Senin, 30 Juni 2014

INDAHNYA KESABARAN (1)

Renungan

INDAHNYA KESABARAN
(bagian pertama)

Berkata Syaikh Abdurrahman As Sa'di -rahimahullah :

صبروا النفوس على المكاره كلها شوقا الى ما فيه من إحسانه

"Mereka -yang berjalan menuju Allah dan negeri akherat nan kekal- bersabar dengan menahan jiwa-jiwa dari segala yang dibenci. Karena rindu kepada kebaikan yang ada padanya".

Kemudian beliau -rahimahullah melanjutkan :

"Sabar adalah menahan jiwa atas apa yang dibenci manusia bila padanya ada keridhaan Allah Ta'ala.

Kesabaran terbagi menjadi tiga :

1. Sabar di atas ketaatan kepada Allah Ta'ala hingga seorang hamba menunaikannya.

2. Sabar untuk tidak bermaksiat kepada Allah Ta'ala hingga seorang hamba meninggalkan kemaksiatan tersebut.

3. Sabar atas taqdir Allah (yang dianggap hamba menyakitkan). Maka seorang hamba dilarang untuk mencelanya.

Apabila datang kemalasan pada seorang hamba untuk taat kepada Allah maka berilah semangat dan kekanglah jiwa untuk taat kepada-Nya. Berilah kabar gembira dengan pahala yang akan diperoleh.

Dan apabila cukup kuat tarikan jiwa untuk bermaksiat kepada Allah maka tahanlah jiwa darinya, peringatkan jiwa akan bahaya dan akibat buruk jika melakukannya.

Maka kesabaran sangat dibutuhkan pada semua urusan hamba.." (selesai ucapan Syaikh As Sa'di -rahimahullah)

Ketahuilah wahai saudaraku sesungguhnya sabar merupakan semulia-mulia sifat hamba, bahkan setinggi-tinggi kedududukan.

Sabar adalah benteng yang tidak akan pernah hancur, batas yang tak terlubangi, dan sabar merupakan semulia-mulia jalan untuk dapat meraih keutamaan dan kedudukan yang tinggi.

Sabar akan membuat hati kokoh, akan menjaga jiwa dari keluh kesah, rasa cemas dan kemarahan. Sabar merupakan bukti atas iman hamba dan termasuk sekuat-kuat hujah atas besarnya kehendak dan kuatnya kekokohan hati (hamba).

Apabila begitu besar dan banyaknya musibah dan ujian pada seorang hamba maka sabar adalah obatnya.

Apabila begitu besar keluh kesah, rasa cemas dan rasa takut maka sabar akan menenangkannya.

Apabila menjadi gelap dunia dan menjadi hitam kehidupan (banyaknya kemaksiatan) maka sabar adalah cahayanya (yang akan menerangi hamba agar tidak terjerumus ke dalamnya).

Allah Ta'ala berfirman :

يأيها الذين ءامنوا اصبروا وصابروا ورابطوا واتقوا الله لعلكم تفلحون (ال عمران : ٢٠٠)

"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah agar kalian beruntung". (Ali Imran : 200)

وبشر الصبرين (١٥٥) الذين إذا أصبتهم مصيبة قالوا إنا لله وإنا إليه رجعون (١٥٦) أولئك عليهم صلوت من ربهم و رحمة و ألئك هم المهتدون (البقرة : ١٥٥-١٥٧)

"Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: "Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali". Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Rabb nya, dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk". (Al Baqarah : 155-157)

واستعينوا بالصبر والصلوة (البقرة : ٤٥)

"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat". (Al Baqarah : 45)

وما يلقهآ إلا الذين صبروا وما يلقهآ إلا ذو حظ عظيم (فصلت : ٣٥)

"Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan diberikan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan besar". (Fushilat : 35)

إنما يوفى الصبرون أجرهم بغير حساب (الزمر : ١٠)

"Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas". (Az Zumar : 10)

Sabar ditinjau secara syariat adalah menahan diri dari tiga perkara, yaitu :

a. Sabar untuk tetap taat kepada Allah Ta'ala.

Seorang hamba harus bersabar ketika melakukan ketaatan kepada-Nya, karena ketaatan kepada Allah adalah perkara berat bagi jiwa, yang seorang hamba akan merasakan rasa berat tersebut.

Terkadang berat pada badannya seperti hamba yang merasa lelah dan lemah. Tetkadang berat dari sisi harta seperti membayar zakat atau menunaikan ibadah haji ke baitullah.

Maka selayaknya seorang hamba bersabar di atas ketaatan (kepada Allah) dan melatih diri untuk mengamalkannya dan tidak bermalas-malasan atau putus dalam menunaikannya.

Sesungguhnya kebahagiaan di atas kebahagiaan adalah dengan menjalankan ketaatan (kepada Allah). Dan sesungguhnya keberuntungan di atas keberuntungan adalah dengan mengamalkan dan menunaikannya.

Allah Ta'ala berfirman :

ومن يطع الله والرسول فأولئك مع الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهدآء والصلحين وحسن أولئك رفيقا (النساء : ٦٩)

"Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberi nikmat oleh Allah, (yaitu) para Nabi, Shiddiqin, Orang-orang yang mati syahid, dan Orang-orang yang shalih". (An Nisa : 69)

b. Sabar dari kemaksiatan kepada Allah Ta'ala.

Maka seorang hamba harus bersabar dari larangan-larangan Allah Ta'ala yaitu dengan menahan diri darinya, dikarenakan jiwa senantiasa akan memerintahkan kepada kejelekan, menyeru kepada hamba untuk bermaksiat dan melakukan kemungkaran-kemungkaran.

Sesungguhnya kemaksiatan-kemaksiatan dan dosa-dosa akan membinasakan hamba yang akan berujung pada kecemasan dan penyesalan pada hari akhir kelak.

Untuk itu seorang yang cerdas akan menahan dirinya dari kemaksiatan dan dosa-dosa.

Dan tidak diragukan lagi bahwa hal ini membutuhkan kesungguh-sungguhan, perhatian dan resiko.

Barang siapa yang jujur dalam keimanannya maka Allah akan menolongnya, membantunya dan membuatnya istiqamah.

Maka Dialah Allah, Sebaik-baik Pelindung dan Sebaik-baik Penolong. Allah Ta'ala berfirman :

والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا وإن الله لمع المحسنين (العنكبوت : ٦٩)

"Dan orang-orang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh Allah beserta orang-orang yang berbuat baik". (Al Ankabut : 69)

c. Sabar terhadap taqdir-taqdir Allah.

Maka seorang hamba harus bersabar terhadap taqdir-taqdir Allah yang menyakitkan.

Apabila seorang hamba diberi cobaan pada badannya atau hartanya atau keluarganya atau masyarakatnya atau yang lainnya, maka wajib seorang hamba bersabar menerimanya dan ridha terhadap ketetapan Allah Ta'ala dan taqdir-Nya.

Dan diapun wajib untuk menahan dirinya untuk tidak mencela taqdir Allah dan keluh kesah yang ditampakkan pada lisannya atau hatinya atau anggota badannya.

Diterjemahkan dari Kitab

اللآلئ الباهرة في شرح منظومة السير الى الله والدار الأخرة

Masjid Daril Hadits Fiyusy
✏Akhukum fillah, Abu Abdirrahman Arif Ibnu Khairan As Syiribuni

WhatsApp Thullab Fuyusy

➖➖➖➖➖➖➖

WA Salafy Lintas Negara

Baca juga:
Indahnya Kesabaran (2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar