Kamis, 11 September 2014

Menyingkap Syubhat Bolehnya Mengambil Ilmu Dari Ahli Bid'ah Berhujah Dengan Periwayatan Para Imam Dari Mereka

Menyingkap Syubhat Bolehnya Mengambil Ilmu Dari Ahli Bid'ah Berhujah Dengan Periwayatan Para Imam Dari Mereka
_________________________

Bismillah,
Afwan ustadz mengganggu.

Mohon penjelasan tentang syubhat bolehnya mengambil ilmu dari da`i yg punya "sedikit penyimpangan" dlm hal manhaj. Dalil dan alasan mereka adalah:
✔A'masy walaupun terpengaruh syi`ah tetap disebut perowi tsiqoh dan periwayatannya diterima.
✔Imam Ahmad rela safar dari Baghdad untuk belajar kepada Abdurrazzaq di Yaman (padahal beliau jg terpengaruh syi'ah). Gurunya Sulaiman ibn Ja'far yg begitu tawadlu, yg jg beraqidah syiah.
✔ Qotadah bin da'amah (?) jg terpengaruh qodariyyah tp ilmunya tetap diambil.

Jazaakallaahu khairan.

_________________________
Jawaban Al-Ustadz Abu Ubaidah Iqbal Bin Damiri hafidzhahullah :

Syaikh Dr. Muhammad bin Hadi al-Madkhali hafizahullah menyingkap satu syubhat ahli tamayyu' (yang lembek, plin-plan manhajnya), yaitu berhujjahnya mereka dengan periwayatan para imam dari sebagian ahli bid'ah tentang
bolehnya mengambil ilmu dari mereka, ketika beliau ditanya :
_______________
Sebagian orang membawakan satu syubhat, yaitu bahwa SEBAGIAN ULAMA MERIWAYATKAN DARI SEBAGIAN AHLI BID'AH, kemudian dia beristimbath dengan ini untuk mengambil ilmu dari para ahli bid'ah.

Syaikh menjawab:

Periwayatan bukan pengajaran. "Bagi kita periwayatannya, dan atasnya bid'ahnya."

Bersamaan dengan ini kita berkata:
✔"Dia tsiqah seorang khawarij",
✔"tsiqah seorang
nashibiyah (pencela ahli bait)",
✔"shaduq seorang qadariyah",
✔"shaduq seorang murji`ah."

Kita menjelaskan kejujurannya yang membolehkan kita untuk mengambil riwayat darinya, dan bid'ahnya ditanggung dirinya. Bersamaan dengan ini KITA TIDAK DIAM darinya.

Tapi sangat disayangkan pada hari ini sebagian orang, jika seorang syaikh dikritik, kemudian jelas setelah itu ada bid'ah-bid'ah disisinya, selamanya tidak boleh
membicarakannya. Dia menganggapnya "sempurna tak adacacatnya". Ini tidak benar.

Bukanlah alasan engkau mengambil ilmu darinya kemudian engkau membelanya. (Jika) engkau mengambil ilmu darinya padahal engkau tidak tahu tentang dirinya, engkau ma'dzur .

Sebagian masyayikh kita, kita kritik selama lima tahun,kemudian setelah itu jelas bahwa dia membela Usamah bin Laden, membela Jama'ah Tabligh, membela Ikhwanul Muslimin.

Dia mengatakan bahwa kebanyakan ulama Kerajaan Saudi Arabia adalah pengikut Asy'ariyyah –dia berdusta demi Allah-. Kita tetap tinggal karena kita belajar atasnya "sempurna tidak ada cacat."

Mesti HARUS KITA MEMPERINGATKAN DARINYA. Mesti kita mengatakan: "Ini bathil. Ucapannya bathil."

Meskipun kita mengambil ilmu darinya. Maka janganlah engkau terganggu dengan keberadaanmu engkau mengambil ilmu darinya, kemudian engkau membelanya dan menjadi muridnya secara sempurna. Ini tidak benar.

Maka PENGAJARAN BUKANLAH PERIWAYATAN. Pengajaran itu si murid duduk kepada si guru, kemudian dia memberikan
pemahaman kepada murid tentang makna-makna nash-nash ini dari al-Kitab dan as-Sunnah. Kemudian gurunya menjelaskannya kepada murid sesuai dengan pemahaman ahli bid'ah, kemudian dia mengeluarkan dari akal dan pemahamannya.

Adapun ahlul ilmi, sesungguhnya mereka ketika mengambil riwayat, mereka mengambil hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saja. Mereka tidak mengambil penjelasannya, kemudian pergi. Maka beda antara yang ini dan itu.

(Sumber: http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=127061 )
〰〰

_________________________
WA Forum Berbagi Faidah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar