Sabtu, 28 September 2019

Jihad Ala Isis dan Al-Qaeda

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Jihad Ala Isis dan Al-Qaeda
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
1⃣
ISIS dan al-Qaeda adalah kelompok yang menyeru kepada sebuah istilah dan pemahaman yang tidak sesuai dengan koridor syariat. Tanpa memerhatikan ketentuan-ketentuan yang dibenarkan para ulama, timbullah pergeseran dan penyimpangan besar terkait dengan ilmu dan dakwah. Ujungnya adalah terjadinya kerusakan yang berkepanjangan di tengah-tengah kaum muslimin.
Mereka masuk ke dalam golongan yang dicap “muda usianya dan jelek pemahamannya.” Mereka menyerukan jihad fi sabilillah sesuai dengan pemahamannya yang minim, tanpa mengetahui batasan dan ketentuan syar’i.
Padahal, penting diketahui bahwa jika jihad fi sabilillah menyimpang dari cara yang benar, akan menjadi jihad yang bid’ah, seperti jihad kaum Khawarij, Rafidhah, dan golongan sesat lainnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam ar-Rad ‘ala al-Akhna’i, “Al-Kitab dan as-Sunnah, keduanya dipenuhi dengan perintah jihad dan penyebutan keutamaannya. Namun, wajib diketahui, mana jihad syar’i yang diperintahkan Allah ‘azza wa jalla dan Rasul-Nya, mana jihad bid’ah (yaitu) jihad (yang dilakukan) golongan sesat dalam ketaatan kepada setan (keduanya sangat jauh berbeda, -ed.), dalam keadaan mereka mengira berjihad dalam ketaatan kepada Allah ‘azza wa jalla.
“Jihad bid’ah contohnya jihad ahli bid’ah pengikut hawa nafsu dari kalangan Khawarij dan semisalnya. Mereka justru berjihad melawan orang-orang Islam, berjihad melawan (Khalifah) Ali radhiallahu ‘anhu dan yang bersamanya, melawan sahabat Mu’awiyah radhiallahu ‘anhu dan yang bersamanya, dan melawan orang-orang yang jauh lebih taat kepada Allah dan Rasul-Nya dibanding mereka; (yaitu) para sahabat as-sabiqun al-awwalun dan yang mengikutinya dengan baik hingga hari kiamat.”
ISIS dan al-Qaeda berjihad dengan membunuh kaum muslimin dari kalangan aparat, warga sipil, orang tua, para wanita hingga anak-anak kecil tanpa ampun dengan melakukan peledakan bom atau penculikan.
Tidak ada bedanya antara muslim dan kafir. Bahkan, orang kafir yang sebenarnya tidak boleh dibunuh, mereka bunuh juga, seperti musta’manin, orang kafir yang mendapat jaminan keamanan dari pemerintah muslim, atau mu’ahadin, orang kafir yang terikat perjanjian.
Selain itu, tujuan utama jihad syar’i adalah memerangi orang-orang kafir dari kalangan Yahudi, Nasrani, para penyembah berhala dan yang murtad untuk meninggikan kalimat tauhid.
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَقَٰتِلُوهُمۡ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتۡنَةٞ وَيَكُونَ ٱلدِّينُ لِلَّهِۖ فَإِنِ ٱنتَهَوۡاْ فَلَا عُدۡوَٰنَ إِلَّا عَلَى ٱلظَّٰلِمِينَ ١٩٣
“Dan perangilah mereka itu hingga tidak ada fitnah lagi dan (hingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.” (al-Baqarah: 193)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ
“Barang siapa berperang untuk meninggikan kalimat Allah ‘azza wa jalla setinggi-tingginya, itulah berperang di jalan Allah ‘azza wa jalla.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Metode Islam dalam berjihad adalah mendakwahkan Islam terlebih dahulu kepada orang kafir, sebelum yang lainnya. Jika orang-orang kafir menolak Islam, mereka diharuskan membayar jizyah. Jika mereka enggan, barulah diperangi.
Islam hanya memerangi siapa yang melakukan penyerangan. Adapun warga sipil yang tidak terlibat, mereka dibiarkan; para wanita dibiarkan di rumah-rumahnya, orang tua dan anak kecil yang tidak terlibat dalam peperangan tidak diganggu dan disakiti. Adakah adab Islam yang seperti ini dalam kelompok jihad ISIS dan al-Qaeda?!
Dari sahabat Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, berkata,
وَجَدْتُ امْرَأَةً مَقْتُولَةً فِي بَعْضِ مَغَازِي رَسُولِ اللهِ فَنَهَىرَسُولُ اللهِ عَنْ قَتْلِ النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ
__“Aku pernah mendapati seorang perempuan terbunuh dalam sebagian peperangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamkemudian melarang membunuh para wanita dan anak-anak kecil.” (HR. al-Bukhari danMuslim)__
Bersambung
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Publikasi
↘ Join Telegram
 https://telegram.me/KesesatanKhawarij
 salafymedia.com
Sumber, http://asysyariah.com/jihad-ala-isis-dan-al-qaeda/
Bongkar Kesesatan Khawarij Sampai keakar akarnya
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
⚔⚔⚔⚔⚔⚔
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Jihad Ala Isis dan Al Qaeda
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
2⃣
Berikut ini beberapa bentuk metode dari jihad ala ISIS dan al-Qaeda.
Menumpahkan darah yang diharamkan dalam keadaan mengetahuinya.
Mereka sangat siap untuk membunuh manusia dan beralasan bahwa semuanya akan dibangkitkan menurut niatnya masing-masing. Menyandera orang-orang asing lalu menyembelih para sandera, baik warga sipil maupun militer. Lalu mereka mendokumentasikannya dalam bentuk video dan diunggah melalui internet. Tujuan utamanya adalah menebar ketakutan di tengah-tengah warga setempat.Melakukan berbagai aksi penculikan.
Menggunakan bom mobil untuk merusak fasilitas umum. Memalsukan paspor dan data resmi semacamnya. Mencukur jenggot, memakai pakaian orang kafir dan fasik, memasuki tempat hiburan, serta menyaksikan hal-hal yang diharamkan dengan tujuan melakukan penyamaran. Bahkan, ada juga yang berpakaian wanita untuk menyamar, padahal orang yang melakukannya dilaknat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. ( al-Bukhari no. 5546)
Melanggar aturan negara tentang perlindungan terhadap darah dan harta.
Bersambung...
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Publikasi
↘ Join Telegram
 https://telegram.me/KesesatanKhawarij
 salafymedia.com
Sumber, http://asysyariah.com/jihad-ala-isis-dan-al-qaeda/
Bongkar Kesesatan Khawarij Sampai keakar akarnya
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
⚔⚔⚔⚔⚔⚔
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Jihal Ala Isis dan Al Qaeda
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
3⃣
Jihad Ada Syaratnya
Sejatinya, jihad tidak ada bedanya dengan amalan lainnya yang ditetapkan oleh syariat, memiliki ketentuan dan syarat. Barang siapa menegakkannya di luar waktunya atau menunda dari waktunya, itu adalah sebuah kesalahan; sama seperti orang yang menunaikan shalat sebelum waktunya atau mengakhirkannya.
Di antara syarat-syaratnya adalah sebagai berikut.
Benar-benar memerangi orang-orang kafir (harbi, -ed.).
Memerangi orang Kafir yang terlindungi darahnya adalah haram.

Memerhatikan keadaan kaum muslimin dalam hal kekuatan dan kelemahannya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan dalam ash-Sharimul Maslul hlm. 221, siapa di antara kaum mukminin yang berada di suatu negeri yang lemah atau waktu yang lemah, hendaknya mengamalkan ayat (tentang) sabar dan pengampunan terhadap orang-orang yang menyakiti Allah ‘azza wa jalla dan Rasul-Nya dari kalangan ahli kitab dan musyrikin.
Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada awal-awal Islam tidak mensyariatkan jihad. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam justru dilarang melakukan peperangan karena umat Islam tidak memiliki negara dan pemimpin. Di samping itu, mereka belum memiliki kekuatan untuk menghadapi musuh-musuhnya.

Jihad harus dilakukan bersama pemerintah.
Jika jihad tidak dilaksanakan bersama pemerintah, akan terjadi kekacauan dan menjadi sebab terpecah-belahnya kaum muslimin. Pemerintah itulah yang menetapkan segala kebijakan, apakah mengangkat senjata untuk berperang jika dibutuhkan, ataukah menahan diri apabila melihat ada maslahat di balik itu.
Oleh karena itu, tidak mungkin bendera jihad dikibarkan tanpa disertai waliyul amri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
*إِنَّمَا الأِمامُ جُنَّةٌ يُقاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ*
“Sesungguhnya pemimpin itu pelindung, diperangi bersamanya (musuh-musuh).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Ahlus Sunnah wal Jamaah telah sepakat bahwa jihad dilakukan bersama setiap pemimpin.*
Al-Imam ath-Thahawi rahimahullah berkata, “Haji dan jihad terus berlangsung dilakukan bersama waliyul amri dari kaum muslimin, yang baik dan yang jelek, sampai hari kiamat.** Tidak ada yang membatalkan dan menggugurkannya.”
Al-Imam Ibnu Qudamah berkata dalam al-Mughni, “Urusan jihad diserahkan kepada pemerintah dan ijtihadnya. Rakyat harus menaati keputusannya.”

Tidak memerangi orang-orang yang tidak ikut berperang.
Para wanita, anak-anak, orang tua, dan siapa saja yang tidak ikut berperang tidak disyariatkan untuk diperangi. Memeranginya tidaklah dianggap sebagai bagian dari jihad syar’i.
Apabila telah menunjuk seseorang memimpin sebuah pasukan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat secara khusus kepadanya agar bertakwa kepada Allah ‘azza wa jalla dan mendoakan kaum muslimin yang bersamanya di atas kebaikan. Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
*اغْزُوا بِسْمِ اللهِ، فِي سَبِيلِ اللهِ قَاتِلُوا مَنْ كَفَرَ بِاللهِ ، اغْزُوا وَلَا تَغُلُّوا وَلَا تَغْدِرُوا وَلَا تُمَثِّلُوا وَلَا تَقْتُلُوا وَلِيدًا*
“Berangkatlah berperang dengan menyebut nama Allah di jalan Allah! Perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah! Berangkatlah berperang dan jangan mencuri harta rampasan perang, jangan berkhianat, jangan mencincang mayat, dan janganlah membunuh anak-anak!” (HR. Muslim) (Tanzhim al-Qaidah Jaraim Fadzi’ah)
Di samping syarat-syarat di atas, masih ada aturan-aturan yang lain dalam syariat.
Ditulis oleh al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf Hafizhohullah
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Publikasi
↘ Join Telegram
 https://telegram.me/KesesatanKhawarij
 salafymedia.com
Sumber, http://asysyariah.com/jihad-ala-isis-dan-al-qaeda/
Bongkar Kesesatan Khawarij Sampai keakar akarnya
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
⚔⚔⚔⚔⚔⚔


Jumat, 27 September 2019

SIKAP SESEORANG SAAT KONDISI DARURAT

‼‼ SIKAP SESEORANG SAAT KONDISI DARURAT 1⃣
✍ Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah berkata :
❓ Apakah wajib bagi seseorang untuk bersabar ketika menghadapi pembunuhan, ataukah boleh baginya mengucapkan kalimat kufur dan apakah hal tersebut tidak membahayakan agamanya ketika dalam kondisi darurat?
✅ Perkara ini ada rinciannya :
1⃣ Jika masalahnya berkaitan dengan jiwanya, maka ia boleh memilih :
 Jika mau, ia boleh mengatakan kalimat kufur untuk menghindari paksaan tersebut dalam keadaan hatinya tenang di atas keimanan.
 Jika mau, ia boleh bersikeras dan menolak paksaan itu, sekalipun ia dibunuh.
✅ Ini semua jika urusannya hanya berkaitan dengan pribadi orang tersebut, yaitu misalnya dikatakan, "Sujudlah kamu kepada patung ini!" Maka ia boleh tidak sujud, akhirnya ia dibunuh, atau ia sujud untuk menghindari paksaan itu dan tidak dibunuh.
➡ Bersambung ... 2⃣
 Syarh Riyadhish Shalihin (1/218)
✍ قال الشيخ محمد بن صالح العثيمين رحمه الله :
هل يجب على الإنسان ان يصبر على القتل، أو يجوز أن يقول كلمة الكفر ولا تضره إذا كان مكرها؟
هذا فيه تفصيل : إن كانت المسألة تتعلق بنفسه فله الخيار : إن شاء قال كلمة الكفر دفعا للإكراه مع طمأنينة القلب بالإيمان. وإن شاء أصر وأبي ولو قتل، هذا إذا كان الأمر عائداً إلي الإنسان بنفسه يعني مثلاً قيل له: اسجد للصنم، فلم يسجد، فقتل، أو سجد دفعاً للإكراه ولم يقتل.
 شرح رياض الصالحين (٢١٨/١)
➖➖➖
 WhatsApp Salafy Cirebon
⏯ Channel Telegram || https://t.me/salafy_cirebon
 Website Salafy Cirebon :
www.salafycirebon.com
 Menyajikan artikel dan audio kajian ilmiah
◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻
‼‼ SIKAP SESEORANG SAAT KONDISI DARURAT 2⃣
✍ Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah berkata :
2⃣ Adapun jika urusannya berkaitan dengan agama, yaitu jika ia kufur di hadapan manusia, akan kufur pula seluruh manusia, maka ia tidak boleh mengatakan kalimat kufur, bahkan wajib baginya untuk bersabar walaupun ia dibunuh, sebagaimana jihad di jalan Allah.
 Seorang mujahid terus maju ke medan pertempuran walaupun ia akan terbunuh, karena ia ingin menegakkan kalimat Allah.
 Jika ia seorang pemimpin, lalu dipaksa untuk mengucapkan kalimat kufur, maka ia tidak boleh mengatakannya, apalagi di zaman fitnah, bahkan wajib baginya untuk bersabar walaupun mengakibatkan dirinya dibunuh.
➡ Selesai.
 Syarh Riyadhish Shalihin (1/218)
✍ قال الشيخ محمد بن صالح العثيمين رحمه الله :
أما إذا كان الأمر يتعلق بالدين، بمعني أنه لو كفر ولو ظاهرا أمام الناس لكفر الناس، فإنه لا يجوز أن يقول كلمة الكفر، بل يجب أن يصبر ولو قتل، كالجهاد في سبيل الله. المجاهد يقدم على القتل ولو قتل، لأنه يريد أن تكون كلمة الله هي العليا، فإذا كان إماماً للناس وأجبر على أن يقول كلمة الكفر فإنه لا يجوز أن يقول كلمة الكفر، لا سيما في زمن الفتنة، بل عليه أن يصبر ولو قتل.
 شرح رياض الصالحين (٢١٨/١)
➖➖➖
 WhatsApp Salafy Cirebon
⏯ Channel Telegram || https://t.me/salafy_cirebon
 Website Salafy Cirebon :
www.salafycirebon.com
 Menyajikan artikel dan audio kajian ilmiah
◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻


Sabtu, 21 September 2019

Rekaman Pelajaran Nahwu dan Shorof

Bismillah,

Berikut ini adalah rekaman pelajaran nahwu dan shorof yang dibina oleh Al-Ustadz Abdul Latief Surabaya Hafizhahullah dengan menggunakan kitab Al-Muyassar fii ilmin Nahwi dan kitab Kitabut Tashrif.

Rekaman telah diarsipkan di

https://archive.org/details/nahwushorof untuk pertemuan 001 sd. pertemuan 030

dan
https://archive.org/details/nahwushorof2
untuk pertemuan 031 sd. pertemuan 049 (selesai - Alhamdulillah)

Rekaman juga diarsipkan di kanal telegram (untuk membukanya perlu diinstall dan mendaftarkan akun telegram) di

https://t.me/nahwushorof_sby

Demikian semoga bermanfaat, terkhusus bagi admin dan bagi seluruh kaum muslimin yang memerlukan. Baarakallahu fiikum.

Sumber: https://rekaman-bhs-arab.blogspot.com/2019/09/rekaman-pelajaran-nahwu-dan-shorof.html

Rabu, 18 September 2019

ISTISQO' (MEMINTA TURUNNYA HUJAN)

ISTISQO' (MEMINTA TURUNNYA HUJAN)
Apa yang Dimaksud dengan Istisqo’?
Istisqo’ artinya adalah meminta kepada Allah agar diturunkan hujan saat terjadi kekeringan melanda dan timbul kerugian/ kerusakan akibat hal tersebut. Istisqo’ bisa dengan sekedar berdoa saja atau bisa juga dengan melakukan sholat istisqo’.
Para Ulama’ menjelaskan bahwa Istisqo’ bisa dalam 3 keadaan:
1. Sholat istisqo’ dilakukan baik sendirian ataupun berjamaah, dan ini yang paling utama.
2. Khotib berdoa istisqo’ dalam khutbah Jumat. Sebagaimana hal ini pernah dilakukan Nabi.
3. Kaum muslimin berdoa sendiri-sendiri agar Allah menurunkan hujan di akhir sholat mereka atau saat mereka sendirian.
(Taudhihul Ahkam syarh Bulughil Maram (2/118)). 
Apa Dalil yang Menunjukkan Bahwa Nabi Pernah Berdoa Istisqo’ Saat Berkhutbah Jumat?
Jawab:
Hadits Anas bin Malik riwayat al-Bukhari dan Muslim:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ الْمَسْجِدَ يَوْمَ جُمُعَةٍ مِنْ بَابٍ كَانَ نَحْوَ دَارِ الْقَضَاءِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُغِثْنَا قَالَ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ أَغِثْنَا اللَّهُمَّ أَغِثْنَا اللَّهُمَّ أَغِثْنَا قَالَ أَنَسٌ وَلَا وَاللَّهِ مَا نَرَى فِي السَّمَاءِ مِنْ سَحَابٍ وَلَا قَزَعَةٍ وَمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ سَلْعٍ مِنْ بَيْتٍ وَلَا دَارٍ قَالَ فَطَلَعَتْ مِنْ وَرَائِهِ سَحَابَةٌ مِثْلُ التُّرْسِ فَلَمَّا تَوَسَّطَتْ السَّمَاءَ انْتَشَرَتْ ثُمَّ أَمْطَرَتْ قَالَ فَلَا وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا الشَّمْسَ سَبْتًا قَالَ ثُمَّ دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ ذَلِكَ الْبَابِ فِي الْجُمُعَةِ الْمُقْبِلَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَهُ قَائِمًا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُمْسِكْهَا عَنَّا قَالَ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ حَوْلَنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ فَانْقَلَعَتْ وَخَرَجْنَا نَمْشِي فِي الشَّمْسِ
Dari Anas bin Malik –radhiyallahu anhu- bahwa seorang laki-laki masuk masjid pada hari Jumat dari pintu arah Daarul Qodho’ sedangkan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sedang berdiri berkhutbah. Kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam menghadapinya dengan berdiri. Kemudian orang itu berkata: Wahai Rasulullah, telah binasa harta-harta dan telah terputus jalan-jalan. Berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan kepada kami. Kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengangkat tangannya dan berdoa:
“Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami, Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami, Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami”.
Anas berkata: Demi Allah sebelumnya di langit kami tidak melihat ada awan atau potongan awan. Tidak ada penghalang rumah antara gunung dekat Madinah dengan kami. Tiba-tiba muncul dari belakang gunung itu awan seperti perisai. Ketika telah berada di tengah langit, menyebar kemudian menurunkan hujan. Demi Allah setelah itu kami tidak melihat matahari selama 6 hari.
Kemudian pada Jumat berikutnya masuklah seorang laki-laki dari pintu yang sama sedangkan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sedang berdiri berkhutbah. Kemudian orang tersebut menghadap Rasulullah dengan berdiri. Kemudian ia berkata: Wahai Rasulullah telah binasa harta-harta, dan terputus jalan-jalan. Doakan kepada Allah agar Dia menahan agar hujan tidak lagi turun kepada kami. Maka Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya dan berdoa:
“Ya Allah turunkanlah hujan di sekitar kami saja jangan kepada kami. Ya Allah (turunkanlah hujan) kepada tempat-tempat tinggi, perbukitan, perut lembah, dan tempat-tempat tumbuhnya pepohonan”. Maka terhentilah hujan dan kami keluar dalam keadaan matahari bersinar terik (H.R al-Bukhari dan Muslim) 
Bagaimana Tata Cara Sholat Istisqo’?
Jawab:
1. Tata cara sholat Istisqo’ adalah seperti sholat Ied. Dilakukan 2 rokaat. Pada rokaat pertama bertakbir 6 atau 7 kali, sedangkan di rokaat kedua bertakbir 5 kali sebelum membaca alFatihah.
2. Khutbah yang isinya lebih banyak berdoa kepada Allah agar diturunkan hujan. Saat berdoa khotib menghadap ke arah kiblat dengan mengangkat tangan dan memindahkan posisi selendang yang dipakai (yang sebelumnya di sebelah kanan pindah ke kiri). Mengangkat tangan dengan tinggi.
Khutbah boleh dilakukan setelah sholat ataupun sebelum sholat. Khutbah hanya dilakukan sekali.
3. Bedanya dengan sholat Ied yang sebaiknya menggunakan pakaian bagus dan menampakkan keceriaan, untuk sholat Istisqo’ menunjukkan kerendahan dan kehinaan di hadapan Allah, memakai baju biasa.
Di antara dalilnya adalah sebagai berikut:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ شَكَا النَّاسُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُحُوطَ الْمَطَرِ فَأَمَرَ بِمِنْبَرٍ فَوُضِعَ لَهُ فِي الْمُصَلَّى وَوَعَدَ النَّاسَ يَوْمًا يَخْرُجُونَ فِيهِ قَالَتْ عَائِشَةُ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ بَدَا حَاجِبُ الشَّمْسِ فَقَعَدَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَكَبَّرَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحَمِدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ قَالَ إِنَّكُمْ شَكَوْتُمْ جَدْبَ دِيَارِكُمْ وَاسْتِئْخَارَ الْمَطَرِ عَنْ إِبَّانِ زَمَانِهِ عَنْكُمْ وَقَدْ أَمَرَكُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ تَدْعُوهُ وَوَعَدَكُمْ أَنْ يَسْتَجِيبَ لَكُمْ ثُمَّ قَالَ { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ } لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَلَمْ يَزَلْ فِي الرَّفْعِ حَتَّى بَدَا بَيَاضُ إِبِطَيْهِ ثُمَّ حَوَّلَ إِلَى النَّاسِ ظَهْرَهُ وَقَلَبَ أَوْ حَوَّلَ رِدَاءَهُ وَهُوَ رَافِعٌ يَدَيْهِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ وَنَزَلَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ فَأَنْشَأَ اللَّهُ سَحَابَةً فَرَعَدَتْ وَبَرَقَتْ ثُمَّ أَمْطَرَتْ بِإِذْنِ اللَّهِ فَلَمْ يَأْتِ مَسْجِدَهُ حَتَّى سَالَتْ السُّيُولُ فَلَمَّا رَأَى سُرْعَتَهُمْ إِلَى الْكِنِّ ضَحِكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ فَقَالَ أَشْهَدُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنِّي عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ
Dari Aisyah radhiyallahu anha beliau berkata: Manusia mengadukan kekeringan tidak turunnya hujan kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Maka beliau kemudian memerintahkan agar mimbar diletakkan di Musholla (tanah lapang). Kemudian beliau menjanjikan hari keluar untuk sholat. Aisyah berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam keluar ketika nampak jelas terbitnya matahari. Kemudian beliau duduk di atas mimbar. Kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bertakbir dan memuji Allah Azza Wa Jalla. Kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya kalian mengadukan kekeringan pada kampung kalian dan tertundanya hujan dari awal waktunya terhadap kalian. Allah Azza Wa Jalla telah memerintahkan kalian untuk berdoa kepadaNya dan berjanji akan mengabulkan doa kalian. Kemudian beliau berdoa: Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin. Arrohmaanir rohiim. Maliki yaumiddin.
Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah. Dia berbuat sesuai dengan kehendaknya. Ya Allah Engkaulah Allah yang tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau. Engkaulah Yang Maha Kaya dan kami adalah orang-orang yang faqir. Turunkan kepada kami hujan dan jadikanlah apa yang Engkau turunkan kepada kami sebagai kekuatan hingga sampai waktu yang ditentukan. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan terus mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putihnya ketiak beliau. Kemudian beliau menghadapkan punggungnya kepada manusia dan membalik rida’ (selendang/mantel) beliau dalam keadaan mengangkat tangannya. Kemudian beliau menghadap ke arah manusia kemudian turun (dari mimbar), kemudian sholat dua rokaat. Maka Allah munculkan awan hingga terhadi guntur dan halilintar, kemudian turun hujan dengan idzin Allah. Nabi shollallahu alaihi wasallam tidak mendatangi masjidnya hingga mengalir aliran air. Ketika beliau melihat demikian cepatnya para Sahabat kembali ke rumah mereka, Nabi shollallahu alaihi wasallam tertawa hingga nampak gigi geraham beliau. Kemudian beliau bersabda: Aku bersaksi bahwa Allah Maha Berkuasa di atas segala sesuatu dan sesungguhnya aku adalah hamba dan utusanNya (H.R Abu Dawud, beliau menyatakan sanadnya jayyid (baik) dan dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Albany)
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَبَذِّلًا مُتَوَاضِعًا مُتَضَرِّعًا حَتَّى أَتَى الْمُصَلَّى فَرَقَى عَلَى الْمِنْبَرِ وَلَمْ يَخْطُبْ خُطَبَكُمْ هَذِهِ وَلَكِنْ لَمْ يَزَلْ فِي الدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ وَالتَّكْبِيرِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَمَا يُصَلِّي فِي الْعِيدِ
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam keluar dengan tidak berhias, tawadhu’, dan merendahkan diri hingga mendatangi musholla (tanah lapang) (sebagian perawi menyatakan: kemudian beliau naik ke atas mimbar). Tidaklah beliau berkhutbah seperti khutbah kalian ini akan tetapi beliau senantiasa (memperbanyak) doa, merendahkan diri, dan bertakbir. Kemudian beliau sholat dua rokaat seperti sholat Ied (H.R Abu Dawud, anNasaai, atTirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan Ibnu Hibban dan dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Albany). 
(dikutip dari buku "Fiqh Bersuci dan Sholat", Abu Utsman Kharisman, penerbit Cahaya Sunnah Bandung)

WA al I'tishom


Selasa, 17 September 2019

SALAH SATU SANAD PERIWAYATAN SYAIKH AS-SA’DIY SAMPAI IBNU KATSIR

SALAH SATU SANAD PERIWAYATAN SYAIKH AS-SA’DIY SAMPAI IBNU KATSIR
Kitab Taisiir Kariimir Rahmaan fi Tafsiiri Kalaamil Mannaan atau disebut juga Tafsir as-Sa’diy adalah salah satu kitab tafsir Ahlussunnah yang berupa ringkasan dan rangkuman yang begitu memudahkan kaum muslimin dalam memahami ayat alQuran. Penyusunnya, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy adalah seorang ahli tafsir yang juga ahli fiqh. 
Tahukah anda, bahwa sebenarnya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy memiliki sanad bersambung periwayatan kitab tafsir para Ulama terdahulu. Di antaranya adalah Tafsir Ibnu Katsir.
Jadi, ketika Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy mengambil rujukan dari Tafsir Ibnu Katsir itu bukan sekedar beliau membaca kitabnya saja. Tapi beliau sudah memiliki sanad untuk meriwayatkan isi kitab tersebut dari guru beliau terus bersambung dalam mata rantai sanad hingga kepada penulis kitab Tafsir itu, yaitu Ibnu Katsir rahimahullah.
Berikut ini akan disebutkan salah satu sanad riwayat Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy sampai Ibnu Katsir:
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy dari Ali bin Nashir Abi Waadaa dari as-Sayyid Nadzir Husain ad-Dahlawiy dari Muhammad Ishaq dari Abdul Aziz bin Waliyullah ad-Dahlawiy dari ayahnya dari Abut Thohir al-Kardiy dari ash-Shofa Ahmad bin Muhammad bin al-‘Ajl al-Yamaniy dari Yahya bin Makrom atThobariy dari al-Hafidz as-Suyuthiy dari Ibnu Muqbil al-Halabiy dari Ibnul Yuunaaniyyah dari Ibnu Katsir.
Bisa jadi ini memang bukan satu-satunya sanad yang beliau miliki. Namun setidaknya bisa memberikan tambahan ilmu kepada kita akan kapasitas keilmuan Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy rahimahullah.
(Abu Utsman Kharisman)

WA al I'tishom