

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu…" [QS. Luqman: 19]

��Saya pun lambatkan jalanku dengan pelan-pelan sambil mendendangkan bait-bait syi'ir.

��Mendengar seperti itu, dia berkata:

{فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ}

"bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran…" [QS. Al Muzammil: 20]

��Saya katakan kepadanya sambil terkagum-kagum dengan sikapnya: "Sungguh engkau telah dianugerahi kebaikan yang banyak."

��Dia menjawab:

{وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ}

"Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)." [QS. Al Baqarah: 269]

��Ketika saya melangkah sebentar, saya pun bertanya kembali: "Apakah engkau punya suami?"

��Dia menjawab:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ}

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu…" [QS. Al Maidah: 101]

��Mendengar jawabannya, saya pun terdiam dan tidak melanjutkan lagi pembicaraanku dengannya sampai akhirnya kami mendapatkan sekelompok kaum.

��Saya katakan padanya: "Siapakah yang engkau miliki dalam kafilah itu?".

��Dia menjawab:

{الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}

"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia…" [QS. Al Kahfi: 46]

��Dari jawabannya, saya tahu bahwa dia mempunyai anak. Terus saya bertanya kembali: "Apakah urusan mereka dalam musim haji ini?"

��Dia berkata:

{وَعَلَامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ}

"dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk." [QS. An Nahl: 16]

��Oh… ternyata mereka dalam kafilah tersebut sebagai penunjuk jalan.

Saya berjalan mendekati sebuah tenda, kemudian saya bertanya: "apakah yang engkau miliki dalam tenda ini?"

��Dia berkata:

{وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا}

"Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya." [QS. An Nisaa: 125]

{وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا}

Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung." [QS. An Nisaa: 164]

{يَا يَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ}

"Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh." [QS. Maryam: 12]

��Maka saya pun berteriak memanggil nama-nama mereka: "hai Ibrahim! hai Musa! hai Yahya!"

Setelah itu, tiba-tiba keluarlah tiga anak muda dari dalam tenda tersebut, seolah-olah mereka bagaikan rembulan yang baru muncul. Disaat mereka sudah berada dihadapanku, mereka duduk dan berkata: "Ini adalah Ibu kami, sudah tiga hari kami kehilangan dia.

��Wanita itu berkata:

{الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ}

"Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri." [QS. Faathir: 34]

��Setelah berkata demikian, saya melihat kepala wanita tersebut memberikan isyarat kepada salah satu anaknya,
��dan dia berkata:

{فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِينَةِ فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ}

"Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu…" [QS. Al Kahfi: 19]

��Kemudian salah satu diantara mereka bangkit dan pergi membeli makanan. Setiba dari membeli makanan, ia langsung menghidangkannya dihadapanku.

��Wanita itu berkata:

{كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ}

"(kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu." [QS. Al Haaqqah: 24]

��Saya katakan kepada mereka: "Sekarang makanan kalian menjadi haram bagiku sampai kalian mau mengkabarkan tentang keadaan Ibu kalian!"

Mereka pun menjawab: Dia adalah ibu kami, sudah sejak 40 tahun tidak berbicara melainkan dengan ayat-ayat Al Qur'an, karena beliau takut berkata dusta sehingga akan turun murka Allah kepadanya. Maha Suci Allah Yang Maha Mampu berbuat apa saja yang Dia kehendaki.

��Saya katakan:

{ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ}

"Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." [QS. Al Hadid: 21]

 Demikianlah kisah wanita yang tak pernah menggerakan lisannya semenjak 40 tahun lamanya melainkan dengan kalamullah (Al Qur'an), karena takut jika lisannya dia gerakan untuk sesuatu yang dusta, sehingga Allah akan murka kepadanya.

Mungkin diantara kita ada yang bertanya-tanya tentang keabsahan kisah?!

Dan juga mungkin ada yang bertanya-tanya, apakah perbuatan wanita tersebut, yaitu tidak berbicara melainkan dengan ayat-ayat Al Qur'an saja dibenarkan dalam Islam?

�� Untuk mengetahui jawaban kedua pertanyaan diatas, maka simaklah kelanjutan artikel ini pada pertemuan berikutnya, insya Allah!

[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawi, 7 Jumadal Ula 1435/ 8 Maret 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah ��]

~~•~~•~•~•~•~•~•~•~•~•~
�� WA. Thullab Al Fiyusy

WhatsApp Salafy Lintas Negara

Hukum Berbicara dengan Menggunakan Ayat-ayat Al-Quran (1)

بسم الله الرحمن الرحيم

 SILSILAH PENGAGUNGAN SYIAR-SYIAR ALLAH:

 HUKUM BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN AYAT-AYAT AL QUR'AN

 Bagian Pertama 

 Permasalahan ini, mengingatkan saya pada seorang anak yang disebut oleh orang-orang sebagai anak ajaib.

"Kenapa kok ajaib?" kata mereka, karena anak ini jika ditanya atau diajak bicara maka jawaban yang keluar dari lisannya adalah ayat-ayat Al Qur'an yang cocok dengan pembicaraan. Sebagian orang yang pernah saya dapatkan juga pernah melakukan hal yang demikian, ketika diajak bicara maka yang diucapkan olehnya ayat-ayat Al Qur'an yang sesuai dengan pembicaraan.

 Contohnya ketika ditanya: "Siapakah namamu?" dia menjawab:

{إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ يَحْيَى لَمْ نَجْعَلْ لَهُ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا}

"Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia." [QS. Maryam: 7]

 Sebelum kita bahas hukum permasalahan ini, saya ingin menceritakan sebuah kisah yang unik dan masyhur di kalangan Arab, yaitu kisah Ibnul Mubarak_rahimahullah dengan seorang wanita tua yang selalu ketika diajak bicara maka yang keluar dari lisannya hanyalah ayat-ayat Al Qur'an saja.

 Mari kita simak kisahnya berikut ini!

 Berkata Abdullah Ibnul Mubarak_rahimahullah: "Ketika Saya meninggalkan rumah untuk menunaikan ibadah haji dan mengunjungi makam Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Tiba-tiba ketika ditengah-tengah perjalanan, saya melihat sesuatu yang hitam. Setelah terlihat jelas, ternyata dia seorang wanita tua yang sedang duduk dengan mengenakan pakaian dan khimar (penutup kepala) yang terbuat dari kain wool."

Saya katakan padanya: "Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu"

Dia menjawab:

{سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ}

"(Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang." [QS. Yaasin: 58]

Saya berkata kepadanya: "Semoga Allah melimpahkan rahmat atasmu, apa yang sedang engkau perbuat di tempat ini?"

Dia berkata:

{مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ}

"Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk." [QS. Al A'raf: 186]

Dari jawabannya, saya tahu kalau dia sedang tersesat dalam perjalanannya, maka saya bertanya kepadanya: "Kemana engkau ingin pergi?"

Dia berkata:

{سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى}

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha." [QS. Ai Israa: 1]

Oh… ternyata dia telah usai menunaikan ibadah haji dan sekarang ingin melakukan perjalanan menuju ke baitul Maqdis. Saya katakan padanya: "Sejak kapan engkau berada di tempat ini?"

Dia berkata:

{ثَلَاثَ لَيَالٍ سَوِيًّا}

"Selama tiga malam, padahal kamu sehat." [QS. Maryam: 10]

Saya katakan padanya: " Saya tidak melihat padamu perbekalan makanan yang bisa engkau makan?"

Dia berkata:

{هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ}

"dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku" [QS. Asy  Syu'araa: 79].

Saya berkata: "Dengan apa engkau berwudhu?"

Dia berkata:

{فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا}

"kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci)." [An Nisaa: 43]

Saya katakan padanya: "Sesungguhnya saya punya makanan, apakah engkau ingin makan?"

Dia berkata:

{ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ}

"Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam." [QS. Al Baqarah: 187]

Saya katakan: "Ini kan bukan bulan Ramadahan?!"

Dia berkata:

{وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ}

"Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui." [QS. Al Baqarah: 158]

Saya katakan padanya: "Bukankah diperbolehkan bagi kita untuk berbuka puasa ketika melakukan safar?"

Dia menjawab:

{وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ}

"Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." [QS. Al Baqarah: 184]

Saya katakan: "Kenapa engkau tidak berbicara biasa saja seperti saya bicara?"
(Ibnul Mubarak terheran-heran dengan sikap wanita tersebut, karena setiap diajak bicara maka yang keluar dari lisannya hanya ayat-ayat Al Qur'an).

Dia pun menjawab:

{مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ}

"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." [QS: Qaaf: 18]

Saya bertanya kepadanya: "Engkau ini manusia dari jenis apa?"

Dia menjawab:

{وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا}

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." [QS. Al Israa: 36]

Saya berkata: "Sungguh saya telah salah dalam bicara, maafkanlah saya!"

Dia menjawab:

{قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ}

"Dia (Yusuf) berkata: "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang." [QS. Yusuf: 92]

Saya katakan padanya: "Maukah engkau jika saya bawa diatas ontaku sampai engkau mendapatkan kafilahmu?"

Dia berkata:

{وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ}

"Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya…" [QS. Al Baqarah: 197]

Kemudian saya menderumkan ontaku (agar wanita tersebut bisa naik). Lalu sebelum dia naik,

dia berkata:

{قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ}

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya…" [QS. An Nuur: 30]

Saya pun menundukan pandanganku darinya. Saya katakan padanya: "Naiklah sekarang!"

Tatkala dia ingin naik di atas onta, tiba-tiba onta tersebut berjalan, sehingga terjatuhlah wanita tersebut dan terkoyak bajunya.

…….

Bersambung kisah ini - insya Allah - pada pertemuan berikutnya…!!!

[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawi, 1 Jumadal Ula 1435/ 2 Maret 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah ]

~~•~~•~•~•~•~•~•~•~•~
WA. Thullab Al Fiyusy 
WhatsApp Salafy Lintas Negara