--------
Bersyukur Dengan Kondisi Kita Yang Lebih Baik
--------
Bisa istiqomah diatas kebenaran merupakan harapan kita semua. Dan beruntunglah mereka-mereka yang mendapatkannya.
Bisa hadir di majlis-majlis ilmu dengan rutin, memiliki ma'isyah yang tidak banyak mengandung kemaksiatan, plus seorang istri yang sudah berhijab sesuai sunnah.
Rasa-rasanya gambaran kecil diatas sudah bisa dikatakan hidup 'idealnya' seorang ikhwah.
Beruntunglah dan bersyukurlah mereka-mereka yang mendapat karunia ini.
Disana masih ada atau bahkan masih banyak saudara-saudara kita yang sedang berjuang untuk bisa mendapatkan yang lebih syar'i.
Bersyukur atas nikmat yang kita terima merupakan sifat orang-orang yang abror (berbuat baik). Bersyukur dengan menjalankan ketaatan kepada sang pencipta alam semesta ini Allah -عزوجل-
Namun syaithan memang tak lelah berusaha menggelincirkan orang-orang yang berusaha istiqomah diatas kebenaran.
Melihat mereka-mereka yang mungkin kondisinya masih tidak lebih baik dari kita muncul kalimat-kalimat yang tidak selayaknya diucapkan.
" itu si fulanah pakai cadar kalau ketika taklim saja."
" itu pak fulan ternyata kerjanya ikhtilat (campur laki-kaki dan perempuan)."
" itu akh abu fulan taklimnya jarang sekali."
Tahukah anda?
Bagaimana jika ucapan anda ini terdengar sampai kepada orang yang anda bicarakan? Dalam keadaan dia tengah berjuang?
Mungkin dalam hati mereka berkata:
"Aku ingin seperti kalian, namun sekarang belum memungkinkan untukku"
Atau jika dia baru mengenal dakwah justru bisa lari dari dakwah karena ucapan anda ini!
Tidakkah anda memberikan udzur kepada saudara anda ini!
Tidak adakah udzur yang bisa diberikan kepadanya barang satu saja?
Anda telah terjatuh pada tindakan ghibah, memakan daging saudara anda hidup-hidup.
SIMAKLAH UCAPAN IMAM SYAFI'I KEPADA YUNUS BIN ABDUL A'LA:
Berkata Yunus bin Abdul A'la:
Suatu hari Imam Syafi'iy pernah berkata kepadaku:
"Wahai Yunus,,
Jika sampai kepadamu dari temanmu sesuatu yang engkau tidak sukai, maka hati-hatilah kamu dari bersegera untuk memusuhi dan memutus hubungan, sehingga engkau termasuk orang-orang yang hilang keyakinannya(tentang nilai pertemanan) dengan sebab keraguan.
Namun temuilah dia dan katakan kepadanya: "telah sampai kepadaku berita tentang dirimu demikian dan demikan, dan hati-hatilah untuk menyebutkan nama kepadanya orang yang menyampaikan(keburukannya),
jika dia mengingkari hal tersebut maka katakan lah kepadanya: "Kamu lebih jujur dan lebih baik (daripada orang yang menyampaikan kabar tadi). Dan janganlah engkau menambahkan (ucapan/keterangan) sedikitpun.
Maka jika dia mengakui berita tentangnya(yakni keburukan yang ada padanya), dan engkau melihat udzur yang ada padanya,maka terimalah udzur darinya
Akan tetapi jika engkau tidak melihat sisi udzur padanya,maka katakanlah padanya: Apa yang kamu inginkan dari sesuatu yang telah sampai kapadaku tentangmu(yakni keburukan)?
Maka jika dia menyebutkan udzur kepadamu dari sesuatu yang ada padanya,maka terimalah udzur tersebut darinya."
---
Bukankah Rasul bersabda:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ ﻟَﻴَﺘَﻜَﻠَّﻢُ ﺑِﺎﻟْﻜَﻠِﻤَﺔِ ﻻَ ﻳَﺮَﻯ ﺑِﻬَﺎ ﺑَﺄْﺳًﺎ ﻳَﻬْﻮِﻯ ﺑِﻬَﺎ ﺳَﺒْﻌِﻴﻦَ ﺧَﺮِﻳﻔًﺎ ﻓِﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan suatu kalimat yang dia anggap itu tidaklah mengapa, padahal dia akan dilemparkan di neraka sejauh 70 tahun perjalanan karenanya.” (HR. Tirmidzi)
Beliau juga bersabda:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪَ ﻟَﻴَﺘَﻜَﻠَّﻢُ ﺑِﺎﻟْﻜَﻠِﻤَﺔِ ﻣَﺎ ﻳَﺘَﺒَﻴَّﻦُ ﻣَﺎ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻳَﻬْﻮِﻯ ﺑِﻬَﺎ ﻓِﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﺃَﺑْﻌَﺪَ ﻣَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻤَﺸْﺮِﻕِ ﻭَﺍﻟْﻤَﻐْﺮِﺏِ
“Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988)
Itulah hakikat ghibah, dimana Rasulullah bersabda:
ﺃﺗﺪﺭﻭﻥ ﻣﺎ ﺍﻟﻐﻴﺒﺔ؟
ﻗﻠﻨﺎ : ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺃﻋﻠﻢ . ﻗﺎﻝ: (ﺫﻛﺮﻙ ﺃﺧﺎﻙ ﺑﻤﺎ ﻳﻜﺮﻩ ﻓﻲ ﻏﻴﺒﺘﻪ )، ﻗﺎﻟﻮﺍ : ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺃﺧﻲ ﻣﺎ ﺃﻗﻮﻝ؟ ﻗﺎﻝ: (ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻴﻪ ﻣﺎ ﺗﻘﻮﻝ ﻓﻘﺪ ﺍﻏﺘﺒﺘﻪ ، ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻓﻴﻪ ﻣﺎ ﺗﻘﻮﻝ ﻓﻘﺪ ﺑﻬﺘﻪ )
“Tahukah kalian apa itu ghibah?” Para shahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : (Ghibah adalah) engkau menyebut-nyebut saudaramu sesuatu yang tidak disukainnya saat dia tidak ada bersamamu.” Para shahabat bertanya : “Ya Rasulullah bagaimana jika ternyata kejelekan itu memang ada pada diri saudaraku tersebut?” Beliau menjawab: “jika memang kejelekan itu ada pada dirinya maka engkau telah berbuat ghibah padanya, dan jika kejelekkan itu tidak ada pada diri sahabatmu maka engkau telah melakukan Buhtan terhadapnya.” (HR. Muslim)
✅ Yang benar adalah engkau suport dia, supaya bisa seperti anda, agar bisa lebih baik kondisinya.
Doakan dia, agar mendapatkan kemudahan keluar dari ujian yang tengah dia jalani.
Kuatkan dia, bukan malah engkau mencibirnya, dan memandangnya dengan sebelah mata.
Mudah-mudahan dengan bantuan anda Allah mudahkan dia mendapatkan hidayah.
ﻓَﻮَﺍﻟﻠﻪِ ﻟِﺄَﻥْ ﻳَﻬْﺪِﻱَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻚَ ﺭَﺟُﻼً ﻭَﺍﺣِﺪﺍً ﺧَﻴْﺮٌ ﻟَﻚَ ﻣِﻦْ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﻟَﻚَ ﺣُﻤْﺮُ ﺍﻟﻨَّﻌَﻢِ ) ( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ )
Demi Allah, Allah memberi petunjuk kepada seseorang lantaran engkau, adalah lebih baik bagimu daripada engkau memiliki unta merah”
(*) unta merah adalah simbol harta yang paling berharga dikalangan bangsa Arab.
✏ Abu Zain Abdulloh Iding
Sabtu, 25 Dzulhijjah 1436 H
WA Berbagi Faedah [WBF] | https://jendelasunnah.com
------------------------------------------------
-WBF-
------------------------------------------------
Via WA Al-Manshuroh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar