بسم الله الرحمن الرحيم
ADAB-ADAB PENGAJAR DAN PELAJAR
Karya: Asy-Syaikh ‘Abdurrohman bin Nashir As-Sa’diy
Diskusi antara dua pelajar
Dan termasuk yang membantu untuk memperoleh ilmu, hendaknya seorang pengajar membuak diskusi bagi para pelajar dalam berbagai permasalahan dan cara-cara berhujjah. Dan hendaknya tujuannya satu, yaitu mengikuti perkara yang dikuatkan oleh dali-dalil. Seorang pengajar bila melakukan hal ini, maka akan menarik perhatian dirinya dan para pelajar, dan pikiran-pikiran mereka menjadi bercahaya, serta tempat-tempat sumber rujukan dan dalil-dalil akan diketahui, serta perkara-perkara yang hakiki diikuti. Dan tujuan pokoknya adalah untuk mengenal al-haq dan mengikutinya.
(Buruknya) Fanatik
Berhati-hatilah dari fanatik (ta’ashub) kepada pendapat-pendapat dan orang-orangnya. Fanatik adalah menjadikan tujuan dari diskusi dan pembahasan untuk memenangkan pendapat yang ia ucapkan atau diucapkan orang-orang yang ia agungkan. Sesungguhnya fanatik menghilangkan keikhlasan, menghilangkan keelokan ilmu, membutakan dari hakekat, membuka pintu kedengkian, pertengkaran, dan perkara-perkara yang membahayakan. Sebagaimana keadilan adalah hiasan ilmu, tanda-tanda keikhlasan, nasehat dan kebahagiaan.
Peringatan Menuntut ilmu karena Dunia
Kemudian berhati-hatilah dari menuntut ilmu untuk tujuan-tujuan yang rusak dan maksud-maksud yang jelek, seperti untuk berbangga, riya’, dan sum’ah, serta menjadikannya perantara untuk dunia dan kepemimpinan. Ini bukanlah perkara ahlul ilmi, padahal yang sebenarnya mereka adalah orang yang berhak akan hal itu. Barang siapa menuntut ilmu atau memakainya dalam tujuan-tujuan yang buruk, maka dia tidak akan mendapat bagian di akhirat.
Mengamalkan ilmu
Dan termasuk perkara yang terbesar yang dipastikan kepada seorang ahlul ilmi, hendaknya mereka membiasakan mempunyai sifat dengan perkara-perkara yang diserukan oleh ilmu, baik berupa akhlak, amalan, dan pengajaran. Dia adalah orang yang paling pantas untuk menunaikan kewajiban-kewajiban yang nampak atau tersembunyi, dan meninggalkan perkara-perkara harom, karena mereka terbedakan dengan hal itu (ilmu dan pengetahuan) yang tidak diperoleh selain mereka. Dan karena mereka adalah teladan bagi manusia. Dan manusia itu mempunyai kebiasaan untuk mengambil teladan dengan para ulama mereka, baik mereka mau atau tidak dalam banyak perkara mereka. Dan karena para ahlul ilmi mereka akan dihadapi penentangan dan kritikan ketika mereka meninggalkan perkara yanag diserukan oleh ilmu yang lebih keras daripada protes dan kritikan kepada selain mereka.
Demikian juga, para salaf mengambil bantuan dengan mengamalkan ilmu untuk mengokohkan ilmu mereka. apabila dia mengamalkan ilmu itu, maka ilmu itu akan tetap dan langgeng dan akan bertambah banyak berkahnya. Jika dia mengiggalkan amal dengan ilmu, maka ilmu itu akan pergi dan hilang berkahnya. Ruh ilmu, kehidupan ilmu, dan penegak ilmu hanyalah berupa menunaikannya dalam bentuk amalan, akhlah, pengajaran, dan nasehat. Dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
Cara Pengajaran
Hendaknya dia menempuh jalan yang bermanfaat saat pembahasan baik dia belajar atau mengajar. Apabila seorang pengajar menyampaikan satu permasalahan, hendaknya dia menjelaskannya dan menyampaikannya kepada pemahaman-pemahaman para pelajar dengan segala perkara yang mungkin, baik seperti cara mengungkapkan, memberi permisalan, menggambarkan, dan meringkas masalah.
Kemudian janganlah dia berpindah darinya kepada permasalahan yang lainnya sebelum dia berusaha memahamkan kepada para pelajar. Dan janganlah dia meninggalkan para pelajar keluar dari permasalahan yang belum sempurna pengajarannya dan penetapannya menuju permasalahan lain, sampai mereka mengerjakan dengan sempurna dan memahaminya. Sesungguhnya keluar dari satu permasalahan kepada permasalahan yang lain sebelum selesai dari hal itu akan menghalangi faedah sebagaimana telah lewat.
✏Menjaga Hafalan Para Pelajar✏
Seharusnya untuk menjaga hafalan para pelajar dan ilmu-ilmu yang telah mereka ketahui dengan mengulanginya, mengujinya, dan mendorong untuk mengulangi pelajaran. Sesungguhnya belajar itu seperti menanam pohon. Pelajaran, mengulang pelajaran seperti memberi pengairan terhadap tanaman dan menghilangkan yang mengganggu tanaman, sehingga tanaman itu bisa tumbuh dan berkembang terus.
Adab Berteman
Sebagaimana seorang pelajar wajib menghormati pengajarnya dan beradab kepadanya, demikian juga hendaknya kepada teman-teman belajarnya, diapun wajib untuk menjaga hak-hak para pelajar yang belajar bersamanya. Adab kepada mereka lebih besar dari pada hak-hak teman-teman biasa. Maka persahabatan dalam menuntut ilmu mengumpulkan banyak hak, karena mereka berhak mendapat hak persaudaraan, persahabatan, dan hak bergabung kepada pengajar mereka. mereka kedudukannya seperti anak-anak mereka, dan hak sebagian mereka untuk memberikan manfaat kepada yang lain.
Oleh karena itu, seharusnya orang yang mampu untuk memberi manfaat tidak meninggalkan memberi manfaat yang mungkin dengan mengajari yang tidak diketahui, membahas bersamanya untuk bertolong menolong dalam kebaikan dan membimbingnya menuju perkara yang di dalamnya ada kemanfaatan.
Dan seharusnya perkumpulan mereka dalam setiap waktu adalah ghonimah (perolehan), dimana orang di atas mengajari temannya yang lebih rendah, dan orang yang mengetahui mengajari orang yang tidak tahu. Dan mereka saling mengemukakan perkara-perkara yang bermanfaat, dan hendaknya mereka menjadikan cita-cita mereka terikat dalam perkara yang mereka berada di dalamnya.
[Disalin dari kitab عوائق الطلب karya Asy-Syaikh Doktor Abdussalam bin Barjas Ali ‘Abdil Karim. Edisi Indonesia: “10 Rintangan dalam menuntut ilmu”. Penerjemah: Abu Muhammad ibnu Hamzah. Muraja’ah: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar Thalib. Penerbit: Pustaka Al-Haura’]
WA SALAFY KENDARI
WA Ittiba'us Sunnah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar