AGAMA PERTENGAHAN
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
"وَمَا أَمَرَ اللَّهُ بِأَمْرٍ إِلَّا وَلِلشَّيْطَانِ فِيهِ نَزْعَتَانِ:
إِمَّا إِلَى تَفْرِيطٍ وَإِضَاعَةٍ، وَإِمَّا إِلَى إِفْرَاطٍ وَغُلُوٍّ. وَدِينُ اللَّهِ وَسَطٌ بَيْنَ الْجَافِي عَنْهُ وَالْغَالِي فِيهِ، كَالْوَادِي بَيْنَ جَبَلَيْنِ، وَالْهُدَى بَيْنَ ضَلَالَتَيْنِ، وَالْوَسَطِ بَيْنَ طَرَفَيْنِ ذَمِيمَيْنِ.
فَكَمَا أَنَّ الْجَافِيَ عَنِ الْأَمْرِ مُضَيِّعٌ لَهُ، فَالْغَالِي فِيهِ: مُضَيِّعٌ لَهُ. هَذَا بِتَقْصِيرِهِ عَنِ الْحَدِّ. وَهَذَا بِتَجَاوُزِهِ الْحَدَّ."
“Tidaklah ada suatu perkara yang Allah perintahkan (kepada umat manusia, pen.) melainkan setan menebarkan dua jaring jeratnya:
bermudah-mudahan dalam menjalankan perintah tersebut (tafrith & idha’ah)
dan berlebih-lebihan padanya (ifrath & ghuluw).
Padahal agama yang Allah turunkan (kepada umat manusia) adalah agama pertengahan. Ia berada diantara orang-orang yang bermudah-mudahan dalam menjalankannya dan orang-orang yang berlebih-lebihan padanya.
Ibarat satu lembah diantara dua gunung, satu petunjuk diantara dua kesesatan dan satu poros diantara dua kutub yang tercela. Sebagaimana orang-orang yang bermudah-mudahan (dalam menjalankannya) termasuk menyia-nyiakan agama, demikian pula orang-orang yang berlebih-lebihan padanya. Jenis pertama karena sikap bermudah-mudahannya, sedangkan jenis kedua karena sikap berlebihannya (melampaui batas) dari apa yang telah disyari’atkan.”
Madarijus Salikin 2/496
WhatsApp Miratsul Anbiya Indonesia 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar