--------
KEDUDUKAN ASY-SYAIKH AL-‘ALLAMAH RABI’ BIN HADI AL-MADKHALI HAFIZHAHULLAH DI SISI ASY-SYAIKH AL-‘ALLAMAH AL-MUHADDITS MUHAMMAD NASHIRUDDIN AL-ALBANI RAHIMAHULLAH
Asy-Syaikh al-‘Allamah al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah, dalam kaset al-Muwazanat bid’atul ‘ashr berkata:
فالحط على هذين الشيخين الشيخ ربيع والشيخ مقبل الداعيين إلى الكتاب والسنة، وما كان عليه السلف الصالح ومحاربة الذين يخالفون هذا المنهج الصحيح هو كما لا يخفى على الجميع إنما يصدر من أحد رجلين: إما من جاهل أو صاحب هوى. الجاهل يمكن هدايته ؛ لأنه يظن أنه على شيء من العلم، فإذا تبين العلم الصحيح اهتدى.. أما صاحب الهوى فليس لنا إليه سبيل، إلا أن يهديه الله ـ تبارك وتعالى ـ فهؤلاء الذين ينتقدون الشيخين ـ كما ذكرنا ـإما جاهل فيُعلّم، وإما صاحب هوى فيُستعاذ بالله من شره، ونطلب من الله -عز وجل- إما أن يهديه وإما أن يقصم ظهره.
“Maka menjatuhkan kredibilitas kedua syaikh tersebut yaitu asy-Syaikh Rabi' dan asy-Syaikh Muqbil, dua tokoh yang menyeru kepada al-Kitab dan as-Sunnah serta prinsip as-Salafush Shalih, juga memerangi orang-orang yang menyelisihi manhaj yang shahih ini – sebagaimana telah diketahui oleh semua pihak, bahwa perbuatan tersebut (,0menjatuhkan kredibilitas dua syaikh yang mulia tadi) hanyalah muncul dari salah satu dari dua jenis orang: Bisa saja dari seorang yang jahil, atau seorang pengekor hawa nafsu. Adapun seorang yang jahil, masih memungkinkan untuk diberitahu (hidayah). Karena dia menyangka bahwa dirinya berada di atas ilmu. Namun, jika telah nampak baginya ilmu yang benar maka dia akan berjalan di atas hidayah. Adapun seorang pengekor hawa nafsu maka tidak ada jalan bagi kita, kecuali jika Allah memberikan hidayah kepadanya. Mereka yang mengkritisi dua syaikh tersebut (asy-Syaikh Rabi' dan asy-Syaikh Muqbil) bisa saja seorang yang jahil maka diberi pelajaran, atau dia seorang pengekor hawa nafsu maka berlindung kepada kepada Allah dari kejahatannya, dan kita memohon kepada Allah agar memberikan hidayah kepadanya atau semoga Allah turunkan padanya musibah/bala'.” (Lihat Ats-Tsana’ al-Badi’ Minal Ulama’ ‘ala asy-Syaikh Rabi’, hlm. 11-12)
Dari perkataan asy-Syaikh al-‘Allamah al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah di atas dapat diambil kesimpulan, antara lain;
Beliau tidak suka dengan orang-orang yang menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’.
Beliau menyimpulkan bahwa orang yang menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ adalah salah satu dari dua jenis orang; jahil (bodoh), atau pengekor hawa nafsu.
Beliau berpandangan bahwa jika yang menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ itu dari jenis orang jahil (bodoh) maka sepatutnya diberi pelajaran, diingatkan, dan diberitahu apa yang belum diketahuinya.
Sedangkan jika yang menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ itu dari jenis pengekor hawa nafsu maka berlindung kepada kepada Allah dari kejahatannya.
Terakhir, beliau mendo’akan si pengekor hawa nafsu yang menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ semoga mendapatkan hidayah, atau kalau tidak semoga Allah turunkan padanya musibah/bala’.
Di sisi lain, asy-Syaikh Rabi’ mendapatkan banyak pujian dari asy-Syaikh al-Albani.
Di antaranya adalah perkataan beliau dalam kaset al-Muwazanat Bid'atul 'Ashr,
وباختصار أقول: إن حامل راية الجرح والتعديل اليوم في العصر الحاضر وبحق هو أخونا الدكتور ربيع، والذين يردون عليه لا يردون عليه بعلم أبداً، والعلم معه
“Dan secara ringkas aku mengatakan, sesungguhnya pembawa bendera al-Jarh wa at-Ta’dil pada hari ini dalam zaman ini dan dengan sebenar-benarnya adalah saudara kami Doktor Rabi’. Sementara orang-orang yang membantahnya, tidaklah mereka membantahnya di atas bimbingan ilmu sama sekali, dan ilmu (kebenaran) bersama beliau (asy-Syaikh Rabi).” (Lihat Ats-Tsana’ al-Badi’ Minal Ulama’ ‘ala asy-Syaikh Rabi’, hlm. 12)
Perhatikanlah perkataan asy-Syaikh al-‘Allamah al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah di atas. Beliau memuji asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah dengan beberapa pujian, antara lain;
Beliau menggelari asy-Syaikh Rabi’ sebagai “Pembawa bendera al-Jarh wa at-Ta’dil pada hari ini dalam zaman ini.” Sebuah gelar yang belum pernah beliau sematkan kepada selain asy-Syaikh Rabi’.
Tentunya, gelar mulia tersebut tidaklah beliau sematkan secara asal-asalan begitu saja, akan tetapi berdasarkan keilmuan beliau yang tinggi di bidang ilmu hadits terkhusus al-Jarh wa at-Ta’dil. Demikian pula berdasarkan pengetahuan beliau yang mendalam tentang pribadi asy-Syaikh Rabi’, manhajnya, karya-karya tulisnya, dan kiprahnya di dunia dakwah, mengingat hubungan kedekatan antara keduanya sudah lama terjalin, kurang lebih sejak tahun 1381 H (1960 M). Oleh karena itu beliau tegaskan penyematan gelar tersebut dengan kata “sesungguhnya” dan kata “dengan sebenar-benarnya”. Perhatikanlah perkataan beliau berikut ini, “Sesungguhnya pembawa bendera al-Jarh wa at-Ta’dil pada hari ini dalam zaman ini dan dengan sebenar-benarnya adalah saudara kami Doktor Rabi’.”
Beliau menilai bahwa orang-orang yang membantah asy-Syaikh Rabi’, tidaklah mereka membantahnya di atas bimbingan ilmu sama sekali. Ini menunjukkan bahwa mereka berada di atas kesalahan sedangkan asy-Syaikh Rabi’ berada di atas kebenaran. Untuk itu beliau menegaskan, “Ilmu (kebenaran) bersama beliau (asy-Syaikh Rabi).”
Wallahu a'lam
WhatsApp Miratsul Anbiya Indonesia 1
--------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar