SILSILAH DURUS TAFSIR AL-FATIHAH DAN JUZ ‘AMMA:
TAFSIR SURAT AL-FATIHAH
Ayat ke 4
{ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ }
Maknanya: “Tidaklah kami akan menyembah kecuali hanya kepada-Mu dan tidaklah kami bertawakal (menyandarkan diri) dan meminta pertolongan dalam segala urusan kami kecuali hanya kepada-Mu. Semua perkara ada di tangan-Mu dan Engkau berkuasa atas segala sesuatu, tidak ada satupun dari makhluk-Mu yang bersekutu dengan-Mu.”
Dalam ayat ini terkandung padanya dua hal;
a. Kalimat pertama terkandung padanya perlepasan diri dari kesyirikan.
b. Kalimat kedua terkandung padanya penetapan bahwa segala daya, upaya dan kekuatan hanyalah milik Allah ‘Azza wa Jalla.
Ini merupakan bentuk kesempurnaan ketaatan, karena kandungan agama Islam ini kembali kepada dua hal tersebut. Lihat tafsir Ibnu Katsir rahimahullah (1/48).
Berkata as-Sa’di rahimahullah, “Kami mengkhususkan diri-Mu semata dalam ibadah dan permohonan.” [Tafsir as-Sa’di hal. 39]
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Sering aku mendengar Syaikhul Islam rahimahullah berkata: (إِيَّاكَ نَعْبُدُ) menolak riya, sedangkan (إِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) menolak kesombongan.” Kemudian beliau berkata, “Obatnya riya adalah (إِيَّاكَ نَعْبُدُ), sedangkan obatnya kesombongan adalah (إِيَّاكَ نَسْتَعِينُ). [Madarijus Salikin: 1/78].
Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala dari perkataan maupun perbuatan, baik yang zhahir maupun yang batin.
Isti’anah adalah menyandarkan diri kepada Allah Ta’ala dalam mendapatkan keberuntungan dan dalam menolak kepahitan (hidup) disertai kepercayaan kepada-Nya dalam memperolehnya. [Tafsir as-Sa’di hal. 39]
Dalam meminta kepada Allah harus disertai padanya dua hal; penyandaran diri dan kepercayaan. Karena ada jenis manusia percaya kepada seseorang bahwa dia bisa menolong urusannya, namun dia tidak mau menyandarkan diri kepadanya, karena dia masih merasa mampu. Ada yang sebaliknya, dia meminta tolong kepada seseorang karena butuh kepadanya atau tidak ada yang bisa menggantikannya, padahal sebenarnya dia tidak percaya dengan orang tersebut. Oleh karena itu, disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah, bahwa al-Isti’anah harus terkumpul padanya dua hal ini, penyandaran diri dan disertai kepercayaan. [lihat Madarijus Salikin: 1/96].
FAEDAH DARI AYAT KE 4:
1. Kewajiban memurnikan ibadah hanya untuk Allah semata.
2. Larangan memalingkan segala bentuk ibadah kepada selain Allah.
3. Wajib bagi setiap muslim untuk menyandarkan diri dan meminta pertolongan hanya kepada Allah semata dalam segala urusannya.
4. Ayat ini adalah obat bagi penyakit-penyakit hati, seperti riya, bangga diri dan sombong.
Wallahu a’lam bish shawab.
----------------------------
✒ Disusun oleh: Abu 'Ubaidah bin Damiri al-Jawy, 23 Safar 1437/ 5 Desember 2015_di kota Ambon Manise.
Silahkan kunjungi blog kami untuk mendapatkan artikel kami yang lainnya dan mengunduh PDF-nya serta aplikasi android Forum KIS di:
www.pelajaranforumkis.com atau www.pelajarankis.blogspot.com
Ikuti pula channel Forum kami di
https://telegram.me/ForumKIS
---------------------------
WA. FORUM KIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar