SILSILAH ADAB MINTA IZIN:
PERTEMUAN KESEMBILAN
Apabila Tamu Ditanya, Siapakah Kamu? Maka Janganlah Menjawab, Saya, Saya! ⛔
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، يَقُولُ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي دَيْنٍ كَانَ عَلَى أَبِي، فَدَقَقْتُ البَابَ، فَقَالَ: «مَنْ ذَا» فَقُلْتُ: أَنَا، فَقَالَ: «أَنَا أَنَا» كَأَنَّهُ كَرِهَهَا. رواه البخاري ومسلم.
“Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma, ia berkata; "Aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam karena hutang ayahku, lalu aku mengetuk pintu rumah beliau, beliau bertanya;: "Siapakah itu?" aku menjawab; "Saya." Beliau bersabda: "Saya, saya!." Seolah-olah beliau membencinya." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
FAEDAH:
Sepantasnya bagi orang yang bertamu apabila ditanya oleh tuan rumah, Siapakah kamu? Maka jawablah dengan menyebutkan namanya. Sungguh kami dapatkan dari sebagian kita, apabila bertamu dan ditanya oleh pemilik rumah dari balik pintu, Siapakah kamu? maka dia menjawab; Saya pak! Saya pak!
⚠ Ini merupakan adab yang tidak baik, karena dia tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan pemilik rumah dan juga dengan jawaban itu, pemilik rumah masih belum bisa mengenal siapakah yang bertamu. Seharusnya ketika ditanya maka jawablah dengan menyebut nama atau kunyah jika dia dikenal dengan kunyahnya, sebagaimana hal ini ditunjukan dalam hadits Ummu Hani’ binti Abu Thalib radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
"ذَهَبْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الفَتْحِ فَوَجَدْتُهُ يَغْتَسِلُ وَفَاطِمَةُ تَسْتُرُهُ فَقَالَ: «مَنْ هَذِهِ؟» فَقُلْتُ: أَنَا أُمُّ هَانِئٍ"
"Aku pergi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat pembukaan Kota Makkah, lalu aku dapati beliau sedang mandi dan Fatimah menutupinya. Beliau lalu bertanya: "Siapa ini?" Aku menjawab, "Ummu Hani'." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Berkata al-Imam an-Nawawi rahimahullah: “Berkata para ulama, apabila seorang minta izin (masuk), kemudian dikatakan padanya; Siapakah kamu? atau Siapakah itu? maka tidak disukai jika dia menjawab, ‘Saya’! dengan dasar hadits ini. Dan juga (dengan jawaban tersebut) tidak menghasilkan faedah (bagi pemilik rumah), bahkan kesamaran masih tetap ada (padanya). Akan tetapi hendaknya dia menyebutkan, ‘Saya Fulan, yaitu dengan menyebut namanya.” [Syarah an-Nawawi:14/135-136]
Berkata al-Imam asy-Syinqithi rahimahullah: “Ketahuilah, bahwa apabila seorang minta izin (masuk), kemudian pemilik rumah bertanya, Siapakah kamu? maka tidak boleh dia menjawab, ‘Saya’, akan tetapi (hendaknya) dia menyebutkan nama dan kunyahnya jika memang dia terkenal dengan itu, karena lafzah ‘Saya’ digunakan oleh setiap orang untuk dirinya, sehingga dengan lafazh itu pemilik rumah tetap tidak dapat mengetahui siapakah yang minta izin (bertamu).” [Tafsir Adwaul Bayan:5/499]
Waffaqallahul jami’ likulli khairin.
----------------------------------
✒ Disusun oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri al-Jawy, 23 Jumadal Akhir 1436/ 12 April 2015_di kota Ambon Manise.
✒ Disusun oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri al-Jawy, 23 Jumadal Akhir 1436/ 12 April 2015_di kota Ambon Manise.
Silahkan kunjungi blog kami untuk mendapatkan artikel kami yang lainnya dan mengunduh PDF-nya serta aplikasi android Forum KIS di:
www.pelajaranforumkis.com atau www.pelajarankis.blogspot.com
-------------------------------------
www.pelajaranforumkis.com atau www.pelajarankis.blogspot.com
-------------------------------------
WA. FORUM KIS
==============================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar