Tampilkan postingan dengan label Sholat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sholat. Tampilkan semua postingan

Rabu, 18 September 2019

ISTISQO' (MEMINTA TURUNNYA HUJAN)

ISTISQO' (MEMINTA TURUNNYA HUJAN)
Apa yang Dimaksud dengan Istisqo’?
Istisqo’ artinya adalah meminta kepada Allah agar diturunkan hujan saat terjadi kekeringan melanda dan timbul kerugian/ kerusakan akibat hal tersebut. Istisqo’ bisa dengan sekedar berdoa saja atau bisa juga dengan melakukan sholat istisqo’.
Para Ulama’ menjelaskan bahwa Istisqo’ bisa dalam 3 keadaan:
1. Sholat istisqo’ dilakukan baik sendirian ataupun berjamaah, dan ini yang paling utama.
2. Khotib berdoa istisqo’ dalam khutbah Jumat. Sebagaimana hal ini pernah dilakukan Nabi.
3. Kaum muslimin berdoa sendiri-sendiri agar Allah menurunkan hujan di akhir sholat mereka atau saat mereka sendirian.
(Taudhihul Ahkam syarh Bulughil Maram (2/118)). 
Apa Dalil yang Menunjukkan Bahwa Nabi Pernah Berdoa Istisqo’ Saat Berkhutbah Jumat?
Jawab:
Hadits Anas bin Malik riwayat al-Bukhari dan Muslim:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ الْمَسْجِدَ يَوْمَ جُمُعَةٍ مِنْ بَابٍ كَانَ نَحْوَ دَارِ الْقَضَاءِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُغِثْنَا قَالَ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ أَغِثْنَا اللَّهُمَّ أَغِثْنَا اللَّهُمَّ أَغِثْنَا قَالَ أَنَسٌ وَلَا وَاللَّهِ مَا نَرَى فِي السَّمَاءِ مِنْ سَحَابٍ وَلَا قَزَعَةٍ وَمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ سَلْعٍ مِنْ بَيْتٍ وَلَا دَارٍ قَالَ فَطَلَعَتْ مِنْ وَرَائِهِ سَحَابَةٌ مِثْلُ التُّرْسِ فَلَمَّا تَوَسَّطَتْ السَّمَاءَ انْتَشَرَتْ ثُمَّ أَمْطَرَتْ قَالَ فَلَا وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا الشَّمْسَ سَبْتًا قَالَ ثُمَّ دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ ذَلِكَ الْبَابِ فِي الْجُمُعَةِ الْمُقْبِلَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَهُ قَائِمًا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُمْسِكْهَا عَنَّا قَالَ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ حَوْلَنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ فَانْقَلَعَتْ وَخَرَجْنَا نَمْشِي فِي الشَّمْسِ
Dari Anas bin Malik –radhiyallahu anhu- bahwa seorang laki-laki masuk masjid pada hari Jumat dari pintu arah Daarul Qodho’ sedangkan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sedang berdiri berkhutbah. Kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam menghadapinya dengan berdiri. Kemudian orang itu berkata: Wahai Rasulullah, telah binasa harta-harta dan telah terputus jalan-jalan. Berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan kepada kami. Kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengangkat tangannya dan berdoa:
“Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami, Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami, Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami”.
Anas berkata: Demi Allah sebelumnya di langit kami tidak melihat ada awan atau potongan awan. Tidak ada penghalang rumah antara gunung dekat Madinah dengan kami. Tiba-tiba muncul dari belakang gunung itu awan seperti perisai. Ketika telah berada di tengah langit, menyebar kemudian menurunkan hujan. Demi Allah setelah itu kami tidak melihat matahari selama 6 hari.
Kemudian pada Jumat berikutnya masuklah seorang laki-laki dari pintu yang sama sedangkan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sedang berdiri berkhutbah. Kemudian orang tersebut menghadap Rasulullah dengan berdiri. Kemudian ia berkata: Wahai Rasulullah telah binasa harta-harta, dan terputus jalan-jalan. Doakan kepada Allah agar Dia menahan agar hujan tidak lagi turun kepada kami. Maka Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya dan berdoa:
“Ya Allah turunkanlah hujan di sekitar kami saja jangan kepada kami. Ya Allah (turunkanlah hujan) kepada tempat-tempat tinggi, perbukitan, perut lembah, dan tempat-tempat tumbuhnya pepohonan”. Maka terhentilah hujan dan kami keluar dalam keadaan matahari bersinar terik (H.R al-Bukhari dan Muslim) 
Bagaimana Tata Cara Sholat Istisqo’?
Jawab:
1. Tata cara sholat Istisqo’ adalah seperti sholat Ied. Dilakukan 2 rokaat. Pada rokaat pertama bertakbir 6 atau 7 kali, sedangkan di rokaat kedua bertakbir 5 kali sebelum membaca alFatihah.
2. Khutbah yang isinya lebih banyak berdoa kepada Allah agar diturunkan hujan. Saat berdoa khotib menghadap ke arah kiblat dengan mengangkat tangan dan memindahkan posisi selendang yang dipakai (yang sebelumnya di sebelah kanan pindah ke kiri). Mengangkat tangan dengan tinggi.
Khutbah boleh dilakukan setelah sholat ataupun sebelum sholat. Khutbah hanya dilakukan sekali.
3. Bedanya dengan sholat Ied yang sebaiknya menggunakan pakaian bagus dan menampakkan keceriaan, untuk sholat Istisqo’ menunjukkan kerendahan dan kehinaan di hadapan Allah, memakai baju biasa.
Di antara dalilnya adalah sebagai berikut:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ شَكَا النَّاسُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُحُوطَ الْمَطَرِ فَأَمَرَ بِمِنْبَرٍ فَوُضِعَ لَهُ فِي الْمُصَلَّى وَوَعَدَ النَّاسَ يَوْمًا يَخْرُجُونَ فِيهِ قَالَتْ عَائِشَةُ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ بَدَا حَاجِبُ الشَّمْسِ فَقَعَدَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَكَبَّرَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحَمِدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ قَالَ إِنَّكُمْ شَكَوْتُمْ جَدْبَ دِيَارِكُمْ وَاسْتِئْخَارَ الْمَطَرِ عَنْ إِبَّانِ زَمَانِهِ عَنْكُمْ وَقَدْ أَمَرَكُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ تَدْعُوهُ وَوَعَدَكُمْ أَنْ يَسْتَجِيبَ لَكُمْ ثُمَّ قَالَ { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ } لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَلَمْ يَزَلْ فِي الرَّفْعِ حَتَّى بَدَا بَيَاضُ إِبِطَيْهِ ثُمَّ حَوَّلَ إِلَى النَّاسِ ظَهْرَهُ وَقَلَبَ أَوْ حَوَّلَ رِدَاءَهُ وَهُوَ رَافِعٌ يَدَيْهِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ وَنَزَلَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ فَأَنْشَأَ اللَّهُ سَحَابَةً فَرَعَدَتْ وَبَرَقَتْ ثُمَّ أَمْطَرَتْ بِإِذْنِ اللَّهِ فَلَمْ يَأْتِ مَسْجِدَهُ حَتَّى سَالَتْ السُّيُولُ فَلَمَّا رَأَى سُرْعَتَهُمْ إِلَى الْكِنِّ ضَحِكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ فَقَالَ أَشْهَدُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنِّي عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ
Dari Aisyah radhiyallahu anha beliau berkata: Manusia mengadukan kekeringan tidak turunnya hujan kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Maka beliau kemudian memerintahkan agar mimbar diletakkan di Musholla (tanah lapang). Kemudian beliau menjanjikan hari keluar untuk sholat. Aisyah berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam keluar ketika nampak jelas terbitnya matahari. Kemudian beliau duduk di atas mimbar. Kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bertakbir dan memuji Allah Azza Wa Jalla. Kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya kalian mengadukan kekeringan pada kampung kalian dan tertundanya hujan dari awal waktunya terhadap kalian. Allah Azza Wa Jalla telah memerintahkan kalian untuk berdoa kepadaNya dan berjanji akan mengabulkan doa kalian. Kemudian beliau berdoa: Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin. Arrohmaanir rohiim. Maliki yaumiddin.
Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah. Dia berbuat sesuai dengan kehendaknya. Ya Allah Engkaulah Allah yang tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau. Engkaulah Yang Maha Kaya dan kami adalah orang-orang yang faqir. Turunkan kepada kami hujan dan jadikanlah apa yang Engkau turunkan kepada kami sebagai kekuatan hingga sampai waktu yang ditentukan. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan terus mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putihnya ketiak beliau. Kemudian beliau menghadapkan punggungnya kepada manusia dan membalik rida’ (selendang/mantel) beliau dalam keadaan mengangkat tangannya. Kemudian beliau menghadap ke arah manusia kemudian turun (dari mimbar), kemudian sholat dua rokaat. Maka Allah munculkan awan hingga terhadi guntur dan halilintar, kemudian turun hujan dengan idzin Allah. Nabi shollallahu alaihi wasallam tidak mendatangi masjidnya hingga mengalir aliran air. Ketika beliau melihat demikian cepatnya para Sahabat kembali ke rumah mereka, Nabi shollallahu alaihi wasallam tertawa hingga nampak gigi geraham beliau. Kemudian beliau bersabda: Aku bersaksi bahwa Allah Maha Berkuasa di atas segala sesuatu dan sesungguhnya aku adalah hamba dan utusanNya (H.R Abu Dawud, beliau menyatakan sanadnya jayyid (baik) dan dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Albany)
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَبَذِّلًا مُتَوَاضِعًا مُتَضَرِّعًا حَتَّى أَتَى الْمُصَلَّى فَرَقَى عَلَى الْمِنْبَرِ وَلَمْ يَخْطُبْ خُطَبَكُمْ هَذِهِ وَلَكِنْ لَمْ يَزَلْ فِي الدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ وَالتَّكْبِيرِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَمَا يُصَلِّي فِي الْعِيدِ
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam keluar dengan tidak berhias, tawadhu’, dan merendahkan diri hingga mendatangi musholla (tanah lapang) (sebagian perawi menyatakan: kemudian beliau naik ke atas mimbar). Tidaklah beliau berkhutbah seperti khutbah kalian ini akan tetapi beliau senantiasa (memperbanyak) doa, merendahkan diri, dan bertakbir. Kemudian beliau sholat dua rokaat seperti sholat Ied (H.R Abu Dawud, anNasaai, atTirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan Ibnu Hibban dan dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Albany). 
(dikutip dari buku "Fiqh Bersuci dan Sholat", Abu Utsman Kharisman, penerbit Cahaya Sunnah Bandung)

WA al I'tishom


Senin, 03 Juni 2019

KEUTAMAAN BERJALAN MENUJU MASJID UNTUK SHOLAT JUMAT, SHOLAT WAJIB, ATAU MENUNTUT ILMU

KEUTAMAAN BERJALAN MENUJU MASJID UNTUK SHOLAT JUMAT, SHOLAT WAJIB, ATAU MENUNTUT ILMU
مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاغْتَسَلَ ثُمَّ بَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ وَدَنَا مِنْ الْإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا
Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat kemudian berangkat awal, berjalan kaki tidak berkendaraan, duduk mendekat pada Imam, menyimak dengan baik khutbah Imam dan tidak melakukan perbuatan sia-sia, maka setiap langkah kakinya adalah (pahala) amalan setahun berpuasa dan qiyaamul lail (H.R Abu Dawud, anNasaai, Ibnu Majah, dishahihkan Syaikh al-Albany)
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ وَزِيَادَةُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لَغَا
Barangsiapa yang berwudhu dan menyempurnakan wudhu’nya kemudian mendatangi (sholat) Jumat, menyimak (khutbah Imam) dan diam, akan diampuni antara Jumat (itu) dengan Jumat (sebelumnya) dan ditambah 3 hari. Barangsiapa yang memain-mainkan kerikil, maka ia telah berbuat sia-sia (H.R Muslim)
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لاَ يُرِيْدُ إِلاَّ أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حَجَّتُهُ
Barangsiapa yang berangkat pagi menuju masjid, tidak menginginkan kecuali mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, maka pahalanya seperti berhaji secara sempurna (H.R atThobarony, dishahihkan Syaikh al-Albany)
ثَلاَثَةٌ فِي ضَمَانِ الله ، عَزَّ وَجَلَّ ، رَجُلٌ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى مَسْجِدٍ مِنْ مَسَاجِدِ الله ، عَزَّ وَجَلَّ ، وَرَجُلٌ خَرَجَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ الله وَرَجُلٌ خَرَجَ حَاجًّا
Ada 3 orang yang berada dalam jaminan Allah Azza Wa Jalla: seorang yang keluar dari rumahnya menuju salah satu masjid Allah Azza Wa Jalla, seorang yang keluar berperang di jalan Allah, dan seorang yang keluar untuk berhaji (H.R al-Humaidy dan Abu Nu’aim dalam al-Hilyah, dishahihkan Syaikh al-Albany)
أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ
Maukah kalian aku tunjukkan pada (amalan-amalan) yang menghapuskan dosa-dosa dan menaikkan derajat-derajat? Para Sahabat berkata: Ya, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: menyempurnakan berwudhu’ dalam keadaan yang menyulitkan, memperbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu sholat (berikutnya) setelah sholat. Itu adalah ribath (berjaga di perbatasan kaum muslimin dalam menghadang musuh) (H.R Muslim)
مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلَاةِ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ فَصَلَّاهَا مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ أَوْ فِي الْمَسْجِدِ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبَهُ
Barangsiapa yang berwudhu’ untuk sholat, kemudian menyempurnakan wudhu’nya kemudian berjalan menuju sholat wajib, sholat bersama manusia atau bersama Jamaah atau di masjid, Allah ampuni dosanya (H.R Muslim dari Utsman bin Affan)
صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُخْرِجُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلْ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ وَلَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلَاةَ
Sholat seorang laki-laki berjamaah (di masjid) lebih utama dibandingkan sholatnya di rumahnya atau di pasarnya 25 kali lipat. Yang demikian karena ketika ia berwudhu dan menyempurnakan wudhunya kemudian keluar menuju masjid tidak menginginkan kecuali sholat, tidaklah ia melangkahkan satu langkah kecuali ditinggikan satu derajat dan dihapus satu kesalahan. Jika ia sholat Malaikat senantiasa mendoakannya selama ia berada di tempat sholatnya: Ya Allah bersholawatlah kepadanya, Ya Allah rahmatilah ia. Senantiasa seseorang berada dalam keadaan sholat selama ia menunggu sholat (H.R al-Bukhari).
إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلَاةِ أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى
Sesungguhnya manusia yang paling besar pahalanya dalam sholat adalah yang paling jauh berjalan kaki menuju (tempat sholat)(H.R Muslim)
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ كَانَ رَجُلٌ لَا أَعْلَمُ رَجُلًا أَبْعَدَ مِنْ الْمَسْجِدِ مِنْهُ وَكَانَ لَا تُخْطِئُهُ صَلَاةٌ قَالَ فَقِيلَ لَهُ أَوْ قُلْتُ لَهُ لَوْ اشْتَرَيْتَ حِمَارًا تَرْكَبُهُ فِي الظَّلْمَاءِ وَفِي الرَّمْضَاءِ قَالَ مَا يَسُرُّنِي أَنَّ مَنْزِلِي إِلَى جَنْبِ الْمَسْجِدِ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ يُكْتَبَ لِي مَمْشَايَ إِلَى الْمَسْجِدِ وَرُجُوعِي إِذَا رَجَعْتُ إِلَى أَهْلِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ جَمَعَ اللَّهُ لَكَ ذَلِكَ كُلَّهُ
Dari Ubay bin Ka’ab –radhiyallahu anhu- beliau berkata: Ada seseorang yang paling jauh tempat tinggalnya dari masjid. Ia tidak pernah ketinggalan sholat. Dikatakan kepadanya: Kalau seandainya engkau membeli keledai sehingga bisa ia tunggangi di saat gelap atau panas. Orang itu berkata: Saya tidak suka rumah saya berada di samping masjid. Sesungguhnya saya ingin agar tercatat (pahala) langkah saya menuju sholat dan langkah kepulangan saya (dari masjid menuju rumah). Maka Rasulullah shollalahu alaihi wasallam bersabda: Allah telah menggabungkan hal itu semua untukmu (pahala langkah berangkat menuju masjid dan pahala langkah pulang dari masjid)(H.R Muslim).
Catatan : Hadits Ubay bin Ka’ab ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa pahala langkah kaki yang tercatat bukan saja saat berangkat dari rumah menuju masjid, namun juga langkah kaki saat dari masjid pulang ke rumah. Sebagaimana dijelaskan Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafidzhahullah dalam syarh Sunan Abi Dawud.
<< Abu Utsman Kharisman >>

WA al I'tishom


Jumat, 10 Mei 2019

FENOMENA SHOLAT ‘KILAT’ 

💐📝FENOMENA SHOLAT ‘KILAT’ 

Nabi shollallaahu alaihi wasallam pernah ditanya tentang sholat malam. Beliau menjawab: Dua rokaat dua rokaat. Sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Umar riwayat alBukhari dan Muslim.

Sehingga tidak masalah berapapun jumlah rokaatnya selama dilakukan dua dua rokaat dan ditutup dgn witir.
Jumlah rokaat bukanlah masalah.

Berapapun jumlah rokaatnya, selama sholat dilakukan dengan khusyu’, tenang (thuma’ninah), tidak tergesa-gesa, maka itu mengandung keutamaan yang besar.

Namun, keadaan yang menyedihkan, masih ada sebagian saudara kita kaum muslimin yang melakukan sholat tarawih dalam tempo yang sangat tinggi, kecepatan luar biasa. Imam membaca al-Fatihah dengan sangat cepat, tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya, bahkan posisi sujud bagaikan ayam yang mematuk biji-bijian atau gagak yang mematuk makanan.

عَنْ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ اْلأَشْعَرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَجُلاً لاَ يُتِمُّ رُكُوْعَهُ يَنْقُرُ فِي سُجُوْدِهِ وَهُوَ يُصَلِّي فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ مَاتَ هَذَا عَلَى حَالِهِ هَذِهِ مَاتَ عَلَى غَيْرِ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ يَنْقُرُ صَلاَتَهُ كَمَا يَنْقُرُ الْغُرَابُ الدَّمَ مَثَلُ الَّذِيْ لاَ يُتِمُّ رُكُوْعَهُ وَيَنْقُرُ فِيْ سُجُوْدِهِ مِثْلُ اْلجَائِعِ يَأْكُلُ التَّمْرَةَ وَالتَّمْرَتَانِ لاَ يُغْنِيَانِ عَنْهُ شَيْئًا

“Dari Abu Abdillah al-Asy’ari radliyallaahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam melihat seorang laki-laki tidak menyempurnakan ruku’nya, dan waktu sujud (dilakukan cepat seakan-akan) mematuk dalam keadaan dia sholat. Maka Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : ‘Kalau orang ini mati dalam keadaan seperti itu, ia mati di luar agama Muhammad. Ia sujud seperti burung gagak mematuk makanan. Perumpamaan orang ruku’ tidak sempurna dan sujudnya cepat seperti orang kelaparan makan sebiji atau dua biji kurma yang tidak mengenyangkannya“ (H.R Abu Ya’la,al-Baihaqy, at-Thobrony, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, dan dihasankan oleh AlAlbaany)

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ نَهَانِيْ خَلِيْلِيْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنْ أَنْقُرَ فِيْ صَلاَتِيْ نَقْرَ الدِّيْكِ وَأَنْ أَلْتَفِتَ إِلْتِفَاتَ الثَّعْلَبِ وَأَنْ أُقْعِيَ إِقْعَاءَ الْقِرْدِ

“Dari Abu Hurairah beliau berkata : “Sahabat dekatku, (Nabi Muhamamd shollallaahu ‘alaihi wasallam) melarangku sujud dalam sholat (dengan cepat) seperti mematuknya ayam jantan, melarangku berpaling (ke kanan atau ke kiri) seperti berpalingnya musang, dan melarangku duduk iq-aa’ seperti kera “(H.R Thayalisi, Ahmad, dan Ibnu Abi Syaibah, dihasankan oleh Al-Albaany)

أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِيْ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ قَالَ لاَ يَتِمُّ رُكُوْعَهَا وَلاَ سُجُوْدَهَا

“Seburuk-buruk pencuri adalah seseorang yang mencuri dari sholatnya. (Para Sahabat bertanya) : Bagaimana seseorang bisa mencuri dari sholatnya? (Rasul menjawab) : ‘Ia tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya“ (H.R Ahmad dan At-Thobrony, al-Haitsamy menyatakan bahwa para perawi hadits ini adalah perawi-perawi hadits shohih, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan al-Haakim)

Tidak thuma’ninah (tenang) dalam sholat bisa menyebabkan sholat tidak sah, karena itu adalah rukun dalam sholat. Nabi pernah menyuruh seseorang yang tidak thuma’ninah dalam sholat untuk mengulangi sholatnya hingga 3 kali. Kemudian beliau memberikan bimbingan tentang tatacara sholat yang benar.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ اْلمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فَرَدَّ وَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ يُصَلِّي كَمَا صَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ثَلاَثًا فَقَالَ وَالَّذِيْ بَعَثَكَ بِاْلحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِيْ فَقَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ اْلقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا وَافْعَلْ ذلِكَ فِي صَلاَتِكَ كُلِّهَا

“Dari Abu Hurairah : bahwasanya Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam masuk ke dalam masjid, kemudian masuk pula seorang laki-laki, kemudian laki-laki itu melakukan sholat kemudian mengucapkan salam kepada Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam. Nabi menjawab salam tersebut kemudian mengatakan kepadanya : ‘Kembalilah ulangi sholat, karena sesungguhnya engkau belum sholat’. Maka kemudian laki-laki itu mengulangi sholat sebagaimana sholatnya sebelumnya, kemudian ia mendatangi Nabi dan mengucapkan salam, kemudian Nabi mengatakan : ‘Kembali ulangilah sholat karena engkau belum sholat ‘ (Hal ini berulang 3 kali). Maka kemudian laki-laki itu mengatakan : ‘Demi Yang Mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melakukan lebih baik dari sholatku tadi, maka ajarilah aku’. Rasul bersabda :’Jika engkau berdiri untuk sholat, bertakbirlah, kemudian bacalah yang mudah bagimu dari Al-Qur’an, kemudian ruku’lah sampai engkau thuma’ninah dalam ruku’,kemudian bangkitlah dari ruku’ sampai engkau thuma’ninah beri’tidal, kemudian sujudlah sampai engkau thuma’ninah dalam sujud, kemudian bangkitlah dari sujud sampaiengkau thuma’ninah dalam sujud,kemudian sujudlah sampai engkau thuma’ninah dalam sujud,kemudian bangkitlah sampai engkau thuma’ninah dalam duduk, dan lakukanlah hal yang demikian ini pada seluruh sholatmu “(H.R Al-Bukhari-Muslim) 

(dikutip dari buku "Ramadhan Bertabur Berkah", Abu Utsman Kharisman)

💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom



Rabu, 30 Mei 2018

FiQIH SUJUD SAHWI

FIQIH
SUJUD SAHWI

Di Tulis Oleh Al ustadz Abu Utsman Kharisman

Apakah yang Dimaksud dengan Sujud Sahwi?

Jawab:

 Sujud sahwi adalah dua kali sujud (baik sebelum atau setelah salam) yang dilakukan karena lupa melakukan sesuatu bacaan atau gerakan dalam sholat yang disyariatkan atau ragu dalam sholat (seperti ragu tentang jumlah rokaat).

Apakah hukum sujud sahwi?

Jawab:

Para Ulama’ sepakat bahwa sujud sahwi adalah disyariatkan.

Namun mereka berbeda pendapat tentang hukumnya dalam 3 hal utama:

a) Wajib, menurut pendapat al-Hanafiyah.
b) Sunnah (mustahab), menurut pendapat al-Malikiyyah dan Asy-Syafiiyah, namun menjadi wajib bagi makmum jika Imam melakukannya.
c) Kadangkala hukumnya wajib, mustahab, dan mubah (boleh), tergantung apa yang terlupa dilakukan dalam sholat, menurut al-Hanaabilah. Jika yang terlupakan adalah termasuk kewajiban sholat, maka fhukumnya wajib. (disarikan dari al-Fiqhu ‘alal madzaahibil arba’ah karya Abdurrahman al-Jaziiri juz 1 halaman 706).
Dalam hal ini pendapat yang rajih adalah pendapat yang menyatakan bahwa hukum sujud sahwi sesuai dengan apa yang terlupa dalam sholat. Jika yang terlupa adalah kewajiban, maka hukum sujud sahwi adalah wajib. Wallaahu A’lam.

Dalam keadaan bagaimana seseorang disyariatkan untuk melakukan sujud sahwi?

 Jawab:

Disyariatkan sujud sahwi jika terlupa dalam hal : penambahan, kekurangan, atau ragu dalam sholat. Jika penambahan dan pengurangan dilakukan secara sengaja, maka sholatnya batal, tidak bisa diganti dengan sujud sahwi (Fatwa Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin).

Sujud sahwi dilakukan baik di dalam sholat wajib maupun sholat sunnah sesuai keumuman dalil yang ada.

Apakah Nabi Muhammad shollallaahu ‘alaihi wasallam pernah lupa dalam sholat?

Jawab:

Ya, beliau juga pernah lupa dalam sholatnya dan melakukan sujud sahwi. Terdapat beberapa keadaan yang diriwayatkan tentang hal itu:

a). Sholat 5 rokaat yang semestinya 4 rokaat (Muttafaqun ‘alaih dari Ibnu Mas’ud).

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الظُّهْرَ خَمْسًا فَلَمَّا سَلَّمَ قِيلَ لَهُ أَزِيدَ فِي الصَّلَاةِ قَالَ وَمَا ذَاكَ قَالُوا صَلَّيْتَ خَمْسًا فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ

“ Sesungguhnya Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam sholat dzhuhur 5 rokaat, ketika selesai salam ditanyakan kepada beliau: Apakah sholat ditambah? Nabi menyatakan: Ada apa? Para Sahabat berkata: Anda telah sholat 5 rokaat. Maka beliau sujud dua kali sujud” (Muttafaqun ‘alaih).

b). Sholat 2 rokaat yang semestinya 4 rokaat (H.R alBukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصَرَفَ مِنْ اثْنَتَيْنِ فَقَالَ لَهُ ذُو الْيَدَيْنِ أَقَصُرَتْ الصَّلَاةُ أَمْ نَسِيتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَدَقَ ذُو الْيَدَيْنِ فَقَالَ النَّاسُ نَعَمْ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى اثْنَتَيْنِ أُخْرَيَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ فَسَجَدَ مِثْلَ سُجُودِهِ أَوْ أَطْوَلَ ثُمَّ رَفَعَ

“Sesungguhnya Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam berpaling (salam) pada 2 rokaat, kemudian Dzul Yadain berkata: ‘Apakah sholat diqoshor atau anda lupa, wahai Rasulullah?’. Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Apakah Dzul Yadain benar? Para Sahabat berkata: Ya. Maka bangkitlah Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam kemudian sholat 2 rokaat yang lain kemudian salam, kemudian takbir kemudian sujud seperti sujud sebelumnya atau lebih lama, kemudian beliau mengangkat kepalanya” (lafadz sesuai riwayat alBukhari).

c). Sholat 3 rokaat yang semestinya 4 rokaat (H.R Muslim dari ‘Imron bin Hushain).

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الْعَصْرَ فَسَلَّمَ فِي ثَلَاثِ رَكَعَاتٍ ثُمَّ دَخَلَ مَنْزِلَهُ فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ الْخِرْبَاقُ وَكَانَ فِي يَدَيْهِ طُولٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَذَكَرَ لَهُ صَنِيعَهُ وَخَرَجَ غَضْبَانَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَى النَّاسِ فَقَالَ أَصَدَقَ هَذَا قَالُوا نَعَمْ فَصَلَّى رَكْعَةً ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ

“Sesungguhnya Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam sholat ashr, kemudian beliau salam pada rokaat ke-3 kemudian masuk rumahnya, maka bangkitlah seseorang yang disebut al-Khirbaaq yang memiliki tangan panjang. Maka ia berkata: Wahai Rasulullah…kemudian disebutkan apa yang dilakukan Nabi. Maka beliau kemudian keluar (seperti terlihat marah) menarik selendangnya sampai (di hadapan) manusia. Kemudian beliau bertanya: ‘Apakah lelaki ini benar?’Para Sahabat menjawab: ya. Maka kemudian Nabi sholat satu rokaat, kemudian salam, kemudian sujud 2 kali sujud, kemudian salam” (H.R Muslim).

d). Meninggalkan tasyahhud awal pada sholat Dzuhur (Muttafaqun ‘alaih dari Abdullah bin Buhainah).

صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ مِنْ بَعْضِ الصَّلَوَاتِ ثُمَّ قَامَ فَلَمْ يَجْلِسْ فَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ وَنَظَرْنَا تَسْلِيمَهُ كَبَّرَ قَبْلَ التَّسْلِيمِ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ ثُمَّ سَلَّمَ

“Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam sholat bersama kami 2 rokaat, kemudian bangkit tidak duduk (tasyahhud). Maka manusiapun turut berdiri bersama beliau. Ketika menyelesaikan sholatnya dan kami menunggu salam, beliau bertakbir sebelum salam kemudian sujud dua kali sujud dalam keadaan duduk, kemudian salam”(Muttafaqun ‘alaih).

(disarikan dari Shahih Fiqhis Sunnah juz 1 halaman 460-461 karya Abu Malik Kamaal bin as-Sayyid Saalim).

Apakah sujud sahwi dilakukan sebelum atau setelah salam?

Jawab:

Sujud sahwi ada yang dilakukan sebelum salam dan ada yang dilakukan setelah salam. Namun, para Ulama’ sepakat bahwa seandainya seseorang melakukan sujud sahwi sebelum salam padahal seharusnya setelah salam, atau sebaliknya, maka sholatnya sah, hanya saja ia meninggalkan keutamaan (Taudhiihul Ahkaam syarh Buluughil Maroom karya Syaikh Aalu Bassaam juz 2 halaman 21).

I). Dilakukan sebelum salam, jika:

a) ada kekurangan, terlewatkan dalam mengerjakan rukun atau kewajiban sholat.
Untuk rukun sholat, jika terlewatkan takbiratul ihram, sholatnya tidak sah. Namun jika terlewatkan rukun sholat yang lain, terdapat perincian:

Jika seseorang tersebut teringat ketika masih belum masuk pada rokaat selanjutnya, maka segera ia lakukan rukun yang tertinggal tersebut dan melakukan gerakan/bacaan sholat lanjutannya.

Jika seseorang tersebut teringat ketika sudah masuk pada rokaat selanjutnya, maka rokaat yang sedang dilakukan itu adalah pengganti bagi rokaat yang rukunnya terlewat, kemudian nantinya sujud sebelum salam.

Seseorang yang melewatkan salah satu kewajiban sholat, misalnya tasyahhud awal, maka ia nantinya sujud sahwi sebelum salam (sebagaimana hadits dari Abdullah bin Buhainah riwayat alBukhari –Muslim di atas).

b) ragu dalam jumlah rokaat dan tidak bisa menentukan mana yang lebih kuat.
     Dalam hal ini diambil hal yang meyakinkan (jumlah rokaat yang paling sedikit), kemudian   nantinya sujud sahwi sebelum salam.

II) Dilakukan setelah salam, jika:
a) ada penambahan gerakan, bacaan, atau rokaat dalam sholat.
Dalam kondisi demikian seseorang menyempurnakan sholatnya sampai salam, kemudian sujud sahwi. Misalkan, seseorang sholat 5 rokaat yang seharusnya 4 rokaat, maka ia sempurnakan sholat sampai salam, kemudian sujud sahwi, kemudian salam lagi.

b)salam sebelum waktunya, maka ia lakukan kekurangan sholatnya tersebut sampai salam, kemudian sujud sahwi.

c) Ragu dalam jumlah rokaat, namun mampu memilih sesuatu yang lebih diyakini. Dalam hal ini, ia lakukan sholat secara sempurna sampai salam, kemudian sujud sahwi.
Apa keutamaan sujud sahwi?

Jawab:

a) Menjalankan Sunnah Nabi, sehingga bisa mendatangkan kecintaan dan ampunan dari Allah
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“ Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S Ali Imran: 31).

b) Menghinakan syaitan:
…كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ

“…dua sujud itu adalah penghinaan bagi syaitan (H.R Muslim).

c) Dua kali sujud menambah 2 derajat dan menghapus 2 kesalahan.

فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلَّا رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً

“…karena tidaklah engkau melakukan satu kali sujud karena Allah kecuali Allah akan angkat dengannya 1 derajat dan menghapus darimu 1 kesalahan”(H.R Muslim)

Apakah bacaan yang dibaca pada waktu sujud sahwi?

Jawab:

Imam Ahmad berpendapat bahwa bacaan dalam sujud sahwi adalah sebagaimana bacaan sujud dalam sholat, hal ini karena tidak ada hadits shohih yang mengkhususkan bacaan tertentu dalam sujud sahwi.

Bagaimana tata cara sujud sahwi?

Jawab:

Sujud sahwi dilakukan dengan cara dua kali sujud yang dipisahkan dengan duduk di antara 2 sujud, pada tiap-tiap perpindahan gerakan mengucapkan takbir, kemudian diakhiri dengan salam. Sama saja apakah sujud sahwi dilakukan sebelum atau setelah salam sholat.

Jika seseorang lupa dalam sholat sunnah, apakah disyariatkan juga sujud sahwi?

Jawab:

Ya, sujud sahwi juga disyariatkan pada sholat sunnah (Majmu’ Fataawa Syaikh Bin Baaz juz 30 halaman 13).

Jika Imam lupa melakukan suatu amalan yang dianggapnya sunnah, sedangkan makmum menganggap bahwa itu wajib, dan Imam tidak sujud sahwi, apakah makmum wajib sujud sahwi?

Jawab:

Makmum tidak wajib sujud sahwi dalam kondisi semacam itu.

Contohnya, seperti Imam lupa tidak tasyahhud awal, dan ia berpendapat bahwa itu adalah sunnah (bukan wajib) sebagaimana pendapat Ulama Syafiiyyah, sedangkan makmum menganggap itu adalah wajib. Di akhir sholat Imam tidak sujud sahwi. Dalam kondisi semacam itu, menurut penjelasan Syaikh Ibnu Utsaimin, makmum tidak wajib untuk sujud sahwi, karena ia terikat dengan sholatnya dengan Imam, sedangkan Imam tidak melakukan suatu kekurangan (kewajiban yang ia yakini), dan makmum diperintahkan untuk mengikuti Imam. (disarikan dari asy-Syarhul Mumti’ karya Ibnu Utsaimin (3/391)).

Apakah makmum masbuq juga disyariatkan melakukan sujud sahwi?

Jawab:

Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin menjelaskan bahwa jika sujud sahwi dilakukan sebelum salam, makmum masbuq masih bisa mengikutinya. Namun jika sujud sahwi dilakukan setelah salam, makmum masbuq tidak bisa mengikutinya bersamaan dengan Imam. Apakah kemudian makmum masbuq setelah salam nanti juga sujud sahwi? Dalam hal ini ada perincian:

a) Jika makmum masbuq mengikuti imam pada saat sholat di bagian yang imam lupa padanya, maka makmum masbuq juga sujud sahwi nantinya setelah ia salam.
b) jika imam lupa dalam sholatnya yang mengharuskan sujud sahwi namun pada saat itu makmum masbuq belum terlibat dalam sholat jamaah, maka makmum masbuq nantinya tidak perlu sujud sahwi ( Liqaa’ Baab al-Maftuuh –seri tanya jawab dengan Syaikh al-Utsaimin- juz 188 halaman 10)
Seseorang yang bangkit sebelum tasyahhud, apa yang harus dilakukan?

Jawab:

Dalam hal ini ada 2 kemungkinan:

a) Ia belum sempurna tegak berdiri, maka sebaiknya ia kembali duduk tasyahhud, nantinya ia tidak perlu sujud sahwi.

إِذَا سَهَا الْإِمَامُ فَاسْتَتَمَّ قَائِمًا فَعَلَيْهِ سَجْدَتاَ السَّهْوِ وَإِذَا لمَ ْيَسْتَتِمَّ قَائِمًا فَلاَ سَهْوَ عَلَيْهِ

“ Jika Imam lupa sehingga sempurna berdirinya, maka baginya harus melakukan 2 sujud sahwi, jika belum sempurna berdiri, maka tidak ada (sujud) sahwi baginya” (H.R atThobarony, dishahihkan al-Albany).

b) Sudah sempurna berdiri, maka hendaknya ia teruskan (sebagaimana hadits pada poin a) dan nantinya sebelum salam ia lakukan sujud sahwi.
Bagaimana tata cara sujud sahwi bagi orang yang ragu dalam sholatnya?

Jawab:

Seseorang yang ragu dalam sholat ada 2 kemungkinan:

a) Ia tidak bisa memilih mana yang lebih kuat, dalam hal ini ia pilih jumlah rokaat yang paling sedikit (hal yang jelas diyakini), kemudian nantinya sujud sahwi sebelum salam.
Misalkan, ia ragu apakah sudah sholat 2 rokaat atau 3 rokaat, namun 2 kemungkinan tersebut tidak bisa dirajihkan, ia tidak bisa memilihnya, maka ia ambil yang 2 rokaat, kemudian menyempurnakan sisa rokaat, dan sujud sahwi sebelum salam.

b) Ia bisa memilih mana yang lebih kuat, maka seharusnya ia ambil jumlah yang ia anggap meyakinkan, kemudian menyempurnakan sholatnya dengan salam, setelah salam sujud sahwi.
Contoh: seseorang yang ragu apakah sudah sholat 2 atau 3 rokaat, namun ia lebih cenderung yakin pada yang 3 rokaat, maka ia anggap dirinya telah mengerjakan 3 rokaat, selanjutnya ia sempurnakan sholatnya sampai salam, kemudian dia sujud sahwi, kemudian salam lagi.

إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلَاثًا أَمْ أَرْبَعًا فَلْيَطْرَحْ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلَاتَهُ وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا لِأَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ

“ Jika seseorang ragu dalam sholatnya kemudian dia tidak tahu apakah dia sholat 3 atau 4 rokaat, maka hendaknya ia lemparkan keraguan itu dan membangun di atas keyakinan, kemudian sujud dua kali sujud sebelum salam. Jika ternyata ia sholat 5 rokaat, sujud itu menggenapkan sholatnya. Jika sholat sempurna 4 rokaat, 2 sujud itu adalah penghinaan terhadap syaitan” (H.R Muslim dari Abu Sa’id al-Khudry) (Lihat Risalah fi Sujuudis Sahwi karya Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin)

https://salafy.or.id/blog/2015/04/20/sujud-sahwi/



Rabu, 18 April 2018

BACAAN ISTIFTAH YANG 12 MALAIKAT BEREBUT MENGANGKAT KE LANGIT

💐📝 *BACAAN ISTIFTAH YANG 12 MALAIKAT BEREBUT MENGANGKAT KE LANGIT*

وَحَدَّثَنِى زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ أَخْبَرَنَا قَتَادَةُ وَثَابِتٌ وَحُمَيْدٌ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلاً جَاءَ فَدَخَلَ الصَّفَّ وَقَدْ حَفَزَهُ النَّفَسُ فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ. فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَلاَتَهُ قَالَ « أَيُّكُمُ الْمُتَكَلِّمُ بِالْكَلِمَاتِ ». فَأَرَمَّ الْقَوْمُ فَقَالَ « أَيُّكُمُ الْمُتَكَلِّمُ بِهَا فَإِنَّهُ لَمْ يَقُلْ بَأْسًا ». فَقَالَ رَجُلٌ جِئْتُ وَقَدْ حَفَزَنِى النَّفَسُ فَقُلْتُهَا. فَقَالَ « لَقَدْ رَأَيْتُ اثْنَىْ عَشَرَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا أَيُّهُمْ يَرْفَعُهَا ».

📚 (al-Imam Muslim menyatakan) telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb (ia berkata) telah menceritakan kepada kami Affaan (ia berkata) telah menceritakan kepada kami Hammad (ia berkata) telah mengkhabarkan kepada kami Qotadah dan Tsabit dan Humaid dari Anas _radhiyallahu anhu_ bahwasanya seorang laki-laki datang dan masuk shaf dengan nafas tersengal. Ia berkata: *Alhamdulillahi hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokan fiih* (segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik, lagi diberkahi padanya). Ketika Rasulullah shollallahu alaihi wasallam menyelesaikan sholatnya, beliau bersabda: Siapakah di antara kalian yang mengucapkan kalimat-kalimat itu? Orang-orang terdiam. Nabi berkata: Siapa di antara kalian yang mengucapkan ucapan itu, sesungguhnya yang diucapkannya tidak mengapa (bukan dosa). Orang tadi berkata: Aku datang dengan nafas tersengal dan mengucapkan hal itu. Nabi menyatakan: Sungguh aku melihat ada 12 Malaikat berlomba menjadi siapakah yang akan mengangkat (ucapan itu ke langit, -pent)
(H.R Muslim dalam Kitab al-Masaajid wa Mawaadhi’us Sholaah)

📜 *Penjelasan dan Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Hadits tersebut, di antaranya* :

1⃣ Salah satu bacaan istiftah setelah takbiratul ihram yang disunnahkan adalah: Alhamdulillahi hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokan fiih. Bacaan yang pendek namun keutamaannya besar. Sampai 12 Malaikat berebut mengangkatnya ke langit.

2⃣ Perbuatan ibadah Sahabat Nabi yang mendapat persetujuan dari Nabi, tidak diingkari oleh beliau, menjadi Sunnah yang bisa diamalkan orang setelahnya.

3⃣ Amal kebaikan dan ucapan yang baik, seperti dzikir, baca alQuran, dan semisalnya, akan diangkat naik menuju Allah. Sebagaimana juga disebutkan dalam Firman Allah :

...إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ...

"Kepada-Nya lah naik ucapan yang baik dan amal sholih diterima olehNya..."
(Q.S Faathir ayat 10)

4⃣ Hadits tersebut dan juga surat Fathir ayat ke-10 itu adalah satu dari sekian banyak dalil yang menunjukkan ketinggian Allah Ta’ala. Dialah Yang Maha Tinggi di atas segalanya. Allah Maha Tinggi dalam Dzat-Nya, keagungan, maupun Sifat-SifatNya.

5⃣ Para Malaikat adalah makhluk yang taat sekaligus bergegas, tangkas, cepat dalam menjalankan ketaatan itu. Tidak sekedar taat, namun cepat menjalankannya, bahkan mereka berlomba manakah yang terlebih dahulu mampu mempersembahkan kebaikan menuju Allah Ta’ala.

✍🏻 _Ustadz Abu Utsman Kharisman_ حفظه الله

➖ ➖ ➖ ➖ ➖
🕌 _“Tetap hadir di majelis ilmu syar'i (tempat pengajian) untuk meraih pahala dan barokah lebih banyak dan lebih besar, insyaAllah.”_

📲 *JOIN TELEGRAM* :
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
*Fawaaid, Info Khatib Jum'at & Kajian Dauroh (Tabligh Akbar) di BARLINGMASCAKEB dan Sekitarnya* :
📚 https://telegram.me/Riyadhus_Salafiyyin

*Unduh Video Fawaid, Audio Kajian/Dauroh* :
📥 https://telegram.me/AKSI_AudioKajianSalafyIndonesia



Kamis, 29 Maret 2018

TATA CARA SHOLAT DARI TAKBIR SAMPAI SALAM

➖➖➖➖➖➖➖➖➖
*📚 RIYADHUSSALAFIYYIN 📚*
《 _Taman-taman salafiyyin_ 》
➖➖➖➖➖➖➖➖➖

💐📝 *TATA CARA SHOLAT DARI TAKBIR SAMPAI SALAM (bagian ke-1)*

✅ *Niat di dalam Hati*

✒ Niat letaknya di hati, tidak diucapkan. Niat dalam sholat membedakan antara sholat sunnah dengan sholat wajib, dan antar sholat wajib satu dengan sholat wajib yang lain.

📚💡 Al-Imam asy-Syafi’i _rahimahullah_ menyatakan dalam kitab al-Umm:

وَالنِّيَّةُ لَا تَقُومُ مَقَامَ التَّكْبِيرِ وَلَا تَجْزِيهِ النِّيَّةُ إلَّا أَنْ تَكُونَ مَعَ التَّكْبِير لَا تَتَقَدَّمُ التَّكْبِيرَ وَلَا تَكُونُ بَعْدَهُ

_“Niat itu tidak bisa menggantikan takbir. Tidak sah niat kecuali dilakukan bersamaan dengan takbir. Tidak mendahului takbir, tidak pula setelah takbir”_
(al-Umm (2/224)).

✔ Ucapan al-Imam asy-Syafi’i _rahimahullah_ tersebut *menunjukkan bahwa tidaklah mungkin niat diucapkan, karena ia bersamaan dengan pengucapan takbir. Saat seseorang mengucapkan takbiratul ihram, di saat bersamaan hatinya meniatkan sholat yang sedang dikerjakan.*

✅ *Membaca Takbiratul Ihram*

Ucapan pembuka dalam sholat adalah takbiratul ihram: *“Allaahu Akbar”*

مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

_“Kunci sholat adalah bersuci, yang mengharamkan (dari berbagai ucapan dan perbuatan di luar sholat) adalah takbir, dan yang menghalalkannya (dari berbagai ucapan dan perbuatan di luar sholat) adalah salam”_
(H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah, dari Ali bin Abi Tholib)

✅ *Gerakan Mengangkat Kedua Tangan Saat Bertakbir atau Tasmi’*

Mengangkat kedua tangan sejajar bahu (atau sejajar telinga) saat takbiratul ihram, takbir menuju ruku’, bangkit dari ruku’, dan bangkit dari tasyahhud awal.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ رَفَعَهُمَا كَذَلِكَ أَيْضًا وَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَكَانَ لَا يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السُّجُودِ

▪ Dari Ibnu Umar –semoga Allah meridlai keduanya (ia dan ayahnya)-
_“bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam (dalam sholat) mengangkat tangan sejajar bahu ketika memulai sholat, takbir untuk ruku’, demikian juga ketika mengangkat kepala dari ruku’ dan berkata : Sami’allaahu liman hamidah robbanaa wa lakal hamdu. Beliau tidak melakukan itu (mengangkat tangan saat takbir) pada waktu sujud”_
(H.R alBukhari dan Muslim)

...وَإِذَا قَامَ مِنَ الرَّكْعَتَيْنِ رَفَعَ يَدَيْهِ...

_“Dan jika beliau bangkit dari dua rokaat, beliau mengangkat tangan”_
(H.R alBukhari)

✔ Telapak tangan yang diangkat menghadap ke arah kiblat:

فَكَانَتْ يَدَاهُ مِنْ أُذُنَيْهِ عَلَى الْمَوْضِعِ الَّذِي اسْتَقْبَلَ بِهِمَا الصَّلَاةَ

_“Kedua tangan Nabi dari kedua telinganya berada dalam posisi menghadap ke arah kiblat”_
(H.R anNasaai dari Waail bin Hujr, dishahihkan Syaikh al-Albaniy)

✅ *Gerakan Bersedekap Saat Berdiri*

Setelah gerakan tangan saat takbir ini, kemudian posisi tangan adalah bersedekap meletakkan telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri.

عَنْ وَائِل بْن حُجْرٍ أنه قال: قُلْتُ : لأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ كَيْفَ يُصَلِّي ، فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ فَقَامَ فَكَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى حَاذَتَا بِأُذُنَيْهِ ، ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَىظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ

▪ Dari Wa-il bin Hujr –radhiyallahu anhu- bahwasanya beliau berkata:
_“Saya melihat pada sholat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bagaimana beliau sholat. Saya melihat pada beliau, beliau berdiri bertakbir dan mengangkat kedua tangannya hingga sejajar kedua telinganya. Kemudian beliau meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri, pergelangan, dan lengan bawah”_
(H.R Abu Dawud, anNasaai, dishahihkan Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dinyatakan sanadnya shahih oleh anNawawy dan al-Albany)

✔ Posisi bersedekap telapak tangan diletakkan di dada:

عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ : صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَوَضَعَ يَدَهُ اْليُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ

▪ Dari Wa-il bin Hujr ia berkata:
_“Aku sholat bersama Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dan beliau meletakkan tangan kanan pada tangan kiri pada dadanya”_
(H.R Ibnu Khuzaimah, di dalam sanadnya terdapat perawi yang lemah hafalannya yaitu Muammal bin Ismail yang buruk hafalannya, namun dikuatkan dengan jalur lain yang mursal riwayat Abu Dawud dari Thowus dan juga al-Bazzar dari Waail bin Hujr)

عَنْ طَاوُسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى ثُمَّ يَشُدُّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ

▪ Dari Thowus beliau berkata:
_“Rasulullah shollallahu alaihi wasallam meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri kemudian menguatkannya pada dada saat beliau sholat”_
(H.R Abu Dawud dengan sanad yang hasan hingga Thowus)

✔ Dalam riwayat al-Bazzaar dinyatakan:

...ثُمَّ وَضَعَ يَمِيْنَهُ عَلَى يَسَارِهِ عِنْدَ صَدْرِهِ

_“… kemudian beliau (Nabi) meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri pada dada”_
(H.R al-Bazzar dari Wa-il bin Hujr, di dalam sanadnya terdapat perawi yang lemah (Muhammad bin Hujr) dan perawi yang tidak dikenal (ibu Abdul Jabbar bin Wa-il))

✅ *Membaca Doa Istiftah*

Setelah bacaan takbiratul ihram adalah membaca salah satu dari doa istiftah yang disunnahkan.  Misalkan doa istiftah Umar bin al-Khotthob radhiyallahu anhu riwayat Muslim. Bacaan istiftah ini yang dinilai sebagai bacaan paling utama yang dipilih al-Imam Ahmad.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

_“Maha Suci Engkau Ya Allah dan (bersamaan dengan itu) aku memujiMu dan sungguh banyak barokah yang terkandung pada NamaMu, dan Maha Tinggi KeagunganMu, dan tidak ada sesembahan yang haq selainMu”_
(H.R Muslim dari Umar bin al-Khoththob)

✅ *Membaca Ta'awwudz*

Kemudian membaca taawwudz sebelum membaca al-Fatihah. Salah satu bacaan taawwudz yang disunnahkan adalah sebagaimana hadits dari Abu Said al-Khudriy riwayat Abu Dawud, atTirmidzi:

أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ اْلعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ

_“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang terkutuk dari bisikan was-wasnya, tiupannya, dan ludahnya”_
(H.R Abu Dawud,atTirmidzi, dishahihkan Ibnu Khuzaimah)

✅ *Tidak Mengeraskan Bacaan Basmalah*

Kemudian membaca al-Fatihah. Disunnahkan tidak mengeraskan bacaan basmalah. Bacaan basmalah oleh Imam dibaca sirr (lirih, tidak diperdengarkan secara keras).

وَعَنْ قَتَادَةَ أَنَّهُ كَتَبَ إِلَيْهِ يُخْبِرُهُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ حَدَّثَهُ قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكَانُوا يَسْتَفْتِحُونَ بِ (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) لاَ يَذْكُرُونَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فِى أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلاَ فِى آخِرِهَا

▪ Dan dari Qotadah bahwasanya ia menulis khabar kepadanya dari Anas bin Malik –semoga Allah meridhainya- menceritakan kepadanya :
_“Aku sholat di belakang Nabi shollallahu alaihi wasallam, Abu Bakr, Umar, dan Utsman mereka memulai bacaan (alFatihah) dengan Alhamdulillahi Robbil ‘Aalamiin tidak menyebutkan Bismillahirrohmaanirrohim di awal bacaan ataupun di akhirnya”_
(H.R Muslim)

✅ *Membaca al-Fatihah*

Setelah itu membaca al-Fatihah dan membaca Aamin. Bacaan al-Fatihah adalah salah satu rukun dalam sholat.

لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

_“Tidak ada sholat bagi yang tidak membaca surat alFatihah”_
(H.R al-Bukhari dan Muslim dari Ubadah bin Shomit)

إِذَا أَمَّنَ الْإِمَامُ فَأَمِّنُوا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه

_“Jika Imam mengucapkan Aamiin, maka ucapkanlah Amiin. Karena barangsiapa yang ucapannya aminnya bersesuaian dengan ucapan amin Malaikat, akan diampuni dosanya yang telah lalu”_
(H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

✅ *Membaca Surat Lain Setelah al-Fatihah*

Setelah membaca al-Fatihah, disunnahkan membaca surat-surat lain dalam alQuran pada 2 rokaat yang pertama.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِى قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ الأُولَيَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ وَيُسْمِعُنَا الآيَةَ أَحْيَانًا وَيَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ الأُخْرَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

▪ Dari Abdullah bin Abi Qotaadah dari ayahnya :
_“bahwa Nabi shollallahu alaihi wasallam pada dua rokaat awal sholat Dzhuhur dan Ashar membaca al-Fatihah dan surat. Kadangkala beliau memperdengarkannya kepada kami. Dan di dua rokaat terakhir beliau membaca al-Fatihah (saja)”_
(H.R Muslim)

✅ *Gerakan dan Bacaan Ruku’*

Kemudian bertakbir dengan mengangkat tangan untuk melakukan ruku’. Gerakan ruku’ adalah membungkuk dan meletakkan jari jemari tangan yang direnggangkan ke lutut.

عَنْ وَابِصَةَ بْنَ مَعْبَدٍ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فَكَانَ إِذَا رَكَعَ سَوَّى ظَهْرَهُ حَتَّى لَوْ صُبَّ عَلَيْهِ الْمَاءُ لَاسْتَقَرَّ

▪ Dari Wabishoh bin Ma’bad beliau berkata:
_“Saya melihat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sholat, jika beliau ruku’ meluruskan punggungnya. Hingga jika seandainya dituangkan air di atas punggung beliau, niscaya airnya akan diam (tidak mengalir)”_
(H.R Ibnu Majah, dishahihkan al-Albany – dikuatkan dengan jalur lain dari Ibnu Abbas riwayat Abu Ya’la)

وَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ يَدَيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ

_“Jika beliau ruku’, beliau meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua lututnya”_
(H.R al-Bukhari dari Abu Humaid as-Sa’idiy)

إِذَا رَكَعَ فَرَّجَ أَصَابِعَهُ وَإِذَا سَجَدَ ضَمَّ أَصَابِعَهُ

_“Jika beliau ruku’ merenggangkan jari jemarinya, dan jika sujud merapatkan jari jemarinya”_
(H.R atThobarony, dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Haitsamy, dishahihkan al-Albany)

✔ Dalam posisi ruku’, membaca salah satu doa ruku’, di antaranya: Subhanaa Robbiyal Adzhiim minimal sekali.

ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيم

_“Kemudian beliau ruku’ membaca Subhaana Robbiyal Adzhiim”_
(H.R Muslim dari Hudzaifah)

✅ *Bacaan Tasmi’ (Sami’allaahu Liman Hamidah)*

Setelah itu, bangkit dari ruku’ dengan mengucapkan Sami’allaahu liman hamidah (tasmi’) bagi Imam dan orang yang sholat sendirian. Sedangkan makmum mengucapkan Robbanaa wa lakal hamdu menyambut ucapan tasmi’ dari Imam.

وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ فَقَالَ « سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ »

_“Dan jika Nabi mengangkat kepalanya dari ruku’ mengucapkan: Sami’allahu liman hamidah”_
(H.R Muslim dari Malik bin al-Huwairits)

وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ

_“Dan jika (Imam) mengucapkan Sami’alaahu liman hamidah, maka ucapkanlah Robbanaa wa lakal hamdu”_
(H.R al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)

✅ *Doa I’tidal*

Dalam posisi i’tidal berdiri tegap dengan tangan di samping tubuh mengucapkan do’a i’tidal. Salah satu doa’ i’tidal adalah: Robanaa wa lakal hamdu hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokan fiihi.

كُنَّا يَوْمًا نُصَلِّي وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهَ مِنَ الرَّكْعَةِ قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ قَالَ رَجُلٌ وَرَاءَهُ رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ مَنِ اْلمُتَكَلِّمُ قَالَ أَنَا قَالَ رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِيْنَ مَلَكًا يَبْتَدِرُوْنَهَا أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّل

_“Pada suatu hari kami sholat di belakang Nabi Shollallaahu ‘alaihi wasallam ketika beliau mengangkat kepala dari ruku’ beliau mengucapkan : Sami’allaahu liman hamidah. Salah seorang yang berdiri di belakang beliau mengucapkan : Robbanaa walakal hamdu hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokan fiihi. Ketika selesai sholat, beliau bertanya : ‘Siapakah tadi yang mengucapkan ? Laki-laki itu menjawab: Saya. Rasul bersabda : ‘Aku melihat (sekitar) 33-39 Malaikat berebut siapa di antara mereka yang duluan mencatat (amal kebaikan bacaan itu)”_
(H.R AlBukhari)

📜✍ _Ustadz Abu Utsman Kharisman_ حفظه الله

🔃 _Bersambung insyaAllah..._

➖ ➖ ➖ ➖ ➖
🕌 _“Tetap hadir di majelis ilmu syar'i (tempat pengajian) untuk meraih pahala dan barokah lebih banyak dan lebih besar, insyaAllah.”_

📲 *Join Channel Telegram* :
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
*Fawaaid, Info Khatib Jum'at & Kajian Dauroh (Tabligh Akbar) di BARLINGMASCAKEB dan Sekitarnya* :
📚 https://telegram.me/Riyadhus_Salafiyyin

*Unduh Video Fawaid, Audio Kajian/Dauroh* :
📥 https://telegram.me/AKSI_AudioKajianSalafyIndonesia

➖➖➖➖➖➖➖➖➖
*📚 RIYADHUSSALAFIYYIN 📚*
《 _Taman-taman salafiyyin_ 》
➖➖➖➖➖➖➖➖➖

💐📝 *TATA CARA SHOLAT DARI TAKBIR SAMPAI SALAM (Bagian ke-2 - selesai)*

✅ *Turun Menuju Sujud*

Kemudian bertakbir tanpa mengangkat kedua tangan menuju sujud. Saat turun menuju sujud, mendahulukan lutut.

عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا نَهَضَ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ

▪ Dari Wa-il bin Hujr –radhiyallahu anhu- beliau berkata:
_“Saya melihat Nabi shollallahu alaihi wasallam jika sujud meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya, dan jika bangkit mengangkat kedua tangannya sebelum lututnya”_
(H.R Abu Dawud no 713 dengan 2 jalur riwayat yang saling menguatkan- demikian dinyatakan oleh Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad)

وَانْحَطَّ بِالتَّكْبِيْرِ حَتَّى سَبَقَتْ رُكْبَتَاهُ يَدَيْهِ

_“Dan beliau (Nabi) turun dengan bertakbir hingga kedua lututnya mendahului kedua tangannya”_
(H.R al-Hakim, dinyatakan sanadnya shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim, padahal di dalamnya terdapat perawi al-Alaa’ bin Ismail yang majhul, namun bisa menjadi penguat jalur periwayatan sebelumnya yang diriwayatkan Abu Dawud)
Perbuatan mendahulukan lutut sebelum tangan pada saat turun menuju sujud adalah pendapat Jumhur Ulama’ (Abu Hanifah, asy-Syafi’i, Ahmad) dan diriwayatkan sebagai perbuatan Sahabat Nabi Umar bin al-Khoththob dan Ibnu Mas’ud

أَنَّ عُمَرَ كَانَ يَضَعُ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ

_“Sesungguhnya Umar meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan”_
(riwayat Ibnu Abi Syaibah dari Ibrahim anNakho-i, dikuatkan dengan riwayat atThohawy dalam syarh Ma’aaniy al-alAtsar bahwa Ibrahim mendengar khabar tersebut dari Alqomah dan al-Aswad)

حُفِظَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رُكْبَتَيْهِ كَانَتَا تَقَعَانِ إلَى الْأَرْضِ قَبْلَ يَدَيْهِ

_“Telah dihafal dari (perbuatan) Ibnu Mas’ud bahwasanya beliau mendahulukan kedua lutut ke tanah sebelum kedua tangan”_
(riwayat atThohawy dalam syarh Ma’aniy al-Atsar dari Ibrahim anNakho’i)

✅ *Gerakan dan Bacaan Sujud*

Gerakan sujud yang harus dilakukan adalah sujud pada 7 anggota sujud.

أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ

_“Aku diperintah untuk sujud pada 7 tulang: dahi (beliau mengisyaratkan pada hidung) dan kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung-ujung jari kaki”_
(H.R al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas)

✔ *Ditegaskan dalam riwayat lain bahwa hidung harus menyentuh bumi (tempat sujud)*

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَمَسَّ أَنُفُهُ اْلأَرْضَ

_“Tidak ada sholat bagi orang yang hidungnya tidak menyentuh bumi”_
(H.R al-Hakim, dinyatakan oleh al-Hakim bahwa hadits tersebut sesuai syarat al-Bukhari disepakati al-Albany)

✔ *Jari jemari tangan dirapatkan diarahkan ke kiblat, ujung jari kaki juga dihadapkan ke kiblat.*

كاَنَ إِذَا سَجَدَ ضَمَّ أَصَابِعَهُ

_“(Nabi) jika sujud, merapatkan jari jemarinya”_
(H.R al-Hakim, dinyatakan sesuai syarat Muslim oleh adz-Dzahaby)

...مُسْتَقْبِلاً بِأَطْرَافِ أَصَابِعِهِ الْقِبْلَة

_“Dalam sujud Nabi menghadapkan ujung-ujung jarinya ke kiblat”_
(H.R al-Hakim dari Aisyah, disepakati keshahihannya oleh adz-Dzahaby: sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim)

✔ *Meletakkan kedua tangan di samping tubuh sejajar dengan bahu.*

ثُمَّ سَجَدَ فَأَمْكَنَ أَنْفَهُ وَجَبْهَتَهُ وَنَحَّى يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ

_“Kemudian beliau sujud sehingga memungkinkan hidung dan dahinya (menempel pada tanah), dan beliau menjauhkan kedua tangan dari kedua sisinya, dan meletakkan kedua telapak tangan sejajar bahu”_
(H.R Abu Dawud, atTirmidzi, dari Abu Humaid, dishahihkan Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)

✔ *Disunnahkan saat sujud agak menjauhkan posisi tangan dari samping tubuh, kecuali jika di kiri kanan ada orang lain.*

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَالِكٍ ابْنِ بُحَيْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا صَلَّى فَرَجَ بَيْنَ يَدَيْهِ حَتَّى يَبْدُوَ بَيَاضُ إِبْطَيْهِ

▪ Dari Abdullah bin Malik bin Buhainah
_“bahwa Nabi shollallahu alaihi wasallam jika sholat merentangkan kedua tangan (di sisi tubuh) hingga terlihat putihnya ketiak beliau”_
(H.R al-Bukhari dan Muslim)

✔ *Tidak menempelkan siku tangan pada tanah/ lantai saat sujud.*

إِذَا سَجَدْتَ فَضَعْ كَفَّيْكَ وَارْفَعْ مِرْفَقَيْكَ

_“Jika engkau sujud, letakkan kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikumu”_
(H.R Muslim dari al-Bara’)

✔ *Di dalam sujud membaca salah satu bacaan yang diajarkan Nabi, di antaranya adalah: Subhaana Robbiyal A’laa.*

ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى

_“Kemudian Nabi sujud dan Nabi berkata: Subhaana Robbiyal A’laa (Maha Suci Allah Yang Paling Tinggi)”_
(H.R Muslim dari Hudzaifah)

✔ *Posisi kedua tumit kaki dilekatkan rapat.* Hal ini berdasarkan hadits Aisyah:

فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَكَانَ مَعِى عَلَى فِرَاشِى ، فَوَجَدْتُهُ سَاجِدًا رَاصًّا عَقِبَيْهِ مُسْتَقْبِلاً بِأَطْرَافِ أَصَابِعِهِ الْقِبْلَةَ ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ :« أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ، وَبِعَفْوِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ ، وَبِكَ مِنْكَ ، أُثْنِى عَلَيْكَ لاَ أَبْلُغُ كُلَّ مَا فِيكَ »

_“Aku kehilangan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam yang sebelumnya tidur di pembaringanku. Ternyata beliau sedang sujud (sholat malam) dengan merapatkan kedua tumitnya, ujung jari kaki menghadap ke arah kiblat. Aku mendengar beliau mengucapkan (dalam sujudnya): A’udzu bi ridhooka min sakhothika wa bi ‘afwika min ‘uquubatika wa bika minka utsnii alayka laa ablughu kulla maa fiika”_
(H.R Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, al-Baihaqy, al-Hakim, disepakati keshahihannya oleh adz-Dzahabiy, sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim)

✅ *Duduk di Antara 2 Sujud*

Kemudian bertakbir bangkit dari sujud hingga duduk dengan thuma’ninah (duduk di antara 2 sujud).

ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا

_“Kemudian bangkitlah dari sujud hingga thuma’ninah (tenang) dalam posisi duduk”_
(H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

✔ *Dalam posisi duduk di antara 2 sujud ini, membaca salah satu doa yang diajarkan Nabi, di antaranya: Allaahummaghfir lii warhamnii wa ‘aafiniiy wahdinii warzuqniy*

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي

▪ Dari Ibnu Abbas –semoga Allah meridhainya-
_“bahwasanya Nabi shollallahu alaihi wasallam mengucapkan (saat duduk) di antara 2 sujud: Allaahummaghfir lii warhamnii wa ‘aafiniiy wahdinii warzuqniy (Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, berikan afiyat (kesehatan dan keselamatan) kepadaku, berikan aku hidayah, dan berikan aku rezeki”_
(H.R Abu Dawud, dishahihkan al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaaniy)

✔ Kemudian bertakbir sujud lagi. Selanjutnya bangkit menuju rokaat kedua.

✅ *Cara Bangkit Menuju Rokaat Berikutnya*

Saat bangkit menuju rokaat berikutnya, caranya adalah dengan duduk sebentar kemudian bertumpu pada telapak tangan  untuk bangkit:

وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ عَنِ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ جَلَسَ وَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ ثُمَّ قَامَ

_“Dan jika mengangkat kepala dari sujud kedua, beliau duduk dan bertumpu pada tanah kemudian bangkit”_
(H.R Muslim dari Abu Qilaabah yang menceritakan tata cara sholat yang dicontohkan Malik bin al-Huwairits ketika mengajarkan sholat Nabi)

عَنِ الأَزْرَقِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ : رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يَنْهَضُ فِي الصَّلاَةِ وَيَعْتَمِدُ عَلَى يَدَيْهِ

▪ Dari al-Azraq bin Qoys beliau berkata:
_“Saya melihat Ibnu Umar bangkit dalam sholat bertumpu pada kedua tangannya”_
(riwayat Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang baik—para perawinya adalah perawi dalam as-Shahih)

✅ *Duduk Tasyahhud Awal*

Pada sholat wajib yang berjumlah 3 atau 4 rokaat, pada akhir rokaat kedua sebelum bangkit di rokaat berikutnya, duduk untuk tasyahhud awal.

Gerakan duduk tasyahhud awal adalah duduk iftirasy, yang dijelaskan dalam hadits Waa-il bin Hujr:

فَلَمَّا جَلَسَ يَعْنِي لِلتَّشَهُّدِ افْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى يَعْنِي عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى

_“Ketika Nabi duduk tasyahhud beliau membentangkan telapak kaki kiri dan meletakkan telapak tangan kiri di atas paha kiri, dan beliau menegakkan telapak kaki kanan”_
(H.R atTirmidzi)

✔ Posisi tangan saat tasyahhud dijelaskan dalam hadits Ibnu Umar:

كَانَ إِذَا جَلَسَ فِى الصَّلاَةِ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الَّتِى تَلِى الإِبْهَامَ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى

_“Jika beliau duduk dalam sholat, beliau meletakkan telapak tangan kanannya di atas paha kanan dan menggenggam jarinya seluruhnya dan memberi isyarat dengan jari telunjuknya yang berada setelah jempol. Beliau juga meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha kiri”_
(H.R Muslim)

✔ Saat duduk tasyahhud awal, membaca doa tahiyyat/tasyahhud yang diajarkan Nabi, di antaranya  sesuai hadits Ibnu Mas’ud:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدَ كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّوْرَةَ مِنَ اْلقُرْآنِ فَكَانَ يَقُوْلُ التَّحِيَّاتُ اْلمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

_“Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam mengajari kami tasyahhud sebagaimana beliau mengajari surat dalam AlQuran. Beliau membaca : ‘At-Tahiyyaatul Mubaarokaatus Sholawaatu at-Thoyyibaatu lillaahi Assalaamu ‘alaika ayyuhan Nabiyyu warahmatullaahi wabarokaatuh. Assalaamu ‘alaina wa ‘alaa ‘ibaadillaahis shoolihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaahu wa asyhadu anna muhammadan rosuulullaah”_
(H.R Muslim)

✔ Kemudian bangkit bertakbir menuju rokaat berikutnya.

✅ *Duduk Tasyahhud Akhir*

Gerakan duduk tasyahhud akhir secara asal adalah duduk ifitrasy (sama seperti duduk di antara 2 sujud), sebagaimana hadits Waa-il bin Hujr riwayat atTirmidzi di atas pada pembahasan duduk tasyahhud awal. Kecuali pada sholat yang memiliki 2 tasyahhud (ada tasyahhud awal dan tasyahhud akhir), duduknya adalah tawarruk. Hal ini sebagaimana hadits Abu Humaid as-Saa’idiy:

فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْيُمْنَى وَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِهِ

_“Jika beliau (Abu Humaid as-Sa’idiy) duduk dalam dua rokaat, beliau duduk di atas (telapak) kaki kiri dan menegakkan (telapak) kaki kanan (iftirasy) dan jika duduk di rokaat terakhir beliau mengedepankan (telapak) kaki kiri dan menegakkan (telapak kaki) yang lain dan duduk pada tempat duduknya (pantat langsung ke tanah/lantai)”_
(H.R al-Bukhari, kisah tentang Abu Humaid mencontohkan tata cara sholat Nabi)

✔ *Bacaan dan gerakan tangan saat tasyahhud akhir sama dengan tasyahhud awal. Setelah membaca tasyahhud itu kemudian membaca sholawat kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam.* Di antaranya bacaan sholawat yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ , اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

_“Ya Allah, bersholawatlah kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah bersholawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Terpuji lagi Maha Agung. Yaa Allah berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Terpuji lagi Maha Agung”_
(H.R al-Bukhari dan Muslim dari Ka’ab bin Ujroh)

✅ *Doa Setelah Tasyahhud Sebelum Salam*

Setelah itu boleh membaca doa apa saja, terutama doa meminta perlindungan dari 4 hal (adzab kubur, adzab Jahannam, fitnah kehidupan dan kematian, serta fitnah Dajjal)

ثُمَّ يَتَخَيَّرُ مِنَ الْمَسْأَلَةِ مَا شَاءَ

_”Kemudian silakan dia memilih doa yang dikehendakinya”_
(H.R al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- « إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ ».

▪ Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- ia berkata:
_“Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: << Jika salah seorang dari kalian tasyahhud, berlindunglah kepada Allah dari 4 hal. Hendaknya ia mengucapkan: Allaahumma inni a’udzu bika min ‘adzaabi Jahannam wa min adzaabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min syarri fitnatil masiihid Dajjaal (Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari adzab Jahannam dan dari adzab kubur dan dari ujian kehidupan dan dari ujian kematian dan dari keburukan ujian al-Masiih ad-Dajjaal)”_
(H.R Muslim)

✅ *Membaca Salam sebagai Akhir Sholat*

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ خَدِّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ

▪ Dari Abdullah (bin Mas’ud) –semoga Allah meridhainya-
_“bahwasanya Nabi shollallahu alaihi wasallam mengucapkan salam ke arah kanan dan ke arah kiri hingga terlihat putihnya pipi beliau: Assalaamu alaikum warahmatullaah... Assalaamu alaikum warahmatullaah...”_
(H.R Abu Dawud)

عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ وَعَنْ شِمَالِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ

▪ Dari ‘Alqomah bin Waail dari ayahnya ia berkata:
_“Aku pernah sholat bersama Nabi shollallahu alaihi wasallam, beliau mengucapkan salam ke arah kanan: Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokaatuh.. dan ke arah kiri: Assalaamu’alaikum warahmatullaah...”_
(H.R Abu Dawud)

📜✍ _Ustadz Abu Utsman Kharisman_ حفظه الله

🔃 _Bagian ke-2 (Selesai)_

➖ ➖ ➖ ➖ ➖
🕌 _“Tetap hadir di majelis ilmu syar'i (tempat pengajian) untuk meraih pahala dan barokah lebih banyak dan lebih besar, insyaAllah.”_

📲 *Join Channel Telegram* :
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
*Fawaaid, Info Khatib Jum'at & Kajian Dauroh (Tabligh Akbar) di BARLINGMASCAKEB dan Sekitarnya* :
📚 https://telegram.me/Riyadhus_Salafiyyin

*Unduh Video Fawaid, Audio Kajian/Dauroh* :
📥 https://telegram.me/AKSI_AudioKajianSalafyIndonesia

================================

Pertanyaan1:

Bismillah, alafwu minkum.

Dalam penjelasan di atas berkenaan *tata cara sholat* tidak di jelaskan posisi isyarat telunjuk,apakah lurus menghadap kiblat atau telunjuk di putar2/ di gerakkan ke atas kebawah sekian❓ barokallahu fikum.


Dijawab oleh Al-Ustadz Kharisman hafizhahullaahu:

Insyaallah pendapat Ulama yg rajih - yg sejauh ini ana yakini- terkait posisi dan keadaan jari telunjuk saat tasyahhud adalah:

1. Jari telunjuk tidak digerakkan, sebagaimana penjelasan Syaikh Muqbil. Hadits ttg menggerak-gerakkan jari itu terhitung syadz (ganjil).

2. Isyarat dgn jari telunjuk dimulai sejak permulaan tasyahhud, sbgm penjelasan al-Imam Malik. Karena hadits-hadits ttg isyarat itu juga terkait posisi saat tasyahhud. Tdk ada penyebutan khusus kapan mulainya. Seperti hadits Ibnu Umar.

3. Jari telunjuk tidak diarahkan tegang ke depan, namun agak melengkung ke bawah, sebagaimana penjelasan Ibnul Qoyyim dalam Zaadul Ma'ad.

Wallaahu A'lam

(Selesai pertanyaan1)


Pertanyaan2 :

Bismillah,

Di tata sholat bagian pertama tidak dijelaskan tentang sholat berjamaah , tatkala imaam membaca Al Fatihah/ ayat2 Al Qur'an , apakah ma'mum mengikuti bacaan imam atau Atau diam mendengarkan bacaan imam,membaca sendiri tapi pelan di dengar oleh dirinya sendiri.

Ada sebuah hadist yg menjelaskan bahasannya jika solat tidak membaca Al-Fatihah maka sholatnya tidak sah‼


Dijawab oleh Al-Ustadz Kharisman hafizhahullaahu:

Keharusan membaca surat alFatihah berlaku bagi Imam, orang yang sholat sendirian, maupun makmum pada saat Imam tidak mengeraskan bacaan. Adapun pada saat Imam mengeraskan bacaan dan didengar makmum, pada saat itu makmum menyimak bacaan tersebut.

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآَنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dan jika dibacakan al-Quran maka simaklah dan diamlah agar kalian mendapatkan rahmat (Q.S al-A’raaf:204)

وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا

Dan jika Imam membaca, maka simaklah (H.R Muslim)

Ucapan-ucapan para Sahabat Nabi dalam riwayat yang shahih menunjukkan tidak wajibnya makmum membaca alFatihah pada saat Imam memperdengarkan bacaan alQuran dengan suara keras. 

Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma menyatakan:

مَنْ صَلَّى رَكْعَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَلَمْ يُصَلِّ إِلاَّ وَرَاءَ الإِمَامِ

Barangsiapa sholat satu rokaat tidak membaca padanya alFatihah, maka ia tidak dianggap sholat kecuali jika ia di belakang Imam (riwayat al-Baihaqy dalam asSunan al-Kubro dan dishahihkan olehnya) 

Abud Darda’ radhiyallahu anhu menyatakan:

مَا أَرَى الإِمَامَ إِذَا أَمَّ الْقَوْمَ إِلاَّ قَدْ كَفَاهُمْ

Tidaklah aku melihat seseorang jika menjadi Imam bagi suatu kaum kecuali telah mencukupi mereka (bacaan alFatihahnya)(riwayat Ahmad, anNasaai, adDaraquthny, dan al-Baihaqy,dinyatakan sanadnya shahih oleh al-Albany) 

Ibnu Umar radhiyallahu anhuma menyatakan:

مَنْ صَلَّى وَرَاءَ اْلإِمَامِ كَفَاهُ قِرَاءَةُ الْإِمَامِ

Barangsiapa yang sholat di belakang Imam, maka cukup baginya bacaan Imam (riwayat al-Baihaqy, dishahihkan olehnya) 

Demikian juga riwayat dari Ibnu Mas’ud, beliau berpendapat bahwa bacaan Imam telah mencukupi bagi makmum.

عَنْ أَبِى وَائِلٍ : أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ ابْنَ مَسْعُودٍ عَنِ الْقِرَاءَةِ خَلْفَ الإِمَامِ فَقَالَ : أَنْصِتْ لِلْقُرْآنِ ، فَإِنَّ فِى الصَّلاَةِ شُغْلاً ، وَسَيَكْفِيكَ ذَاكَ الإِمَامُ

Dari Abu Wa-il bahwasanya seseorang bertanya kepada Ibnu Mas’ud tentang membaca (alQuran) di belakang Imam. Ibnu Mas’ud berkata: Diamlah dari membaca alQuran karena dalam sholat itu terdapat kesibukan, dan Imam tersebut telah mencukupimu (riwayat al-Baihaqy dan atThohawy, dishahihkan sanadnya oleh al-Albany)

Atsar-atsar dari para Sahabat tersebut di atas dikumpulkan dalam as-Silsilah al-Ahaadits Adh-Dhaifah (2/420) karya Syaikh al-Albany.

(Selesai Pertanyaan 2)


Bolehkan Melakukan Banyak Gerakan Ketika Sholat Jika Diperlukan Gerakan Itu?

Bolehkan Melakukan Banyak Gerakan Ketika Sholat Jika Diperlukan Gerakan Itu? *

Pertanyaan:

Bismillah. Afwan ustadz, ijin bertanya. Suatu ketika saat sedang shalat hape berbunyi. Kebetulan hape disimpan didalam saku celana yang saat itu juga memakai sarung, sehingga saat ingin mematikannya butuh banyak gerakan.
1) Apakah gerakan tersebut dapat membahayakan keabsahan shalat?
2) Bagaimana kaidah "gerakan yang banyak" yang dapat membatalkan shalat? Karena ana pernah melihat seorang ikhwan salafy, dia menggaruk-garuk kakinya hingga membungkuk padahal waktu itu sedang dalam posisi berdiri.

Mohon faidahnya ustadz. Baarakallahu fiikum.

Dijawab oleh Ustadz Kharisman hafizhahullah ‬:

Insyaallah tidak mengapa melakukan banyak gerakan yg ada keperluan. Termasuk mematikan hp semacam itu. Namun, jangan sampai gerakan itu menyebabkan:

1) Dada berubah arah tidak lagi ke arah kiblat.

2) Menambah gerakan rukun, seperti membungkuk kayak ruku' padahal posisi sholatnya masih berdiri.

Seseorang yg dalam posisi sholat berdiri, kemudian ia melakukan gerakan membungkuk seperti ruku' padahal ia belum waktunya ruku', sholatnya bisa batal. Sebagaimana dijelaskan Syaikh Ibn Utsaimin.

Namun apabila dilakukan karena ketidaktahuan atau lupa, insyaallah sholatnya tetap sah.

Wallaahu A'lam


Kaidah umum tentang gerakan yang dilakukan di dalam sholat (selain gerakan-gerakan sholat), terbagi menjadi 5 hal: wajib, sunnah,mubah (boleh), haram (membatalkan sholat), makruh.

Wajib: gerakan-gerakan yang harus dilakukan untuk menjaga agar sholat tetap sah. Contoh: seseorang yang safar tidak tahu posisi kiblat, tidak ada petunjuk maupun orang yang bisa ditanya tentang posisi kiblat yang benar, kemudian dia sholat dengan beritjihad tentang posisi kiblat yang benar. Di tengah sholat, ia baru tahu posisi kiblat yang benar, maka ia kemudian bergerak menghadap ke arah kiblat yang benar.

Contoh lain, seseorang yang sholat menggunakan jas baru sadar di tengah sholat bahwa jasnya telah terkena najis dengan yakin. Ia kemudian bergerak melepaskan jasnya yang najis itu.

Sunnah: gerakan-gerakan yang berakibat pada kesempurnaan sholat. Contoh: seorang makmum yang bergerak maju menutup celah shaf di depannya yang baru ditinggalkan oleh makmum lain yang batal sholatnya. Bisa juga celah ditutup oleh makmum yang berada di samping kiri atau kanannya.

Contoh lain: seorang makmum yang sholat bersama seorang Imam. Awalnya ia berada di posisi kiri Imam, kemudian ia berpindah menuju posisi kanan Imam.

Contoh lain: dua orang sholat berjamaah. Makmum berdiri sejajar di sebelah kanan Imam. Kemudian datang seorang lain ingin menjadi makmum, kemudian makmum yang pertama tadi bergerak mundur untuk membuat shaf bersama makmum baru di belakang Imam.

Mubah: gerakan yang dilakukan karena kebutuhan, seperti : berjalan membukakan pintu (dengan tetap menghadap ke arah kiblat), membunuh binatang berbahaya (seperti kalajengking), menggaruk bagian tubuh yang gatal, menggendong anak kecil, menoleh karena keperluan, memberikan isyarat dengan tangan atau kepala, berpindah posisi menuju tempat yang lebih dingin karena kepanasan, dan semisalnya. Termasuk gerakan yang mubah adalah jika pada saat sholat kita lupa menset HP dalam posisi diam/silent, kemudian pada saat sholat berjamaah HP berbunyi dengan nada dering yang mengganggu, dan  posisinya mudah dijangkau (seperti di saku baju), kemudian dimatikan atau diset diam atau dimatikan. Demikian juga diperbolehkan menangis dalam sholat (bukan karena dibuat-buat, namun karena khusyu’)

Contoh lain gerakan yang mubah adalah memegang mushaf/ hp yang memuat alQuran untuk dibaca dalam sholat. Namun, sebaiknya hal itu hanya dilakukan di dalam sholat sunnah seperti sholat malam, dan semisalnya. Aisyah radhiyallahu anha pernah menyuruh budak laki-lakinya menjadi Imam dalam sholat malam, dan Imam tersebut membacakan dari mushaf al-Quran.

Haram: gerakan yang dilakukan tanpa keperluan dalam gerakan yang banyak dan berurutan. Atau gerakan-gerakan yang disepakati para Ulama bisa membatalkan sholat, seperti tertawa, makan dan minum, serta berbicara dalam sholat.

Namun, jika seseorang lupa atau tidak tahu bahwa suatu gerakan tertentu sebenarnya membatalkan sholat, maka sholatnya tidak batal. Ketidaktahuan atau karena lupa tidak membatalkan sholat.

Makruh: gerakan yang dilakukan bukan karena kebutuhan namun hanya sedikit, seperti seseorang merubah posisi kopiahnya (padahal tidak terlalu dibutuhkan), atau merubah posisi arloji atau melihat waktu pada arlojinya, dan semisalnya.

(kebanyakan poin contoh di atas disarikan dari penjelasan Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Fataawa Nuurun alad Darb)

Faidah : Tidak terdapat batasan secara khusus dari Nabi tentang berapa jumlah gerakan berurutan yang bisa dilakukan. Tidak benar kalau dinyatakan bahwa batasannya 3 kali gerakan berurutan, karena hal itu tidak berdasar hadits atau atsar yang shahih.

Berikut ini adalah beberapa dalil dan penjelasan yang menerangkan hal-hal yang diperbolehkan dilakukan dalam sholat:

Berjalan dalam Sholat dan Membukakan Pintu

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ جِئْتُ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي الْبَيْتِ وَالْبَابُ عَلَيْهِ مُغْلَقٌ فَمَشَى حَتَّى فَتَحَ لِي ثُمَّ رَجَعَ إِلَى مَكَانِهِ وَوَصَفَتْ الْبَابَ فِي الْقِبْلَةِ

Dari Aisyah –radhiyallahu anha- beliau berkata: Saya datang pada saat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sholat di rumah sedangkan pintu tertutup. Kemudian beliau berjalan hingga membukakan pintu kemudian kembali ke posisinya (dalam keadaan sholat). Aisyah menjelaskan bahwa pintu berada di arah kiblat (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, anNasaai, dihasankan atTirmidzi dan disepakati al-Mundziri) 

Menggendong Anak Kecil dalam Sholat

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي وَهُوَ حَامِلٌ أُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ... فَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا وَإِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا

Dari Abu Qotadah –radhiyallahu anhu- bahwa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sholat dengan menggendong Umamah putri Zainab putri Rasulullah shollallahu alaihi wasallam…jika beliau berdiri beliau menggendongnya, dan jika beliau sujud beliau meletakkannya (H.R al-Bukhari dan Muslim) 

Membunuh Ular dan Kalajengking dalam Sholat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِ الْأَسْوَدَيْنِ فِي الصَّلَاةِ الْحَيَّةُ وَالْعَقْرَبُ

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu- beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh dua makhluk hitam dalam sholat, yaitu ular dan kalajengking (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, anNasaai, Ibnu Majah, dishahihkan Ibnu Khuzaimah dan al-Albany)

(Dijawab oleh Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman hafizhahullaah)

WA Al-I'tishom

*Judul dari admin.

Sabtu, 17 Maret 2018

TIPS RINGKAS UNTUK KHUSYU’ DALAM SHOLAT

➖➖➖➖➖➖➖➖➖
*📚 RIYADHUSSALAFIYYIN 📚*
《 _Taman-taman salafiyyin_ 》
➖➖➖➖➖➖➖➖➖

📜 *TIPS RINGKAS UNTUK KHUSYU’ DALAM SHOLAT*

📚 Pembahasan-pembahasan berikutnya yang akan anda ikuti adalah penjelasan detail tentang makna bacaan-bacaan dalam sholat. Setiap bacaan akan memiliki “rasa” tersendiri. “Rasa” itulah yang sebenarnya harus dihadirkan dalam setiap sholat.
💡 *Sebagian Ulama’ Salaf menyatakan bahwa setiap ibadah harus diiringi dengan perasaan*:
✔ (i) cinta dengan pengagungan,
✔ (ii) takut, dan
✔ (iii) berharap kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala.

✅ Pada saat disebutkan tentang Nama dan Sifat-Sifat Allah serta keagunganNya, dalam diri kita harus timbul perasaan mengagungkan.  Jika disebutkan tentang kebaikan-kebaikan, Keadilan-keadilan dan kasih sayang Allah, dalam diri kita mestinya timbul perasaan cinta kepada Allah. Cinta yang berpadu dengan pengagungan tertinggi.
Perasaan takut kepada Allah muncul jika kita membaca bacaan-bacaan tentang ancaman adzab Allah yang pedih, atau Sifat Allah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Kuat, bahwa Allah Penguasa satu-satunya, dan seluruhnya kecil di hadapanNya, dan makna-makna semisalnya. Perasaan takut juga muncul jika kita membaca pengakuan atas dosa kita dan kedzhaliman yang telah kita lakukan.

Bila kita membaca bacaan-bacaan yang menyebutkan rahmat Allah, pemberian ampunan, dan penerimaan taubat kepada suatu kaum tertentu, atau Allah memberi hidayah kepada kaum tertentu, harusnya dalam diri kita timbul perasaan berharap.

✅ *Perasaan-perasaan tersebut akan tetap terpelihara dan mudah dihadirkan setiap sholat jika kita melakukan hal-hal sebagai berikut*:

1⃣ *Memahami makna bacaan yang kita baca.*

📖 InsyaAllah buku ini akan menuntun anda untuk memahami bacaan dalam sholat.
Sesungguhnya kadar pahala kita dalam sholat sangat ditentukan oleh seberapa persen kita ingat kepada Allah, menghadirkan hati, menghayati ucapan dan gerakan dalam sholat.

▪ Sahabat Nabi Ammar bin Yasir _radhiyallahu anhu_ menyatakan:

لاَ يُكْتَبُ لِلرَّجُلِ مِنْ صَلاَتِهِ مَا سَهَا عَنْهُ

_“Tidaklah dicatat (sebagai pahala) dalam sholat seseorang ketika ia lalai”_
(diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam az-Zuhud no riwayat 1300)

2⃣ *Banyak berdzikir kepada Allah*

Kadang orang sulit untuk mengingat Allah dalam sholat, karena ia tidak terbiasa. Ia terbiasa lalai dari mengingat Allah. Pada saat datang waktu sholat, maka ia baru berjuang mengingat Allah. Bagi orang yang banyak berdzikir, baik di luar maupun di dalam sholat, ketika datang panggilan sholat, lebih mudah baginya untuk menata hati menghadap Allah karena ia telah terbiasa dengan dzikir, sedangkan sholat pada hakikatnya adalah untuk mengingat (berdzikir) kepada Allah.

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

_“…Dan tunaikanlah sholat untuk mengingatKu…”_
(Q.S Thaha:14)

3⃣ *Menjadikan dunia di tangan kita, bukan di hati kita.*

Seorang menjadikan “dunia” di tangannya jika ia jadikan seluruh aktifitas kehidupannya -seperti bekerja untuk menghidupi keluarga- sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah. Jika ia menjadikan ibadah kepada Allah sebagai tujuan utama, jika ia yakin bahwa ia akan bertemu dengan Allah dan dikembalikan kepadaNya, maka ia tidak akan mudah larut memikirkan urusan dunia. Sebaliknya, jika dunia telah merasuk dalam hatinya, atau bahkan menjadi prioritas utama, jika ia temui permasalahan-permasalahan terkait pekerjaan menjadikan ia susah tidur, selalu memikirkan hal itu setiap waktu, termasuk ketika ia berada dalam sholat, pikiran-pikiran itu akan menyesaki hati dan otaknya.

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ (45) الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (46)

_“Dan minta tolonglah (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya itu adalah berat kecuali bagi orang yang khusyu’. Yaitu orang-orang yang yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Rabb mereka dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya”_
(Q.S alBaqoroh:45-46)

4⃣ *Selalu meningkatkan ilmu yang bermanfaat*

Semakin seseorang berilmu, semakin tinggi perasaan takutnya kepada Allah. Perasaan takut yang diiringi pengetahuan tentang keagungan Dzat yang ditakuti. Semakin bertambah keilmuan seseorang, semakin kokoh ketauhidannya terhadap Allah. Hal itu akan semakin membuatnya khusyu’ di dalam sholat. Ilmu yang bermanfaat hanya bisa didapatkan jika bersumber dari AlQuran dan as-Sunnah yang shahihah dengan pemahaman para Sahabat Nabi ridlwaanullahi ‘alaihim ‘ajmain.

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

_“…orang-orang yang takut (khosy-yah) kepada Allah hanyalah orang-orang yang berilmu”_
(Q.S Faathir: 28).

5⃣ *Menghayati dan meyakini bahwa setiap kita berdzikir (di dalam atau di luar sholat), kita sedang berdialog dengan Allah.*

Allah menjawab bacaan dzikir kita dengan jawaban yang sesuai, sebagaimana hadits:

مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ صَدَّقَهُ رَبُّهُ فَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا وَأَنَا أَكْبَرُ وَإِذَا قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا وَحْدِي وَإِذَا قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ قَالَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا وَحْدِي لَا شَرِيكَ لِي وَإِذَا قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ قَالَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا لِيَ الْمُلْكُ وَلِيَ الْحَمْدُ وَإِذَا قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِي وَكَانَ يَقُولُ مَنْ قَالَهَا فِي مَرَضِهِ ثُمَّ مَاتَ لَمْ تَطْعَمْهُ النَّارُ

Barangsiapa yang mengucapkan: Laa Ilaaha Illallahu wallaahu Akbar (Tiada sesembahan yang benar kecuali Allah dan Allah adalah yang terbesar), Rabbnya akan membenarkan ucapannya itu dan menyatakan: Tiada sesembahan yang benar kecuali Aku dan Aku yang terbesar. Jika ia mengucapkan: Laa Ilaaha Illallahu wahdah (Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah semata), Allah berfirman: Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Aku saja.
Jika seseorang itu mengucapkan: Laa Ilaaha Illallahu wahdahu laa syariika lah (Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, tidak ada sekutu bagiNya), Allah berfirman: Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Aku semata, tidak ada sekutu bagiKu. Jika orang itu mengucapkan: Laa Ilaaha Illallah Lahul Mulku wa lahul hamdu (Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah. Hanya milikNyalah kekuasaan dan pujian), Allah berfirman: Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Aku, hanya milikKu lah kekuasaan dan pujian. Jika seseorang itu mengucapkan: Laa Ilaaha Illallah wa laa hawla walaa quwwata illaa billaah (Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah), Allah berfirman: Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Aku dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolonganKu. Nabi ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan ucapan tersebut dalam sakitnya kemudian meninggal, tidak akan terlalap api Neraka”
(H.R atTirmidzi, dihasankan olehnya, dishahihkan al-Albaniy)

✅ Iringi juga dzikir atau bacaan kebaikan itu dengan keyakinan bahwa Allah senantiasa melihat gerak-gerik kita dalam sholat
(Q.S asy-Syu’araa’:219-220).

6⃣ *Meminta tolong kepada Allah agar kita bisa mempersembahkan ibadah yang terbaik kepadaNya, kemudian bertawakkal (berserah diri) hanya kepada Allah.*

Salah satu do'a yang diajarkan oleh Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam adalah:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

_“Ya Allah tolonglah saya untuk mengingatMu, bersyukur kepadaMu, dan mempersembahkan ibadah yang (ter)baik untukMu”_
(H.R Abu Dawud, anNasaai, Ahmad).

💎 Permohonan tolong kepada Allah ini bisa jadi adalah bagian terpenting, karena tanpa pertolongan Allah, kita tidak akan bisa khusyu’ dalam sholat. Termasuk bentuk permohonan pertolongan dalam hal ini adalah berlindung dari godaan syaitan yang akan selalu berusaha mengganggu dalam sholat.

📖 (dikutip dari buku *“Memahami Makna Bacaan Sholat”*, Pustaka Hudaya)

📜✍ _Ustadz Abu Utsman Kharisman_ حفظه الله

➖ ➖ ➖ ➖ ➖
🕌 _“Tetap hadir di majelis ilmu syar'i (tempat pengajian) untuk meraih pahala dan barokah lebih banyak dan lebih besar, insyaAllah.”_

📲 *Join Channel Telegram* :
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
*Fawaaid, Info Khatib Jum'at & Kajian Dauroh (Tabligh Akbar) di BARLINGMASCAKEB dan Sekitarnya* :
📚 https://telegram.me/Riyadhus_Salafiyyin

*Unduh Video Fawaid, Audio Kajian/Dauroh* :
📥 https://telegram.me/AKSI_AudioKajianSalafyIndonesia