📝💐MERASAKAN KENIKMATAN DAN KEBAHAGIAAN DALAM BERBAGAI KETERBATASAN
Abu Qilaabah Abdullah bin Zaid al-Jarmiy adalah seorang tabi’i yang menjelang akhir kehidupannya buntung tangan dan kakinya. Pendengaran dan penglihatannya berkurang. Beliau ditinggal dalam kemah sendirian karena anak yang mengurus beliau sedang pergi mencari makan. Namun, di tengah segala keterbatasan itu, orang di luar kemah mendengar beliau melantunkan doa berbalut syukur kepada Allah:
اللَّهُمَّ أَوْزِعْنِى أَنْ أَحْمَدَكَ حَمْدًا أُكَافِىء بِهِ شُكْرَ نِعْمَتِكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيَّ وَفَضَّلْتَنِى عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقْتَ تَفْضِيْلَ
Ya Allah, berikanlah aku bagian untuk memujiMu dengan pujian yang mencukupi syukur terhadap nikmat yang Engkau berikan kepadaku dan karena Engkau telah memberikan aku kelebihan dibandingkan banyak makhluk yang lain (ats-Tsiqoot karya Ibnu Hibban (5/3)).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dipenjara berkali-kali. Seakan-akan beliau benar-benar terpenjara dalam penjara. Penjara dunia bagi orang beriman, dan penjara bagi beliau dari makar pihak-pihak yang mendzhaliminya.
Namun beliau menikmati suasana hidup di penjara dengan lautan ilmu dan amal sholih. Selama di penjara, beliau mengkhatamkan al-Quran 80 kali. Memasuki khataman yang ke-81, beliau meninggal di penjara saat membaca firman Allah:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ (54) فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ (55)
Sesungguhnya orang-orang bertakwa berada di dalam taman-taman dan sungai (yang indah di akhirat). Mereka berada dalam tempat-tempat duduk yang baik di sisi (Allah) Sang Maha Raja lagi Maha Berkuasa (Q.S al-Qomar ayat 54-55)
Karya-karya beliau tidak sedikit yang lahir dari dalam penjara. Salah satunya adalah kitab al-Istiqomah. Karya-karya yang bersinar menerangi kegelapan orang yang bebas berkeliaran di luar penjara.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah berkata: “Apa yang diperbuat musuh-musuh terhadapku? Sesungguh Surgaku ada di dadaku. Ia selalu bersamaku. Tidak terpisahkan. Sesungguhnya dipenjarakannya aku adalah kesempatan menyendiri (bersama Allah, pent). Pembunuhan terhadapku akan menghantarkan aku pada mati syahid. Jika aku dikeluarkan dari negeriku, sesungguhnya itu bagaikan wisata (rekreasi)”(dinukil oleh Ibnul Qoyyim dalam al-Waabilus Shoyyib (1/67)).
Bahkan, Ibnu Taimiyyah seakan-akan menjadi orang paling berbahagia meski beliau ada dalam penjara. Beliau justru menjadi rujukan bagi sebagian orang yang jika merasa sempit kehidupannya, berkunjung pada Ibnu Taimiyyah yang sedang dipenjara untuk sekedar mendengar sepatah dua patah kata nasihat yang akan menghilangkan kegundahan pengunjung. Subhanallah, orang yang di penjara merasakan lebih lapang dibandingkan yang bebas di luar sana!
Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah menyatakan: “Kami (dulu) jika dicekam perasaan ketakutan, muncul perasaan buruk sangka, dan merasa sempit di muka bumi, kami datang menemui beliau (Ibnu Taimiyyah). Tidak berlangsung lama sejak kami memandang beliau dan mendengar ucapan beliau, sirnalah kegundahan itu seluruhnya berubah menjadi kelapangan dada, kekuatan, keyakinan, dan ketenangan. Maha Suci Allah yang menjadikan (sebagian) hambaNya menyaksikan SurgaNya sebelum masa perjumpaan denganNya, dan Dia membukakan untuk mereka pintu-pintu Surga di negeri masih ada kesempatan beramal (negeri dunia). Allah berikan kepada mereka hawa Surga, tiupan anginnya, keharuman aromanya sehingga membangkitkan semangat untuk mencari Surga dan berlomba mencapainya" (al-Waabilus Shoyyib (1/67)).
(dikutip dari Draf Buku "Dahsyatnya Kenikmatan Surga dan Adzab di Neraka", Abu Utsman Kharisman, Penerbit atTuqo Yogyakarta)
WA Al-I'tishom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar