š·šPENTINGNYA KAJIAN MANHAJ
Sebenarnya, kajian manhaj adalah kajian secara menyeluruh untuk semua aspek dalam Dien ini, mencakup akidah, akhlak, fiqh, dan sebagainya. Namun, secara khusus, terminologi kajian manhaj lebih banyak dimaksudkan pada kajian ciri khas / karakteristik Ahlussunnah yang membedakan dengan Ahlul Bidāah.
š Dalam kajian tersebut PASTI TIDAK LUPUT dari pembahasan tentang bahaya kebidāahan dan tokoh-tokoh kebidāahan.
šDi masa Nabi shollallahu alaihi wasallam semua kaum muslimin yang secara lahiriah menjalankan syariat-syariat Islam terbagi menjadi 2, yaitu:
1⣠Muslim yang hakiki, sesuai antara lahiriah dan batiniahnya. Mereka ini adalah para Sahabat Nabi. Generasi terbaik umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam.
2⣠Kaum munafik.
Mereka menampakkan Islam secara lahir, namun secara batin membenci Islam dan kaum muslimin. Akidah mereka adalah kekafiran, tapi menampakkan diri sebagai muslim. ā ļø Mereka adalah musuh internal Islam. Karena mereka adalah musuh internal, bahayanya lebih besar dibandingkan musuh eksternal yaitu orang-orang Kafir yang sudah sangat jelas kekafirannya.
Golongan kaum munafik ini dinyatakan dalam al-Quran sebagai penghuni dasar Jahannam š„ (Q.S anNisaaā ayat 145).
š„Kedudukan mereka di Jahannam tersebut kata Syaikh Abdurrahman as-Saādi -rahimahullah- lebih rendah dibandingkan seluruh orang-orang kafir. Mengapa orang munafik akbar adzabnya lebih dahsyat dan kedudukannya lebih rendah dari orang-orang kafir? Karena selain mereka (orang munafik itu) kafir terhadap Allah dan memerangi RasulNya, ditambah lagi mereka membuat makar dan berbagai permusuhan terhadap kaum muslimin dalam bentuk yang tidak nampak/ samar (disarikan dari Tafsir as-Saādi thd surat anNisaaā ayat 145).
šDi masa Nabi shollallahu alaihi wasallam belum ditemui adanya bidāah sama sekali. Namun, hampir pada setiap memulai khutbah Jumat ataupun khutbah lainnya Nabi selalu memulai dengan pujian kepada Allah dan PERINGATAN KERAS dari bahaya bidāah. Bahkan, saat Nabi memberikan nasehat ā nasehat yang dianggap sebagai pertemuan perpisahan, beliau menyampaikan wasiat yang di dalamnya terdapat peringatan keras dari bahaya kebidāahan dan perintah berpegang teguh dengan Sunnah (hadits Irbadh bin Saariyah riwayat Ashaabus Sunan).
š„Kebidāahan tidak ada di masa Nabi, tidak pula di masa Abu Bakr dan Umar radhiyallahu anhuma. Kebidāahan pertama baru muncul saat pemerintahan 'Utsman bin Affan yang juga menjadi sebab terbunuhnya beliau. Kebidāahan pertama adalah kebidāahan khawarij.
Maka sejak munculnya kebidāahan itu terjadilah 2 kutub pada orang-orang yang secara lahiriah muslim, yaitu: Ahlussunnah dan Ahlul Bidāah.
Perhatikanlah penafsiran al-Quran dari Sahabat Nabi Ibnu Abbas, anda akan mendapati bahwa beliau sudah mulai membagi pihak menjadi 2, yaitu Ahlussunnah dengan Ahlul Bidāah saat menafsirkan Ali Imron ayat 106.
šPara 'Ulama menjelaskan bahwa kebidāahan itu terbagi menjadi 2, yaitu kebidāahan yang sudah sampai pada taraf kafir, dan kebidāahan yang belum sampai pada taraf kafir. Namun bagaimanapun, kebidāahan itu adalah pos menuju pada kekafiran, sebagaimana penjelasan Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah dalam Majmuā Fataawa.
Ahlul Bidāah itu permisalannya adalah seperti permisalan orang-orang munafik, demikian dijelaskan oleh Abu Qilabah š„ (seorang tabiāin yang sudah pernah kita baca biografinya pada group WA ini). Karena itu bahayanya SANGAT BESAR. Bahaya kebidāahan seringkali mendapat porsi pembahasan yang lebih banyak dibandingkan pembahasan terhadap bahaya makar orang-orang kafir, karena bahaya kebidāahan LEBIH BESAR dibandingkan bahaya kekafiran. Dalam hal, demikian samar dan tersembunyinya masalah ini. Beda dengan sesuatu yang jelas-jelas kekafiran, kaum muslimin akan segera menjauh darinya. Sebagaimana hadits-hadits Nabi tentang bahaya kebidāahan ini lebih banyak dibandingkan bahaya-bahaya kekafiran yang nyata.
Alhamdulillah, atas rahmat dari Allah, pada setiap zaman akan selalu ada 'Ulama-'Ulama yang memperingatkan umat dari bahaya kebidāahan dan tokoh-tokoh kebidāahan. Pada setiap masa akan terdapa t karya para 'Ulama DALAM HAL RUDUUD (bantahan-bantahan) terhadap kesesatan-kesesatan.
Kajian-kajian manhaj akan MENGULAS prinsip-prinsip Ahlussunnah dan bahaya kebidāahan-kebidāahan serta tokoh-tokohnya. Kadangkala pembahasan manhaj tidak menunjuk secara langsung person tertentu tapi hanya disebut ciri-ciri dan karakteristiknya. Kadangkala pula disebut secara jelas SIAPA ORANGNYA agar menjadi jelas bagi kaum muslimin.
š£Membongkar penyimpangan dan kesesatan seseorang dalam hal ini BUKANLAH GHIBAH, namun itu adalah nasehat dan bentuk kasih sayang bagi kaum muslimin. Sebagaimana penjelasan Imam Ahmad bin Hanbal dan para 'Ulama hadits lain ketika menjelaskan kedudukan para perawi hadits bahwa fulaan lemah, fulaan pendusta, dan semisalnya.
šAl-Imam atTirmidzi menyatakan: "Sesungguhnya yang membuat mereka (para 'Ulama hadits) melakukan hal itu (mengkritik seseorang) menurut kami, Wallaahu Aālam adalah dalam rangka MEMBERIKAN NASEHAT bagi kaum muslimin. Sama sekali tidaklah disangka bahwa mereka melakukan hal itu untuk mencerca manusia atau ghibah. Sesungguhnya mereka melakukan hal itu untuk menjelaskan kelemahan-kelemahan orang-orang tersebut agar diketahui bahwa sebagian mereka adalah Ahlul Bidāah, sebagian mereka tertuduh dalam (memalsukan) hadits, sebagian mereka adalah orang yang suka lalai dan banyak kesalahan (dalam meriwayatkan, pent). Maka para Imam tersebut ingin menjelaskan keadaan mereka sebagai bentuk kasih sayang terhadap Dien dan untuk memperjelas. Karena persaksian dalam masalah Dien lebih berhak untuk diperjelas dibandingkan persaksian yang terkait hak-hak manusia dan harta-harta mereka" (Sunan atTirmidzi (14/134))
š Maka BERSYUKURLAH kepada Allah jika kita mendengar atau membaca kajian-kajian manhaj yang disampaikan para 'Ulama atau dinukil oleh para da'i Ahlussunnah. Bersyukurlah bahwa dengan penjelasan-penjelasan itu akan SEMAKIN TERANG AL-HAQ sebagaimana semakin jelas kebatilan.
š JANGANLAH merasa sempit hati dan tidak enak ketika ada penjelasan tentang penyimpangan seseorang yang masih hidup di jaman kita, jika penjelasan itu berdasarkan hujjah yang nyata dan kuat dengan bimbingan 'Ulama Ahlussunnah yang masih hidup. JANGAN KEDEPANKAN PERASAAN KITA DALAM MASALAH DIEN (AGAMA) INI.
š Sesungguhnya kita terbiasa mengedepankan perasaan kita, tepo seliro yang melampaui batas, karena kultur dan tradisi Bhinneka Tunggal Ika yang begitu tertanam dalam benak-benak kita. Sehingga saat ada nasehat secara Dien yang sesuai kaidah-kaidah syarāi kita anggap itu sebagai cercaan dan kalimat-kalimat kotor yang tidak pantas untuk saudara kita. š PADAHAL itu justru bentuk kasih sayang Ahlussunnah terhadap saudaranya. Baik untuk pihak kaum muslimin secara umum maupun pihak yang menjadi sasaran kritikan dan tahdzir. Agar mereka kembali ke jalan yang haq, dan agar penyimpangan yang dilakukannya tidak semakin menjadi-jadi, serta tidak semakin banyak orang yang akan mengikuti kesalahannya.
āØSemoga pada kesempatan-kesempatan berikutnya, pengantar kajian-kajian manhaj bisa disampaikan melalui media ini. Seperti pengenalan istilah-istilah asing dalam manhaj, semisal: tahdzir, hajr, hizbiy, hawaa, dan semisalnya.
šMari berta'awun agar kita semua istiqomah di atas manhaj yang haq ini. Setiap kita yang masih hidup tidak ada yang bisa menjamin keistiqomahan kita, hanya kepada Allah-lah kita berharap untuk bisa senantiasa memperbaiki diri kita dan mengantarkan kita pada akhir kehidupan yang baik di atas Sunnah.
š Sesungguhnya dakwah Ahlussunnah ini milik Allah, dan Allah tidak butuh dengan kita. Jika bukan kita yang terlibat di dalamnya, maka Allah akan pilihkan orang lain untuk MENGGANTIKAN kita. JUSTRU KITA YANG SANGAT BUTUH agar bisa terlibat dalam dakwah ini. š Dakwah ini bukan dakwah individu untuk mengkultuskan pribadi atau kelompok tertentu, tapi ini adalah dakwah menuju Allah di atas Sunnah Nabi dan pemahaman Salafus Sholih (para Sahabat, Taabi'in, dan Atbaa'ut Taabi'in).
Baarakallaahu fiikum
š Ustadz Abu Utsman Kharisman, Kraksaan.
šøšøš·š¶š¹š¹
š”sumber: šWA al-I'tishom - Probolinggo
----------------
š Dipublikasikan pada : Senin 05 Dzulqoidah 1437 H / 08 Agustus 2016 M.
š WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
ššæ http://bit.ly/telegramTIC
ššæ http://bit.ly/websiteTIC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar