Sabtu, 22 November 2014

HUKUM SHALAT FARDHU DENGAN BERMAKMUM KEPADA ORANG YANG SHALAT SUNNAH

•••••••••••••••••••••••••••••••••
HUKUM SHALAT FARDHU DENGAN BERMAKMUM KEPADA ORANG YANG SHALAT SUNNAH

asy-Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Baaz rahimahullaah.

PERTANYAAN: Bagaimana pendapat anda tentang orang yang shalat fardhu dengan bermakmum kepada orang yang sedang melaksanakan shalat sunnah ?

JAWABAN:

Tidak mengapa orang yang melakukan sholat fardhu (shalat wajib) bermakmum kepada orang yang sedang shalat sunnah.

Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam dalam sebagian tata cara shalat khauf; bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam shalat  mengimami sekelompok shahabat sebanyak dua rekaat, kemudian beliau salam. Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam shalat lagi mengimami sekelompok shahabat yang lainya sebanyak dua rekaat pula. Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam salam.

KESIMPULAN:

Shalat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang pertama adalah shalat fardhu, sedangkan shalat beliau yang kedua kalinya adalah shalat sunnah.

Adapun seluruh Shahabat baik kelompok pertama atau yang kedua semuanya melaksanakan shalat fardhu.
        
Diriwayatkan pula dalam kitab as-shahiihain dari Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu bahwa dia shalat 'Isya' bersama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Kemudian dia pulang dan mengimami kaumnya. Bagi Mu'adz, shalat yang dia lakukan bersama kaumnya itu adalah sunnah, sedangkan bagi kaumnya adalah shalat fardhu (karena sebelumnya Mu'adz telah menunaikan Shalat fardhu bersama Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam-ed).
      
✔ CONTOH:
       
✳ Seandainya seseorang di bulan ramadhan datang ke masjid sementara jamaah sedang sholat tarawih; maka apabila dia belum melaksanakan shalat 'isya', maka dia boleh melaksanakan shalat 'isya' dengan bermakmum kepada imam yang sedang sholat sunnah tarawih. Hal ini agar dia mendapatkan keutamaan berjamaah. Apabila Imam salam, maka dia pun berdiri untuk menyempurnakan shalatnya.

Sumber: Fatawa Muhimmah tata'allaqu bish Shalah, soal no. 41 hlm 48.

Alih Bahasa: Abu Utbah Miqdad hafizhahullaah.

WA Forum Riyadhul Jannah Wonogiri

♨ Ittiba'us Sunnah

Jumat, 21 November 2014

Di antara sebab terbesar bersikukuhnya seorang yang salah di atas kesalahan dan ketergelincirannya adalah: PUJIAN MANUSIA KEPADANYA

Di antara sebab terbesar bersikukuhnya seorang yang salah di atas kesalahan dan ketergelincirannya adalah: PUJIAN MANUSIA KEPADANYA
-----------------

الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له. وأشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له وأشهد ان محمدا عبده ورسوله. أما بعد:

➰Abu Ja'far al'Uqaily mengatakan dalam kitabnya "adhDhu'afa' (1/232)":

Muhammad bin Ismail telah menceritakan kepada kami, dia berkata: alHasan bin 'Ali telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Abu Shalih alFarro' telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku telah mengisahkan sesuatu dari perkara fitnah kepada Yusuf bin Asbath tentang Waki', lalu Yusuf berkata: "Itulah orang yang terkena syubhat gurunya (yaitu: alHasan bin Hayy)".

Abu Shalih berkata: Aku berkata kepada Yusuf: "Apakah anda tidak khawatir hal ini menjadi ghibah?".

Maka Yusuf menjawab: "Kenapa wahai orang bodoh? Bagi mereka, aku lebih baik dari ibu-ibu dan bapak-bapak mereka, aku melarang manusia untuk mengamalkan kebid'ahan yang mereka ada-adakan, lalu dosa-dosa mereka mengikuti mereka. Dan siapa yang menyanjung mereka maka dialah orang yang menimpakan madhorot pada mereka."

Dan sanad atsar ini adalah hasan.

Muhammad bin Ismail adalah asSullamy, Abu Ismail atTirmidy. AlHafizh (Ibnu Hajar al'Asqollany) mengatakan dalam kitabnya "atTaqrib": "Dia adalah perowi yang tsiqoh (tepercaya) lagi hafizh (kuat hafalan)."

alHasan bin 'Ali adalah Abu 'Ali alKhollal alHulwany. AlHafizh mengatakan: "Dia perowi yang tsiqoh lagi hafizh".

Sedang Abu Shalih alFarro', dia adalah Mahbub bin Musa. AlHafizh mengatakan: "Dia perowi yang shoduq ( jujur)".

⤵Dan syahidnya adalah ucapan beliau: "Dan siapa yang menyanjung (أطری) mereka maka dialah orang yang menimpakan madhorot pada mereka". Istilah الإطراء maknanya adalah memuji dan menyanjung.

✳Sehingga, dari atsar ini kita mengetahui bahwa orang yang mentahdzir orang yang bersalah maka sesungguhnya ia adalah orang yang menyayangi orang itu. Dan siapa yang memuji dan menyanjungnya maka orang ini sebenarnya ingin menghancurkannya. Karena sanjungannya itu justru akan membuatnya terus-menerus (berada di atas kesalahan dan bersikukuh di atasnya. Dalam sanjungannya itu, tidak ada kebaikan yang kembali pada orang bersalah.

✔Jadi, kalau manusia (terlebih para pembawa ilmu) bersepakat pada satu kesepakatan yang bertentangan dengan orang yang salah tersebut, maka diharapkan orang tersebut mau ruju' dan sirnalah fitnah itu.

Namun, jika tidak terjadi kesepakatan seperti itu, maka orang yang bersalah tadi akan merasa kuat dengan pujian dan sanjungannya. Dia mengira bahwa yang demikian itu bermanfaat bagi orang yang bersalah, padahal dia tidak tahu bahwa itu adalah sebab dari kejatuhannya.

Maka inilah Abul Hasan alMishry alMa'riby, dulu dia merasa kuat dengan orang yang menyanjung dan berbuat ghuluw kepadanya, kemudian apa yang terjadi?!! Dia jatuh dan binasa.

☑Bahkan, yang lebih mengherankan dari itu adalah orang yang salah dipuji-puji, dan orang alim yang memberi nasehat dan memperingatkan malah dihina dan dicela.

✊(Berpegang teguhlah kalian kepada)Allah... Allah..
Wahai manusia, wajib atas kalian untuk menyayangi orang yang salah, dan kasih sayang itu tidak terwujud kecuali dengan mencegahnya dan memperingatkan manusia darinya.

Aku memohon kepada Allah 'Azza wa Jalla agar mengokohkan kita di atas alhaq hingga pada hari kita berjumpa dengan-Nya.

Ditulis oleh:
Abul 'Abbas Yasin bin 'Ali al'Adeny.

Aden, Yaman.
~~~~~~###~~~~###~~~~~
Whatsapp Miratsul Anbiya Indonesia

BENARKAH ASY-SYAIKH RABI' AL-MADKHALI SETUJU DAN MENDUKUNG KITAB "AL-IBANAH" KARYA AL-IMAM??

~~~~~~~~~~
BENARKAH ASY-SYAIKH RABI' AL-MADKHALI SETUJU DAN MENDUKUNG KITAB "AL-IBANAH" KARYA AL-IMAM??

-------------------------

Kitab "al-Ibanah" karya asy-Syaikh Muhammad al-Imam sempat dielu-elukan. Bagaimana tidak, sementara di sampul depannya dipampang nama "asy-Syaikh Rabi'". Siapapun yang pembaca kitab tersebut pasti akan memahami bahwa kitab itu memang sudah disetujui oleh al-'Allamah Rabi' bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah.

Padahal sejatinya, di antara pihak yang paling bergembira dengan kitab tersebut :
Halabiyyun (pengikut Ali Hasan al-Halabi), dan
Hasaniyyun (Pengikut Abul Hasan al-Ma'ribi).

Bagi mereka, kitab "al-Ibanah" tersebut tidak ada bedanya dengan kitab "Manhaj as-Salaf ash-Shalih" karya al-Halabi dan kitab "as-Siraj al-Wahhaj"

Benarkah al-'Allamah al-Walid Rabi' bin Hadi menyetujui kitab "al-Ibanah"

Di sela-sela artikel-artikel bantahan asy-Syaikh Rabi' terhadap 'Ali Hasan al-Halabi, kita akan mendapatkan penjelasan tersebut.

Tepatnya pada artikel berjudul :"al-Halabi adalah manusia paling besar dalam persaksian dustanya, dan orang yang paling banyak dan paling besar terjatuh dalam sikap kontradiktif yang sangat menyedihkan" halaman 10 ~ 11.
Ketika asy-Syaikh Rabi membantah al-Halabi yang membanggakan kitab "al-Ibanah" yang ternyata banyak kesesuainnya dengan kitab "Manhaj as-Salaf ash-Shalih" karya al-Halabi sendiri, dan dia menghujat balik Ahlus Sunnah dengan kitab "al-Ibanah" tersebut.

------------------

Dalam salah satu risalah bantahannya terhadap Ali Hasan al-Halabi, Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah berkata,
"Kedua : Al-Halabi pada (hal. 1) mengatakan, "Namun mayoritas permasalahan yang ditegaskan oleh asy-Syaikh al-Halabi dalam kitabnya, telah disepakati oleh asy-Syaikh Muhammad al-Imam dalam kitabnya yang berjudul "AL-IBANAH 'an Kaifiyyati at-Ta'aamul ma'a al-Khilaf baina Ahlis Sunnah wal Jama'ah". - sekian -

Aku (Rabi' bin Hadi) katakan,
"SUNGGUH TELAH SALAH ASY-SYAIKH AL-IMAM dalam sikapnya menyetujui prinsip-prinsip al-Halabi.
Maka sikapmu (Wahai al-Halabi) berdalil dengan suatu kesalahan menunjukkan bahwa kamu benar-benar tenggelam dalam hawa nafsu.
Kemudian, siapa dari 'Ulama Salaf yang mempersaksikan untukmu dan untuk kitabmu yang memerangi Manhaj Salafy itu??

Bukankah KETIADAAN persaksian para 'Ulama merupakan di antara bukti paling jelas yang menunjukkan BATILnya kandungan kitabmu tersebut dan menunjukkan bahwa kitab tersebut berlawanan dengab Manhaj Salaf??

KETIGA : al-Halabi (hal. 1) berkata : "asy-Syaikh Rabi' al-Madkhali menyikapi kitab 'Manhaj as-Salaf ash-Shalih' (karya al-Halabi, pen) dengan sikap keras, kacau, dan penentangan. Namun sikapnya terhadap kitab (al-Ibanah, pen) tersebut bertolak belakang!!! Asy-Syaikh Rabi' telah membaca kitab tersebut,  memurajaah, dan memberikan beberapa catatan kaki terhadapnya. Sehingga asy-Syaikh al-Imam menuliskan pada sampul depan kitabnya : "Telah dikoreksi dan dibaca oleh Fadhilatusy Syaikh al-'Allamah Rabi' bin Hadi al-Madkhali".
Sebab kenapa demikian adalah kembali kepada : bahwa asy-Syaikh al-Madkhali tahu bahwa Kitab al-Ibanah ini ditulis sebagai bantahab terhadap asy-Syaikh al-Hajuri yang ketika itu masih dalam tahapan untuk disikapi dengan sabar oleh asy-Syaikh Rabi' dan terus dalam tahapan munashahah terhadapnya.
Jadi, asy-Syaikh al-Madkhali ini menyetujui atau menolak suatu perkataan, memuji atau mencela suatu perkataan bukan dengan tinjauan pada dzarnya, namun dengan melihat siapa yang mengucapkannya. Inilah yang telah menjatuhkan asy-Syaikh Rabi al-Madkhali dalam kontradiksi dan kegoncangan." - sekian -

Aku (asy-Syaikh Rabi) katakan :
"Rabi' TIDAK PERNAH MEMBERIKAN REKOMENDASI terhadap kitab "al-Ibanah". Rabi' sempat membuka lembaran-lembaran kitab tersebut pertama kali secara cepat. Bersamaan dengan itu Rabi' MENGINGKARI beberapa perkara yang terdapat dalam kitab itu, kemudian memberikan catatan tehadap kitab tersebut dalam bentuk peringatan-peringatan untuk Muhammad al-Imam, agar dia rujuk dari kesalahan-kesalahannya.
Kemudian Rabi' membacanya untuk kedua kalinya, maka tampak BANYAK KRITIK atas sebagian kesalahan-kesalahan dalam kitab tersebut, sekaligus MEMINTA KEPADA AL-IMAM AGAR RUJU' DARI KESALAHAN-KESALAHAN tersebut, dan meninjau ulang kitabnya, apabila mendapati dalam kitabnya penyelisihan terhadap Manhaj Salaf maka WAJIB atasnya untuk rujuk dari kesalahan tersebut.

➡ Aku SENANTIASA DI ATAS SIKAP INI, JAUH DARI KEBERPIHAKAN. Demi mengamalkan firman Allah Ta'ala :
(artinya) : "Wahai orang-orang beriman, jadilah kalian yang senantiasa menegakkan keadilan sebagi para saksi untuk Allah, walaupun terhadap diri kalian sendiri, kedua orang tua, dan karib kerabat."

⚡ Manakah kontradiksi (yang dituduhkan) itu?

Terlebih kamu (Al-Halabi) mengakui, bahwa aku memberikan beberapa catatan terhadap kitab tersebut.

✨ AKU MEMBANTAH SUATU KEBATILAN karena ITU BATIL. Aku tidak pernah menyetujui sebuah kebatilan sebagaimana tuduhan palsumu terhadapku.
Persaksian para 'ulama - terkhusus al-Albani - terhadap kitab-kitabku bahwa kitab-kitabku itu adalah haq dan membantah kebatilan, serta tidak bertentangan dengan manhaj salaf, maka persaksian-persaksian tersebut CUKUP untuk MENUNJUKKAN kebodohan dan kezhalimanmu.

Kezhalimanmu, kebodohanmu, dan kedengkianmu telah menjadikan al-Haq sebagai kebatilan, dan kebatilan sebagai al-Haq.

sumber
http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=137517

terjemah
http://miratsul-anbiya.net
••••••••••••••
WhatsApp Miratsul Anbiya Indonesia

-----------------------------------