Jumat, 14 November 2014

MAN JAALAS JAANAS !

 MAN JAALAS JAANAS ! 

كما يقال : من جالس جانس !، والصاحب ساحب !

Barangsiapa yang sering bergaul dengan seseorang, maka dia akan tertular sifatnya. Kurang lebih seperti itulah makna dari perkataan diatas. Yang artinya bahwa seorang teman dapat mempengaruhi sifat seseorang. Seperti perkataan penyair :

عن المرء لا تسأل وسل عن قرينه ………فكل قرين بالمقارن يقتدي.

“Jangan tanya tentang seseorang tapi tanyalah tentang temannya . . . karena setiap orang akan mencontoh temannya.”

Juga semakna dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya, dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

((المرء على دين خليله، فلينظر أحدكم من يخالل)).

“Seseorang tergantung dari agama temannya, maka hendaklah seseorang melihat teman gaulnya.”

Ikhwani fillah, ini sekedar mukadimah saja. Intinya bahwa bukan hanya manusia saja yang dapat terpengaruh dari teman duduknya atau tetangganya, bahkan fenomena inipun terjadi pada kalimat didalam bahasa arab, yang masyhur ditelinga penuntut ilmu dengan istilah “majrur bil mujawarah/ مجرور بالمجاورة ).

Istilah مجرور بالمجاورة / majrur bil mujawarah (istilah nahwu) ini maknanya adalah ibarat dari sebuah kata didalam bahasa arab yang pada asalnya marfu’ atau manshub, tetapi menjadi ikut majrur karena pengaruh “mujawarah” (ketularan,pent) akibat berdekatan dengan suatu isim atau kata yang majrur, dan bukan disebabkan oleh suatu “amil” yang melazimkan majrur-nya kata tersebut.

Seperti perkataan orang arab “هذا جحرُ ضَبٍّ خَرِبٍ  “, maka lafadz “خَرِبٍ “ pada asalnya adalah marfu’ sebagai na’at dari “جحرُ “ khabar yang marfu’, tetapi dia menjadi majrur karena ber-“mujawarah” dengan lafadz “ ضَبٍّ ” yang majrur.

Hal seperti ini juga didapatkan dibeberapa ayat dalam al-qur’an.
Misalnya, yang pertama . . .

فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرافِقِ وَامْسَحُوا بِرُؤُسِكُمْ وَأرْجُلِكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ  (المائدة :6)

Dengan jar (وَأرْجُلِكُمْ) ma’thuf kepada (بِرُؤُسِكُمْ ) menurut qira’ah Ibnu Katsir, Hamzah, Abu ‘Amr dan ‘Ashim juga riwayat dari Abu Bakr. Adapun Nafi’, Ibnu ‘Amir dan Al Kasa’I juga yang selainnya membaca dengan manshub, ma’thuf kepada (وُجُوهَكُمْ). Dan dua jenis bacaan ini adalah riwayat yang mutawatir.

Dan yang kedua, adalah dua ayat dari surat Hud . . .

{عَذَابَ يَوْمٍ أَلِيمٍ} هود 26
{عَذَابَ يَوْمٍ مُحِيطٍ} هود 84

Lafadz (أَلِيمٍ) dan (مُحِيطٍ) majrur disebabkan “mujawarah” dengan lafadz (يَوْمٍ), yang pada asalnya kedua lafadz ini adalah manshub sebagai na’at dari (عَذَابَ), karena (يَوْمٍ) secara makna tidak bisa disifati dengan kedua lafadz tersebut.

Yang ketiga . . .

يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ (17) بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ (18) لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُونَ (19) وَفَاكِهَةٍ مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ (20) وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ (21) وَحُورٍ عِينٍ (22( الواقعة 17-22

Lafadz (وَحُورٍ عِينٍ ) majrur berdasarkan qira’ah Hamzah dan Al-Kasa’i. Dan menurut riwayat Al-Mufadhdhal dari ‘Ashim lafadz tersebut majrur disebabkan “mujawarah” dengan lafadz (بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ ) sampai lafadz (وَلَحْمِ طَيْرٍ). Dan pada asalnya lafadz tersebut marfu’ وَحُورٌ عِينٌ) )menurut pendapat yang mengatakan karena dia ma’thuf kepada lafadz (وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ).

Yang keempat . . .

  {بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ, فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ} البروج 21-22

Lafadz (مَحْفُوظٍ) majrur karena ber-“mujawarah” dengan lafadz (لَوْحٍ) yang pada asalnya dia adalah lafadz yang marfu’ sebagai na’at bagi khabar (قُرْآنٌ).

  Untuk lebih lengkapnya, silahkan merujuk Adhwa’ul Bayan yang dikarang oleh Al-Imam Asy-Syinqithi pada tafsir surat Al-Ma’idah ayat 6.
  Disana beliau rahimahullah menyebutkan makna-makna dan perbedaan pendapat mengenai lafadz-lafadz tersebut.

Wallahu ta’ala a’lam bis shawab.

❤ salafy cirebon

WA Al-Manshuroh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar