Senin, 11 Mei 2015

BISAKAH KIRIM PAHALA?

----
❓ BISAKAH KIRIM PAHALA? (1)

~~~~~~~~~~
Pertanyaan dari orang Sudan yang tinggal di Kuwait, ia mengatakan:
“Apa hukumnya membaca Al-Fatihah untuk dihadiahkan kepada mayit, juga menyembelih hewan untuknya, demikian pula memberikan uang untuk keluarga mayit?”

Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah menjawab:

Mendekatkan diri kepada mayit dengan sembelihan, uang, nadzar, dan ibadah-ibadah lainnya, semacam meminta kesembuhan darinya, pertolongan, atau bantuan, ini merupakan SYIRIK AKBAR (menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala).
Tidak boleh bagi seorang pun untuk melakukannya, karena syirik adalah dosa dan kejahatan terbesar.

Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya) :
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An-Nisa: 116)

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya jannah (surga), dan tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (Al-Maidah: 72)

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88)

Dan banyak ayat yang semakna dengannya.

Ⓜ Maka yang wajib dilakukan adalah mengikhlaskan/meniatkan ibadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya, baik itu berupa sembelihan, nadzar, doa, shalat, puasa, atau ibadah-ibadah selainnya.
Di antara syirik juga adalah mendekatkan diri kepada para penghuni kuburan dengan nadzar atau makanan (sesajen), berdasarkan ayat-ayat yang lalu.
Juga berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya) :
Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya. Dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (Al-An’am: 162-163)

❌ Adapun MENGHADIAHKAN AL-FATIHAH atau selainnya dari Al-Qur’an kepada mayit, hal itu TIDAK ADA DALILNYA (landasan hukumnya dari Al-Qur’an atau Hadits).

Ⓜ Maka yang wajib dilakukan adalah MENINGGALKAN hal tersebut. Karena tidak pernah dinukilkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau para sahabatnya, sesuatu yang menunjukkan bolehnya hal tersebut.

☀ Yang disyariatkan adalah
✅ mendoakan untuk mayit dan
✅ menshadaqahkan untuk mereka dengan cara berbuat baik kepada para fakir miskin.
➡ Dengan itu, seorang hamba mendekatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memohon kepada-Nya agar pahalanya dijadikan untuk ayah atau ibunya, atau orang yang mati atau masih hidup selain keduanya.

Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إذا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Bila anak Adam meninggal maka amalnya terputus kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.”

Telah shahih bahwa seseorang berkata:
يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَلَمْ ْتُوْصِ وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ لَتَصَدَّقَتْ، أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ.
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku meninggal dan belum sempat berwasiat, dan aku kira kalau dia sempat bicara ia akan bersedekah, apakah dia dapat pahala jika aku bersedekah atas namanya?” Beliau menjawab: “Ya.” (Muttafaqun ‘alaih)

❌ Demikian pula halnya menghajikan mayit serta mengumrahkannya juga membayarkan utangnya. Semuanya itu bisa memberi manfaat bagi mayit sesuai dengan keterangan yang datang dalam dalil-dalil syariat.

Adapun jika yang dimaksud penanya dengan pertanyaannya adalah untuk berbuat baik kepada keluarga mayit serta bersedekah dengan uang dan sembelihan, maka itu boleh bila mereka itu orang-orang fakir. Yang utama adalah tetangga dan kerabat membuatkan makanan di rumah mereka masing-masing lalu menghadiahkannya kepada keluarga mayit. Karena telah shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ketika sampai kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berita kematian Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dalam peperangan Mu’tah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kerabatnya untuk membuatkan makanan untuk keluarga Ja’far dan beliau mengatakan: “Karena telah datang kepada mereka perkara yang menyibukkan mereka.”

Adapun bila keluarga mayit yang membuat makanan untuk orang-orang (masyarakat) karena kematian (semacam peringatan tujuh hari, red.) maka itu TIDAK BOLEH. Hal itu termasuk amalan jahiliah, baik itu pada hari kematian, hari keempatnya atau kesepuluh atau setelah genap setahun. Semua itu tidak boleh.

⛵ Ini berdasarkan riwayat yang shahih dari sahabat Jarir bin Abdillah Al-Bajali radhiyallahu ‘anhu, salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau berkata:
كُنَّا نَعُدُّ الْاِجْتِمَاعَ إِلَى أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصَنِيْعَهُ الطَّعَامَ بَعْدَ دَفْنِهِ مِنَ النِّيَاحَةِ
“Kami menganggap bahwa berkumpul-kumpul ke keluarga mayit dan membuat makanan setelah pemakaman adalah termasuk niyahah1(meratapi mayit).”

Adapun jika ada tamu mendatangi keluarga mayit pada hari-hari berkabung (saat takziyah) maka tidak mengapa keluarga mayit membuat makanan untuk mereka sebagai suguhan untuk tamu. Sebagaimana tidak mengapa bagi keluarga mayit untuk mengundang siapa yang mereka kehendaki dari tetangga atau kerabat untuk makan bersama mereka dari makanan yang dihadiahkan kepada mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala lah yang memberi taufiq.

http://manhajul-anbiya.net

••••••••••••••••
Majmu'ah Manhajul Anbiya

~~~~~~~~~~~~~~~~

MUSUH-MUSUH DAKWAH TAUHID (7 - 9 selesai)

--------
- 7⃣ -
MUSUH-MUSUH DAKWAH TAUHID
✏ (ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Abdillah Luqman Ba'abduh)
----------------------------

5⃣ Hizbiyyun dan pergerakan-pergerakan Islam

Zaman berganti zaman, generasi pun telah berganti. Namun permusuhan terhadap dakwah tauhid tak kunjung usai, dan memang akan terus berlanjut. Dalam beberapa dekade terakhir ini, kaum hizbiyyun menampilkan diri sebagai musuh dakwah tauhid dan sunnah yang ditegakkan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dan para penerusnya.

Di antara kaum hizbiyyun itu pada masa ini adalah:

  Al-Ikhwanul Muslimun (IM)
Gerakan yang didirikan di atas upaya merangkul berbagai macam kelompok dan pemikiran bid’ah ini, telah mempraktekkan berbagai macam bentuk permusuhan terhadap dakwah tauhid dan sunnah serta negara tauhid Saudi Arabia. Baik melalui statemen dan karya-karya tulis para tokohnya, maupun dalam bentuk tindakan fisik nyata di lapangan.

Di antara penulis dan tokoh besar IM adalah Muhammad Al-Ghazali, yang melarikan diri dari ancaman Anwar Sadat — Presiden Mesir kala itu – dan tinggal di negeri Saudi Arabia. Dengan segala fasilitas yang dia terima dari negeri tauhid ini, dia justru MENIKAM DARI BELAKANG dan membalas kebaikan itu dengan caci maki terhadap para ulama tauhid dan sunnah, penerus dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Hal ini sebagaimana didapati dalam beberapa karyanya yang penuh dengan kesesatan. Di antaranya adalah apa yang dia tulis dalam kitabnya "Kaifa Nata’amalu ma’al Qur`an dan kitab As-Sunnah baina Ahlil Fiqhi wa Ahlil Hadits".

Namun Alhamdulillah, para ulama tauhid telah membantah dan menghancurkan syubhat-syubhatnya. Di antaranya adalah bantahan yang ditulis Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali dan Asy-Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alu Asy-Syaikh hafizhahumallah.

Kemudian permusuhan Muhammad Al-Ghazali terhadap dakwah tauhid dan sunnah ini diikuti pula oleh tokoh dan pemikir besar IM lainnya, yaitu Yusuf Al-Qaradhawi. Dia adalah murid dari Muhammad Al-Ghazali sekaligus temannya.

Namun cara Al-Qaradhawi di dalam menunjukkan permusuhannya lebih halus dan terselubung dibandingkan gurunya. Hal ini nampak sekali dalam karya-karyanya, seperti kitab "Kaifa Yata’amalu Ma’as Sunnah dan Awwaliyatul Harakatil Islamiyyah", serta beberapa kitabnya yang lain.

⏳ Kemudian pada generasi berikutnya IM melahirkan tokoh-tokoh semacam Muhammad Surur bin Naif Zainal ‘Abidin, yang nampak lebih arogan dalam memusuhi negeri tauhid dan dakwah tauhid itu sendiri. Begitu besar kebencian dan permusuhan-nya, sehingga dia merasa sesak nafasnya dan sempit dadanya untuk tinggal bersama kaum muslimin di negeri tauhid. Dia justru memilih tinggal bersama kaum kafir di Inggris dengan merendahkan dirinya di bawah perlindungan hukum-hukum kufur di negeri kafir yang sangat memusuhi Islam itu. Sementara itu, dia mengkafirkan pemerintah-pemerintah muslimin dengan alasan mereka tidak berhukum dengan hukum-hukum Allah. Dengan penuh kebencian dan tanpa malu, dia keluarkan sejumlah pernyataan pedas dan dusta tentang ulama-ulama tauhid dan sunnah di negeri tauhid Saudi Arabia khususnya. Lihat sebagian pernya-taan-pernyataannya yang pernah dimuat dalam majalah Asy Syari’ah Vol. I/No. 12/1425 H/2005. Lihat pula kitab Al-Ajwibah Al-Mufidah karya Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hal. 51-57; Al-Irhab karya Asy-Syaikh Zaid Al-Madkhali, hal. 67-77.

Kelompok ini pun tak segan-segan melakukan tindakan fisik untuk mewujudkan permusuhannya terhadap dakwah Tauhid dan para da’inya, sebagaimana telah terjadi di beberapa tempat. Di antaranya adalah yang terjadi di negeri Yaman berupa penembakan brutal dan sporadis terhadap sejumlah Ahlus Sunnah di sebuah masjid, yang menyebabkan sebagian mereka terbunuh. Bahkan salah satu tokoh IM di negeri Yaman mengancam Ahlus Sunnah dengan pernyataannya: “Jika seandainya kami memiliki kekuatan, niscaya kami akan memerangi Wahhabiyyin sebelum kami memerangi kaum komunis.” Hal ini sebagaimana dikisahkan Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi’i rahimahullah dalam beberapa kali ceramah beliau.

Lebih dari itu semua, apa yang telah terjadi di Afghanistan dengan terbunuhnya seorang mujahid Ahlus Sunnah, yaitu Asy-Syaikh Jamilurrahman rahimahullah. Pembunuhnya adalah salah seorang dari kelompok IM yang dikenal dengan Abu ‘Abdillah Ar-Rumi. Dia datang ke Afghanistan membawa kebencian yang sangat besar terhadap Ahlus Sunnah dan menjulukinya dengan Wahhabiyyah. Pembunuhan sadis ini terjadi pada hari Jum’at 20 Shafar 1412 H/ 30 Agustus 1991 M sebelum Asy-Syaikh Jamilurrahman berangkat menuju shalat Jum’at. Pembunuh kejam itu mendatangi beliau sebagai tamu yang hendak memeluknya. Tanpa disangka ternyata orang ini melepaskan tembakan ke arah Asy-Syaikh dan tepat mengenai wajah dan kepala beliau!

Inilah sekelumit contoh permusuhan dan kebencian tokoh-tokoh besar IM terhadap para ulama tauhid dan sunnah serta negeri tauhid Saudi Arabia.

bersambung, insya Allah

Sumber
http://manhajul-anbiya.net

•••••••••••••••••••
Majmu'ah Manhajul Anbiya

~~~~~~~~~~~~~~~~
--------
- 8⃣ -
MUSUH-MUSUH DAKWAH TAUHID
✏ (ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Abdillah Luqman Ba'abduh)
----------------------------

5⃣ Hizbiyyun dan pergerakan-pergerakan Islam (Lanjutan)

Hizbut Tahrir

Kelompok Hizbut Tahrir (HT) adalah sebuah kelompok sempalan yang didirikan Taqiyyuddin An-Nabhani di negeri Yordania pada tahun 1372 H/1953 M.
Namun yang hendak kita tampilkan di sini adalah bentuk KEBENCIAN dan PERMUSUHAN HT terhadap Daulah Tauhid dan para ulamanya. Permusuhan itu diwujudkan dalam statemen-statemen mereka dan karya-karya tulisnya. Di antaranya adalah apa yang disebutkan dalam buku berbahasa Inggris How The Khilafah Destroyed (Kaifa Hudimat Al-Khilafah) karya Abdul Qadim Zallum yang diterbitkan Khilafah Publication London England. Buku ini adalah salah satu buku refensi utama dalam perjalanan HT. Dalam buku ini, penulisnya telah menuduh Daulah Tauhid sebagai suatu bentuk konspirasi Barat dalam meruntuhkan Khilafah ‘Utsmaniyyah, dengan mengkambinghitamkan Al-Amir Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin Su’ud rahimahullah dan menyatakan beliau sebagai AGEN INGGRIS. Padahal justru beliau adalah seorang yang telah menyerahkan waktu, tenaga, pikiran, dan hidupnya untuk membela dan menegakkan tauhid sebagaimana telah kami sebutkan di atas.
Tuduhan HT ini sama sekali tidak disertai dengan bukti dan fakta ilmiah. Tapi yang ada hanya sebatas analisa dan klaim semata. Sebaliknya telah kami paparkan di atas dengan bukti-bukti ilmiah bahwa ternyata Dinasti ‘Utsmani-lah yang sebenarnya bersekongkol dan diperdaya oleh negara-negara kafir Eropa dalam memerangi dakwah tauhid dan sunnah. Kemudian mereka juga menuduh gerakan Dakwah Tauhid sebagai gerakan pemberontakan terhadap Dinasti ‘Utsmani. Tuduhan ini pun adalah tuduhan yang batil dan dusta, sebagaimana telah kami bahas di atas. Masih dalam buku tersebut di atas, penulis HT ini menuduh bahwa Al-Amir Su’ud bin Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin Su’ud telah menghancurkan bangunan kubah di atas makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mempereteli batu perhiasan dan ornamen-ornamennya yang sangat berharga. Namun itu semua adalah dusta. Bahkan dengan itu, penulis HT ini telah mengikuti jejak para orientalis Eropa belaka, sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Tak kalah serunya adalah salah satu tokoh HT yang bernama Muhammad Al-Mis’ari ikut meramaikan permusuhan kelompok ini terhadap dakwah dan negara tauhid dalam beberapa statemennya.
Di antaranya adalah pernyataan dia yang dimuat oleh surat kabar Asy-Syarqul Ausath edisi 6270, terbit pada hari Jum’at 8 Ramadhan 1416 H:
“Sesungguhnya kondisi saat ini di negeri Saudi Arabia yang tidak mengizinkan bagi kaum Masehi (Nashara, pent.) dan Yahudi untuk mempraktekkan syi’ar-syi’ar ibadah secara terang-terangan akan berubah dengan tampilnya Komisi ini19 di medan hukum. Bahwasanya pemberian hak kepada kaum minoritas adalah wajib, dalam bentuk hak untuk melaksanakan syi’ar-syi’ar agama mereka di gereja-gereja mereka, serta hak untuk mendapatkan pengakuan resmi atas pelaksanaan akad pernikahan sesuai dengan aturan agama mereka secara khusus serta hak-hak lainnya, sebagai bentuk penyempurnaan terhadap kebebasan kehidupan keagamaan dan kehidupan pribadi mereka secara sempurna. Baik mereka itu dari kaum Yahudi, Masehi, ataupun kaum Hindu!!”

Kemudian dia berkata: “Sesungguhnya pembangunan gereja-gereja adalah perkara yang mubah dalam syariat Islam.”

Dia pun dengan lancang mencaci maki Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab —sang Mujaddid yang berdakwah untuk memurnikan tauhid umat ini dan menjauhkan mereka dari kesyirikan dan bid’ah— dengan statemennya yang dia ucapkan dalam sebuah selebaran resmi yang dikeluarkan CDLR dari London pada hari Kamis 22 Syawwal 1415 H / 23 Maret 1995 M:
“Kedua: Saya tidak akan membahas tentang aqidah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Namun saya hanyalah menyebutkan tentang sebuah realita, yaitu bahwasanya dia (Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, pent) adalah seorang yang berpemikiran nyleneh dan bukanlah seorang yang alim. Dia adalah seorang yang diliputi dengan berbagai masalah dan cara bersikap nyleneh yang memang sesuai dengan kenylenehan kaum di Najd pada masa itu…”

Nampak sekali kebencian tokoh besar HT yang satu ini terhadap dakwah tauhid sekaligus menunjukkan kebodohannya tentang tauhid itu sendiri. Namun yang sangat aneh dari orang ini, ketika dia mencaci maki Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, pada saat yang sama dia memuji tokoh besar Syi’ah Rafidhah, Al-Khumaini, dengan pernyataannya:
“Sesungguhnya dia (Al-Khumaini, pent) adalah seorang pemimpin bersejarah yang agung dan jenius…”

❌ Dalam selebaran yang sama pula, dengan penuh arogansi dia mencaci maki salah satu imam dakwah ini, yaitu Al-Imam Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah dengan pernyataannya:
“Pertama: Saya tidak menuduh Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz dengan kekufuran. Namun saya menyatakan dengan satu kata bahwa mayoritas ulama dan masyayikh berpandangan bahwasanya dia (Ibnu Baz) setelah (mengeluarkan) fatwanya tentang bolehnya upaya perjanjian damai dengan Israil telah sampai ke sebuah tahapan yang mendekati kepada kekufuran. Saya hanya menukilkan pendapat para ulama dan masyayikh tersebut. Adapun pendapat saya pribadi adalah beliau (Asy-Syaikh Ibnu Baz, pent) telah sampai pada derajat pikun, bodoh, dan kelemahan yang sangat rendah.”
Bantahan tuntas atas ucapan keji ini para pembaca bisa mendapatinya dalam buku kami Mereka Adalah Teroris (Bantahan Aku Melawan Teroris) hal. 325-326 footnote no. 215. Begitu pula tentang jawaban hukum perdamaian dengan kaum kafir, lihat hal. 203-219 (cet. II/Edisi Revisi).

Subhanallah… Betapa kejinya ucapan tersebut! Seseorang yang berdakwah untuk memurnikan tauhid umat serta menjauhkan dari kesyirikan dibenci, dicaci maki, dan dituduh dengan tuduhan-tuduhan dusta. Sementara seorang Syi’ah Rafidhah, semacam Khumaini, yang menyeru kepada kesesatan dan kekufuran disanjung dan dipuji. Inikah sebuah Hizb dan tokohnya yang konon menginginkan tegaknya khilafah??! Sayang sekali Al-Mis’ari yang telah mengumumkan kebenciannya terhadap daulah tauhid serta ulamanya dan merasa gerah hidup di tengah-tengah muslimin, justru rela dan merasa tentram tinggal di negeri kufur dengan perlindungan hukum dari mereka.

bersambung, insya Allah

Sumber
http://manhajul-anbiya.net

•••••••••••••••••••
Majmu'ah Manhajul Anbiya

~~~~~~~~~~~~~~~~
--------
- 9⃣ -
MUSUH-MUSUH DAKWAH TAUHID
✏ (ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Abdillah Luqman Ba'abduh)
- SELESAI -
----------------------------

5⃣ Hizbiyyun dan pergerakan-pergerakan Islam (Lanjutan)

Al-Qa’idah (Al-Qaeda, red.)

Jaringan Al-Qa’idah, yang merupakan jaringan khawarij terbesar masa kini, juga tak kalah besar kebencian dan permusuhannya terhadap daulah tauhid dan sunnah serta para ulamanya. Kebencian tersebut tidak hanya dituangkan dalam bentuk statemen-statemen para tokohnya, bahkan juga dalam bentuk serangan fisik dan teror.

Usamah bin Laden mencaci maki salah seorang imam besar Ahlus Sunnah pada masa ini, yaitu Al-Imam Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah, di antaranya dalam suratnya yang ditujukan kepada Al-Imam Ibnu Baz tanggal 27/7/1415 H yang dikeluarkan Hai`ah An-Nashihah (Lembaga Nasehat) di negeri London, Usamah berkata:
“Dan kami mengingatkan engkau —wahai syaikh yang mulia— atas beberapa fatwa dan sikap-sikap yang mungkin Anda tidak mempedulikannya, padahal fatwa-fatwa tersebut telah menjerumuskan umat ini ke dalam jurang kesesatan (yang dalamnya) sejauh (perjalanan) 70 (tujuh puluh) tahun.”

Dengan tegas dan lugas, Usamah bin Laden menghukumi daulah tauhid Saudi Arabia sebagai negara kafir. Hal ini sebagaimana dimuat dalam koran Ar-Ra`yul ‘Am Al-Kuwaity edisi 11-11-2001 M, dalam sebuah wawancara dengan Usamah bin Laden, ia menjawab:
“Hanya Afghanistan sajalah Daulah Islamiyyah itu. Adapun Pakistan dia memakai undang-undang Inggris. Dan saya tidak menganggap Saudi itu sebagai Negara Islam….”

Usamah juga memvonis kafir Putra Mahkota Abdullah bin Abdul ‘Aziz –waktu itu —, yaitu dalam ucapannya yang terakhir untuk rakyat Iraq pada bulan Dzulhijjah 1423 H:
“…… Maka para penguasa tersebut telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya dan sekaligus MEREKA TELAH KELUAR DARI AGAMA (ISLAM) INI dan berarti mereka juga telah mengkhianati umat.”

Dengan bangga Usamah menyanjung para teroris yang melakukan aksi peledakan di negeri tauhid tersebut:
“Aku (Usamah) memandang dengan penuh pemuliaan dan penghormatan kepada para pemuda yang mulia, yang telah menghilangkan kehinaan dari umat ini, baik mereka yang telah meledakkan (bom) di kota Riyadh, atau peledakan di kota Khubar, ataupun pele-dakan-peledakan di Afrika Timur dan yang semisalnya.”
Dalam dua peledakan ini, terkhusus di Kota Khubar, memakan 18 korban jiwa yang mayoritasnya adalah muslimin, serta 350 lebih luka-luka dan sebagiannya lagi menderita cacat seumur hidup. Tidak cukup itu, bahkan Usamah “membumbui” kebenciannya terhadap daulah tauhid dengan kedustaan. Di antara kedustaannya adalah pernyataan dia bahwa kaum Salibis telah menduduki Masjidil Haram.
Wallahu a’lam.

TAMMAT,  Alhamdulillah

Sumber
http://manhajul-anbiya.net

•••••••••••••••••••
Majmu'ah Manhajul Anbiya

~~~~~~~~~~~~~~~~

SEBAB-SEBAB DATANGNYA PERTOLONGAN ALLAH (16 - 17)

-----------------------
⛵- 1⃣6⃣ - SEBAB-SEBAB DATANGNYA PERTOLONGAN ALLAH

asy-Syaikh al-'Allamah Zaid bin Muhammad al-Madkhali rahimahullah

-----------------------

SEBAB KEENAM BELAS

PENTINGNYA MUSYAWARAH selama memungkinkan, antara komandan dengan pasukannya.
Kemudian segera mengambil pendapat yang dipandang tepat oleh para ahli perang dan strategi.

Ⓜ Mengingat pentingnya sebab ini,  Allah telah memerintahkan Nabi-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dalam firman-Nya :

{ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ } [آل عمران: من الآية159]

"Bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.  Apabila kamu telah berketetapan (mengambil keputusan)  maka bertawakkallah kepada Allah." (Ali 'Imran : 159)

Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa bermusyawarah dengan para shahabatnya,  dan mengambil yang paling tepat dari pendapat-pendapat mereka yang baik dan barakah,  sebagaimana terjadi dalam perang Badr yang terkenal itu.

bersambung, insya Allah

http://sahab.net

••••••••••••••••••
Majmu'ah Manhajul Anbiya

~~~~~~~~~~~~~~~~~
-----------------------
⛵- 1⃣7⃣ - SEBAB-SEBAB DATANGNYA PERTOLONGAN ALLAH

asy-Syaikh al-'Allamah Zaid bin Muhammad al-Madkhali rahimahullah

-----------------------

SEBAB KETUJUH BELAS

Ⓜ Wajib MENTAATI pimpinan (tertinggi) dan komandan dalam segala hal, padanya terdapat ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
☀ Dengan ketaatan tersebut akan terwujud mashlahat untuk peperangan dan mencapai kemenangan.

Adapun keluar dari ketaatan, banyak berselisih,  dan tidak ada keteraturan,  adalah hal-hal yang menjadi sebab kelemahan dan kekalahan.

Allah Ta'ala berfirman :
{ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ } [الأنفال: من الآية46].
"Janganlah kalian saling berselisih,  yang menyebabkan kalian lebih dan hilang kekuatan kalian." (al-Anfal : 46)

bersambung, insya Allah

http://sahab.net

••••••••••••••••••
Majmu'ah Manhajul Anbiya

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Selasa, 05 Mei 2015

SEBUAH RUANG BERDINDINGKAN KETENANGAN

SEBUAH RUANG BERDINDINGKAN KETENANGAN

ditulis oleh Abu Nasim Mukhtar “iben” Rifai

            Dengan kecepatan sedang, sebuah mobil Avanza berwarna hitam menemani kami menyibak jalur yang cukup padat ke arah kota Surakarta. Sisa-sisa kegembiraan kaum muslimin setelah berbuka puasa selepas maghrib hari itu masih nampak hangat terasa. Malah, semakin dekat dengan lokasi rumah saya,seolah jalan semakin menyempit karena kesibukan kaum muslimin untuk berangkat taraweh. Namun, kecepatan mobil tetap sedang.

            Hanya kami berdua di dalam Avanza hitam itu. Saya dan seorang sopir yang “bertugas” antar jemput. Sopir mobil ternyata bukan sembarang sopir. Sopir itu, dalam kesehariannya, adalah kepala bidang ekonomi di BAPEDA sebuah kabupaten yang cukup luas wilayahnya. Saya juga sempat terkejut dan berpikir,”Luar biasa bapak ini! Mau-maunya melakukan tugas antar jemput”.

            Nah, di celah-celah sempit dari ruang waktu yang ada antara Polokarto-Sukoharjo, ada selembar diskusi menarik antara saya dan bapak itu. Kata-kata dari bapak itu, sangat tersusun rapi dengan nada dan intonasi yang memancarkan ketulusan. Sampai-sampai, kata-kata tersebut mampu memecahkan kebekuan hati.Sungguh!

            “Ustadz, saya senang sekali mendengarkan bacaan Al Qur’an. Saya dapat merasakan keteduhan. Kadang-kadang saya menangis sendiri jika menikmati bacaan tartil Al Qur’an. Sungguh-sungguh memberikan keteduhan!”

            Kata-kata di atas kemudian terngiang terus di telinga. Memang benar, Al Qur’an bisa memberikan keteduhan dan ketenangan. Saya pikir, tidak semua orang telah mencapai tingkatan seperti sang “sopir” dalam penggalan kisah di atas.  Saya yakin, belum tentu setiap orang berhasil merasakan keteduhan dengan sebab bacaan Al Qur’an.
❓Bagaimana dengan Anda?

            Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits di dalam shahihnya dari sahabat Al Bara’ bin ‘Azib;

            “Malam itu ada seorang sahabat membaca surat Al Kahfi. Di dekatnya ada seekor kuda miliknya yang diikat dengan dua utas tali cencang. Kemudian, ada segumpal awan tipis turun menaungi. Awan tipis itu terus berputar bergerak turun, sementara kuda miliknya melompat-lompat seolah ingin lari.

            Keesokan hari, sahabat tersebut datang menemui nabi Muhammad dan menceritakan peristiwa semalam. Setelah itu Rasulullah bersabda,

تِلْكَ السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ لِلْقُرْآنِ
“Itu adalah keteduhan yang turun karena Al Qur’an”[1]

       ⏰     Kejadian nyata yang dialami sahabat nabi di atas sejatinya menjadi sebuah jawaban penting untuk kita yang selalu bertanya dan mencari-cari jawaban,❓❓
”Di manakah aku bisa hidup tenang? Ke manakah aku akan mencari sebuah keteduhan?”.

            Apalagi saat kejenuhan telah menjajah hati dan pikiran. Urusan dunia yang menumpuk laksana sebuah menara memang tiada pernah ada akhirnya. Berkutat dan terus berkutat dengan masalah. Walau hidup tak mungkin bebas dari masalah namun kita pasti memiliki titik nadir dari semangat. Di situlah letak penting sebuah keteduhan.

❓Lalu, di manakah kita akan mendapat keteduhan?

            Sabda nabi Muhammad di atas semestinya menyadarkan kita, jika Dzat yang telah menciptakan manusia tentu Maha Mengetahui kelemahan dan kebutuhan hamba Nya. Allah mengetahui, dengan ilmu Nya yang sangat luas, bahwa kita pasti sering mengalami kejenuhan dan kebosanan hidup. Kita membutuhkan ketenangan dan keteduhan. Dan Allah telah memberikan jalan.

            Membaca Al Qur’an pasti menghadirkan ketenangan.Mendengarkan bacaan Al Qur’an tentu menaungkan keteduhan.Percaya ataukah tidak, seperti itulah faktanya! Cobalah, tentu Anda akan merasakannya!

          Usaid bin Khudair, seorang sahabat, pagi-pagi benar telah menemui Rasulullah. Ia menceritakan kepada Nabi jika semalam telah melihat semacam bayangan, di dalamnya seperti pelita-pelita bercahaya. Lalu bayangan tersebut naik membumbung tinggi ke angkasa hingga tidak terlihat lagi.Peristiwa itu terjadi saat Usaid bin Khudair sedang membaca Al Qur’an.

            Lihatlah jawaban dan keterangan nabi Muhammad!
Beliau yang berbicara atas nama wahyu langit.

          تِلْكَ الْمَلَائِكَةُ كَانَتْ تَسْتَمِعُ لَكَ وَلَوْ قَرَأْتَ لَأَصْبَحَتْ يَرَاهَا النَّاسُ مَا تَسْتَتِرُ مِنْهُمْ
            “Itu adalah para malaikat yang turut mendengar engkau membaca Al Qur’an. Seandainya engkau terus membaca sampai pagi, pasti orang-orang akan mampu menyaksikan malaikat-malaikat itu. Mereka tidak akan bersembunyi dari manusia”[2]

Subhanallah!

            Malaikat pun turut hadir untuk mendengarkan Al Qur’an.

            Boleh-boleh saja kita bertanya,
”Tidakkah hal ini khusus untuk sahabat? Bukankah yang semacam ini hanya ada di zaman nabi? Apa mungkin terjadi pada kita yang hidup di akhir zaman?”.
Ya, pertanyaan semacam ini wajar sekali.

         ✅   Imam An Nawawi menerangkan bahwa hadits di atas adalah dalil tentang keutamaan membaca Al Qur’an. Qira’atul qur’an juga menjadi sebab turunnya rahmat dan hadirnya para malaikat.

            Hanya saja, apakah bacaan kita seperti bacaan Usaid bin Khudair? Baik keindahan maupun benar tidaknya kita mengucapkan huruf dan ayat-ayat Al Qur’an? Seandainya di dalam membaca Al Qur’an, sudah benar dan indah bacaan kita bahkan mampu menghayati dan meresapi setiap maknanya,barangkali kita bisa berharap.

         ❓❓   Namun,sudah benarkah Anda dalam membaca Al Qur’an? Benar-benar indahkah bacaan Anda? Silahkan menjawab sendiri.

            Bisa juga kita mengukur kebenaran iman dari bacaan Al Qur’an. Caranya? Sangat mudah. Mampukah kita merasakan ketenangan dan keteduhan di hati dengan membaca Al Qur’an? Itu saja.

            Allah subhanahu wata'ala berfirman,

  الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram."
(QS. 13:28)

                 Maha benar firman Allah! Tidak setitik pun ada ragu di dalam hati. Dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.Dzikrullah banyak macam dan bentuknya, salah satunya adalah dengan membaca Al Qur’an. Bahkan, membaca Al Qur’an menjadi pilihan terbaik hamba untuk mengingat rabbnya.

            Sedih. Di satu sisi berbahagia.

            Sedih? Melihat kenyataan saudara-saudara kita yang “salah” jalan untuk mencari ketenangan hati. Banyak pilihan memang tapi hanya ketenangan semu. Sementara waktu saja sifatnya. Bukannya memberi ketenangan malah justru menambah kegelisahan.

            ✈Masih ingat dengan cerita seorang pilot yang memakai shabu-shabu? Ternyata itu bukan cerita baru. Para pelatih dan pendidik siswa penerbangan turut mengamini tentang adanya kemungkinan itu terjadi. Sebab, di udara, seorang pilot pesawat memiliki beban dan tekanan tanggung jawab yang berat. Apalagi saat menghadapi cuaca ekstrem. Belum lagi jika memiliki masalah pribadi atau terkait keluarga. Oleh karena itu, secara berkala selalu dilakukan tes urine untuk para pilot pesawat.

            Apa pengakuan dari pilot yang menggunakan shabu-shabu itu? Ingin mencari ketenangan, biar teduh hatinya.
Sayang, salah jalan.

            Bukan hanya pilot! Anak-anak muda sampai para pejabat,ada bahkan banyak di antara mereka yang memilih obat-obatan penenang untuk sekadar “terbang”, melupakan masalah. Namun,itukah jalan keluarnya? Tidak! Sekali lagi, mereka salah jalan.Astaghfirullah

            Pernah mendengar aksi bunuh diri? Sering.
Ada yang akhirnya “berhasil” melakukan bunuh diri, ada juga yang gagal. Ada yang mengaku sendiri, entah melalui surat yang ditinggalkan atau melalui sms, juga ada yang berdasarkan penuturan teman dan kerabat. Kira-kira hampir semua beralasan ingin mengusir kegalauan, ingin mengakhiri penderitaan. Agar lebih tenang.

            Dusta! Itu bohong belaka.
Agama tidak mengajarkan demikian. Agama membimbing dan mengarahkan kita untuk tegar dan tabah di dalam menjalani semua masalah dan problem. Bukan dengan jalan “pintas” menyesatkan ; bunuh diri.

            Untuk mencari ketenangan hati dan keteduhan jiwa serta pikiran, ada jalannya. Ingat-ingatlah Allah! Dekatkan diri kepada Nya! Bacalah firman-firman Nya! Anda pasti akan tenang.

            Di sisi yang lain, ada rasa bahagia.

            Sebab, kini kita sama-sama tahu jika dengan membaca atau mendengarkan bacaan Al Qur’an, hati pasti akan tenang dan jiwa pun tenteram.

            Sekarang, bersiap-siaplah untuk memasuki dan menikmati sebuah ruang yang beralaskan dan berdindingkan ketenangan! Baca dan dengarkanlah Al Qur’an!

[1] Muslim (795)

[2] Hadits Abu Said,Bukhari (5081) Muslim (796)

sumber: salafy.or.id

Via WA Al-Manshuroh

APA MAKNA YANG TERKANDUNG PADA HADITS 70.000 ORANG YANG MASUK SURGA TANPA HISAB DAN TANPA ADZAB ?


------------
APA MAKNA YANG TERKANDUNG PADA HADITS 70.000 ORANG YANG MASUK SURGA TANPA HISAB DAN TANPA ADZAB ?

Oleh:
Asy-Syaikh Al-'Allaamah Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin -rahimahullah-

                              ✹✹✹

P E R T A N Y A A N :

Apa arti yang terkandung pada hadist tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab?

J A W A B A N :

Hadits ini adalah hadits yang panjang lagi masyhur yaitu bahwa Nabi ﷺ melihat sekelompok besar manusia yang memenuhi cakrawala, lalu dikatakan kepada beliau:

« هَذِهِ أُمَّتُكَ وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ »

"Ini adalah umatmu dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab."

Kemudian para Shahabat -radhiyallahu 'anhum- saling bertanya diantara mereka tentang siapakah orang-orang tersebut? Maka Nabi ﷺ bersabda:

« هُمْ الَّذِينَ لَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُون »

"Mereka adalah:
■ Orang-orang yang tidak meminta untuk diruqyah,
■ Tidak melakukan pengobatan dengan metode kay,
■ Tidak ber-tathoyyur,
■ dan hanya kepada Rabb (Allah) mereka bertawakkal.”

===========================

  Sabda beliau: " لا يسترقـــون” ; yakni tidak meminta kepada seorangpun untuk dibacakan kepada mereka (diruqyah), untuk penyakit yang menimpa mereka.

Sabda beliau: "لا يكــتوون” ; yaitu tidak meminta kepada seorangpun untuk diobati dengan metode kay (besi panas semisal moksibusi).

Sabda beliau: "ولا يتطــيرون”; yakni, mereka tidak tasya'um (merasa sial dan pesimis terhadap takdir yang akan terjadi pada mereka).

dan pada sabdanya: " و على ربهم يتوكلـــون”; yakni mereka menyandarkan perkara kepada Allah secara menyeluruh.

===========================

Dan diketahui dari sabdanya " لا يسترقــون” , "tidak meminta diruqyah" bahwa :
▪jika mereka membacakan kepada selain mereka (meruqyah orang lain) maka TIDAK MENGAPA dan mereka tidak diharamkan dari pahala yang besar ini.
▪Jika orang lain membacakan kepada mereka TANPA PERMINTAAN dari mereka maka ini juga TIDAK MENGAPA dan mereka tidak kehilangan dari pahala yang besar ini.
▪Begitu pula barangsiapa yang diobati dengan metode kay oleh orang lain TANPA MEMINTA KEPADANYA maka demikian juga ia tidak akan diharamkan dari pahala tersebut.

أما التطير فهو التشاؤم، قال العلماء: التشاؤم يكون بمرئي، أو مسموع، أو معلوم.

Adapun "tathoyyur” maka itu adalah tasya'um (dia merasa sial / berprasangka akan terjadi sesuatu yang jelek padanya).
Para ulama mengatakan bahwa tasya'um bisa terjadi dengan sebab sesuatu yang DILIHAT atau DIDENGAR atau suatu FENOMENA (yang ditandai).

⭕Tasya'um (merasa sial) dengan sesuatu yang dilihat, seperti jika seseorang melihat sesuatu lalu muncul pada dirinya firasat jelek.
▪Semisal ia melihat burung hitam seketika ia berkata: "Ini adalah hari gelapku."
▪Atau ia melihat seseorang tergelincir di depannya kemudian mati sehingga ia berkata: "Jika aku melewati jalan ini pasti menimpaku sama seperti apa yang terjadi pada orang ini.”

Atau yang semacam dengan ini.

⭕Tasyaum (berfirasat jelek) dengan sesuatu yang didengar, seperti ketika mendengar kata-kata menggelisahkan yang tidak sesuai kemudian ia berfirasat jelek dan mengurungkan (dari menyelesaikan) keperluannya.

⭕Tasya'um dengan suatu fenomena, yaitu menganggap sial pada hari-hari atau bulan-bulan tertentu. Sebagaimana dahulu dilakukan orang-orang jahiliyah:
▪ Diantara mereka ada yang ber-tasya'um dengan datangnya bulan shofar.
▪Sebagian mereka ada yang menganggap sial bulan syawwal,
▪Diantara mereka ada yang berfirasat jelek pada hari Rabu.
Dan perkara yang lainnya sebagaimana telah masyhur dari cara pandang orang-orang jahiliyyah.

❗MAKA  sesungguhnya tathoyyur (bersikap pesimis atau menganggap sial dengan sesuatu) merupakan kesyirikan, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ :

« الــطِّيَرَةُ شــِرْكٌ، الــطِّيَرَةُ شِــرْكٌ »

"Sikap tathoyyur (menganggap sial dengan sesuatu)merupakan kesyirikan, sikap tathoyyur adalah kesyirikan ”.

☝Dan wajib bagi manusia untuk senantiasa bertawakkal kepada Allah dan bersandar pada-Nya pada setiap urusannya.

Apabila ia melihat sesuatu yang baik untuk dikerjakan maka ia kerjakan. Dan jangan menghiraukan apa yang telah ia dengar dan lihat karena tathoyyur adalah kesyirikan.

Sedangkan definisi tawakkal adalah:

صــدق الاعتمــاد على الله في جلب الـــمنافع ودفــع المضــار مع فعل الأسباب النافعـــة

"Benar-benar bersandar kepada Allah dalam mencari kebaikan dan menolak kejelekan  diiringi dengan melakukan sebab-sebab yang bermanfaat (untuk mencapai tujuannya)."

⚠ KARENA bertawakkal tanpa mengambil sebab dinamakan « تواكــلا » (pura-pura tawakkal), bukan « توكــلا» tawakkal (sejati). 

Sesungguhnya pemimpin orang-orang yang bertawakkal adalah Nabi Muhammad ﷺ-. Bersamaan dengan itu beliau tetap mengambil sebab-sebab yang melindunginya.
▪Sebagaimana yang terjadi pada Perang Uhud dengan memakai dua baju besi khawatir dari hujanan anak panah,
▪juga membuat parit (ketika Perang Khandaq) mengelilingi kota Madinah supaya tidak dimasuki musuh,
▪dan beliau bersembunyi selama tiga hari di dalam Gua Tsur agar tidak ditemukan oleh musuh.

❗Maka melakukan sebab-sebab yang bermanfaat sama sekali tidak menghilangkan sikap tawakkal BAHKAN termasuk kelaziman dalam bertawakkal.

________________
Maka empat sifat ini bahwa:
Mereka tidak meminta untuk diruqyah,
Tidak meminta untuk  berobat dengan besi panas,
Tidak bertathoyyur (pesimis dalam nasib/ berfirasat jelek),
Dan hanya kepada Rabb (Allah) mereka bertawakkal,
☝ADALAH sifat orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab.
AKAN TETAPI perlu diketahui bahwa mereka harus memiliki iman.

⚠ Seandainya kita berasumsi bahwa ada seseorang yang memiliki sifat-sifat itu tapi ia tidak sholat, maka yang seperti ini tidak akan pernah masuk surga, baik dengan hisab ataupun tanpa hisab. KARENA orang yang tidak sholat adalah kafir dan tidak bermanfaat baginya bahwa ia tidak meminta diruqyah, tidak meminta disembuhkan dengan metode besi panas, tidak bertathoyyur, dan dia bertawakkal dan bersandar kepada Allah.

SEHINGGA wajib bagi kita untuk memperhatikan masalah ini."

Sumber: Silsilah Liqoatul Baabil Maftuh (Rangkaian Pertemuan Terbuka ke-12)

〰〰〰〰〰〰〰〰

⚠ Kay adalah salahsatu metode pengobatan dengan menempelkan/ mendekatkan besi panas pada kulit atau daerah tertentu pada tubuh, bahkan dalam suatu riwayat ditempelkan pula ke alis.

                           ----

ـــــــــــــــــــــــــــــ
تطبيق فتاوى بن عثيمين رحمه الله - مـــا المقصـــود بحديث السبعين ألـــفاً الذين يدخلـــون الـــجنة بدون حساب ولا عـــذاب؟

الســؤال:
ما المقصود بحديث السبعين ألفاً الذين يدخلون الجنة بدون حساب، ولا عذاب؟

الجــواب:
هذا الحديث حديث طويل مشهور، وهو أن النبي ﷺ رأى سواداً عظيماً قد سد الأفق فقيل له:
هذه أمتك ومعهم سبعون ألفاً يدخلون الجنة بغير حساب ولا عذاب، فجعل الصحابة -رضي الله عنهم- يتساءلون بينهم من هؤلاء؟ فقال النبي ﷺ :«هم الذين لا يسترقون ولا يكتوون ولا يتطيرون وعلى ربهم يتوكلون».

▪قوله: لا يسترقون، أي: لا يطلبون من أحد أن يقرأ عليهم لمرض كان فيهم.
▪ولا يكتوون، أي: لا يطلبون من أحد أن يكويهم.
▪ولا يتطيرون، أي: لا يتشاءمون.
▪وعلى ربهم يتوكلون، أي: يعتمدون اعتماداً كلياً.

وعلم من قوله: لا يسترقون أنهم لو قرءوا على غيرهم، فلا بأس، ولا يحرمون من هذا الثواب العظيم، وأنه لو قرأ عليهم غيرهم بلا طلب منهم، فلا بأس، ولا يحرمون من هذا الثواب العظيم، وكذلك من كواه غيره بلا طلب منه، فإنه لا يحرم هذا الثواب.

أما التطير فهو التشاؤم، قال العلماء: التشاؤم يكون بمرئي، أو مسموع، أو معلوم.

والتشاؤم من مرئي: مثل أن يرى شيئاً، فيقع في نفسه التشاؤم، كأن يرى طيراً أسود فيقول: هذا سواد يومي، أو كأن يرى أمامه إنساناً عثر، فمات فيتشاءم ويقول: إن ذهبت في هذا الطريق حصل لي مثلما حصل لهذا الشخص، أو ما أشبه ذلك.

والتشاؤم بمسموع: مثل أن يسمع كلمة نابية فيتشاءم ويرجع عن حاجته.

والتشاؤم بالمعلوم: التشاؤم بالأيام أو بالشهور، كما كان أهل الجاهلية يفعلون، منهم من يتشاءم بشهر صفر، ومنهم من يتشاءم بشهر شوال، ومنهم من يتشاءم بيوم الأربعاء، وغير ذلك مما هو معروف من طرق الجاهلية، فإن الطيرة من الشرك كما قال النبي ﷺ : «الطيرة شرك، الطيرة شرك».

وعلى الإنسان أن يتوكل على الله، ويعتمد عليه في أمره كله، وإذا رأى أن من الخير أن يفعل فليفعل، ولا يهمه ما سمعه وما رآه؛ لأن الطيرة من الشرك.

وأما التوكل فهو: صدق الاعتماد على الله في جلب المنافع ودفع المضار مع فعل الأسباب النافعة
لأن التوكل بدون فعل الأسباب النافعة يسمى تواكلاً وليس توكلاً، فإن سيد المتوكلين محمد ﷺ ومع ذلك كان يفعل الأسباب التي تقيه، ففي غزوة أحد ظاهر بين درعين يعني: لبس درعين خوفاً من السهام، وضرب الخندق على المدينة لئلا يدخلها العدو، واختفى في غار ثور ثلاثة أيام لئلا يدركه العدو، فالأسباب النافعة فعلها لا ينافي التوكل أبداً، بل هو من مقتضى التوكل، فهذه الأوصاف الأربعة أنهم: «لا يسترقون، ولا يكتوون، ولا يتطيرون، وعلى ربهم يتوكلون» ، هي من صفات من يدخل الجنة بلا حساب ولا عذاب، ولكن ليعلم أنه لابد أن يكون عندهم إيمان، فلو فرضنا أن أحداً اتصف بهذه الصفات، لكنه لا يصلي فهذا لا يدخل الجنة أبداً لا بحساب، ولا بغير حساب؛ لأن من لا يصلي كافر، ولا ينفعه أنه لا يسترقي، ولا يكتوي، ولا يتطير، وأنه يتوكل ويعتمد على الله، فيجب أن ننتبه إلى هذه المسألة.

المصدر: سلسلة لقاءات الباب المفتوح > لقاء الباب المفتوح [12]
الحديث وعلومه > شروح الحديث
رابط المقطع الصوتي

                              ✲✹✲

Sumber:
http://zadgroup.net/bnothemen/upload/ftawamp3/od_012_11.mp3
(durasi 05:12)

✏Alih Bahasa:
Abu Kuraib Habib bin Ahmad (Bandung) -hafidzahullah- [FBF-1]

______________
مجموعـــــة توزيع الفـــــوائد
❂ WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | www.alfawaaid.net

JANGAN BERSEDIH, PARA MUJAHID YANG TERBUNUH SYAHID DI MEDAN TEMPUR (PADA HAKIKATNYA) TETAP HIDUP DI SISI RABB-NYA


------------
JANGAN BERSEDIH, PARA MUJAHID YANG TERBUNUH SYAHID DI MEDAN TEMPUR (PADA HAKIKATNYA) TETAP HIDUP DI SISI RABB-NYA

Oleh:
Asy-Syaikh Al-'Allaamah Al-Mufassir 'Abdurrahman bin Nashir As-Sa'diy -rahimahullah-

                               ✹✹✹

وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ ﴿١٦٩﴾ فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُواْ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلاَّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿١٧٠﴾ يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ ﴿١٧١﴾

●169. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rezki.

●170. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

●171. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.
[Q.S. Ali-Imraan: 169_171].

_________________
Ayat yang mulia ini terkandung di dalamnya keistimewaan dan kemuliaan orang-orang yang mati syahid (syuhada) dan apa yang Allah anugerahkan kepada mereka dari keutamaan dan kebaikan-Nya.

ﻭﻓﻲ ﺿﻤﻨﻬـــﺎ ﺗﺴﻠﻴﺔ ﺍﻷﺣﻴﺎﺀ ﻋﻦ ﻗﺘﻼﻫـﻢ ﻭﺗﻌﺰﻳﺘﻬﻢ، ﻭﺗﻨﺸﻴﻄﻬﻢ ﻟﻠــﻘﺘﺎﻝ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﺘﻌﺮﺽ ﻟﻠﺸﻬـــﺎﺩﺓ
Dan termaktub di dalamnya pelipur duka dan penyejuk hati bagi yang masih hidup atas orang-orang yang terbunuh dari mereka. Juga penyemangat untuk berperang fi sabilillah/ di jalan Allah dan mengharapkan syahadah (mati syahid)..

Maka Allah berfirman:

﴿ وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّه ﴾
ِ
(Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah)
yaitu yang berjihad melawan musuh-musuh agama dengan tujuan meninggikan kalimat Allah, أَمْوَاتاً (mereka mati)..

ﻻ ﻳﺨﻄﺮ ﺑﺒﺎﻟﻚ ﻭﺣﺴﺒﺎﻧﻚ ﺃﻧﻬﻢ ﻣﺎﺗﻮﺍ ﻭﻓﻘﺪﻭﺍ، ﻭﺫﻫﺒﺖ ﻋﻨﻬــﻢ ﻟﺬﺓ ﺍﻟــﺤﻴﺎﺓ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﺍﻟﺘﻤﺘﻊ ﺑﺰﻫﺮﺗﻬــﺎ، ‏ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺤﺬﺭ ﻣﻦ ﻓﻮﺍﺗﻪ، ﻣﻦ ﺟﺒﻦ ﻋﻦ ﺍﻟــﻘﺘﺎﻝ، ﻭﺯﻫـــﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﻬـــﺎﺩﺓ

yaitu: Janganlah terbetik dibenak dan persangkaanmu bahwa mereka mati dan binasa serta hilang dari mereka kelezatan hidup di dunia dan bersenang-senang dengan kenikmatannya –yang para pengecut dari berperang dan zuhud (menghindar) dari syahadah berwaspada akan lepasnya (nikmat itu dari mereka jika ikut berperang)...

(bahkan) بَلْ  mereka mendapatkan sebesar-besar apa yang dinginkan oleh orang-orang yang saling berlomba untuk mencapainya, sehingga mereka أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ (hidup di sisi Rabb mereka) di negeri kemuliaan-Nya(yaitu surga).

Dan perkataan (di sisi Rabb mereka) menunjukkan ketinggian derajat dan kedekatan mereka dari Rabb-nya. يُرْزَقُونَ (mereka mendapat rezeki) dari berbagai jenis kenikmatan yang tidak diketahui sifatnya kecuali orang yang Allah telah beri nikmat itu atas mereka.

Bersamaan dengan hal ini فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ (mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka)
yaitu : mereka bersukacita dengan karunia itu yang sungguh menyejukkan pandangan dan menenteramkan jiwa mereka.

Hal itu disebabkan banyak dan melimpah serta agungnya keutamaan itu diiringi kelezatan yang sempurna dan tiada kesulitan dalam mencapainya.

ﻓﺠﻤــﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻬــﻢ ﺑﻴﻦ ﻧﻌﻴﻢ ﺍﻟﺒﺪﻥ ﺑﺎﻟـﺮﺯﻕ، ﻭﻧﻌﻴﻢ ﺍﻟــﻘﻠﺐ ﻭﺍﻟﺮﻭﺡ ﺑﺎﻟﻔﺮﺡ ﺑﻤﺎ ﺁﺗﺎﻫﻢ ﻣﻦ ﻓﻀﻠــﻪ : ﻓﺘﻢ ﻟﻬــﻢ ‏ﺍﻟــﻨﻌﻴﻢ ﻭﺍﻟﺴـــﺮﻭﺭ

☝Maka Allah telah mengumpulkan untuk mereka kenikmatan jasmani berupa rezeki dan kenikmatan hati serta ruh dengan rasa gembira atas anugerah-Nya yang diberi kepada mereka. Sehingga utuh sempurna kenikmatan dan kebahagiaan mereka.

Dan menjadikan mereka,

وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُواْ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِم

(bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka)
yaitu mereka saling memberi kabar gembira -antara satu dengan yang lainnya- dengan akan datangnya saudara-saudara mereka yang belum menyusul mereka dan bahwa mereka (yang belum datang) akan memperoleh apa yang mereka (syuhada) telah mendapatkannya,

أَلاَّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ

(bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati)
Yaitu: mereka bersenang hati dengan hilangnya hal yang ditakuti dari mereka dan saudara-saudara mereka yang mengharuskan rasa sukacita yang sempurna.

يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ

(Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah)
Yaitu: saling mengucapkan selamat antara sebagian mereka dengan sebagian lainnya dengan sebesar-besar ucapan selamat karenanya yaitu: tercurahnya karunia nikmat, keutamaan, dan kebaikan dari Rabb mereka.

وَأَنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ

(dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman)
Bahkan DIA memperbanyak dan mensyukuri serta menambah dari keutamaan-Nya apa-apa yang usaha mereka tidak mampu mencapainya.

ﻭﻓﻲ ﻫــﺬﻩ ﺍﻵﻳﺎﺕ ﺇﺛﺒﺎﺕ ﻧﻌﻴﻢ ﺍﻟﺒﺮﺯﺥ، ﻭﺃﻥ ﺍﻟﺸﻬــﺪﺍﺀ ﻓﻲ ﺃﻋﻠﻰ ﻣﻜﺎﻥ ﻋﻨﺪ ﺭﺑﻬﻢ، ﻭﻓﻴﻪ ﺗﻼﻗﻲ ﺃﺭﻭﺍﺡ ﺃﻫــﻞ ﺍﻟـﺨﻴﺮ، ﻭﺯﻳﺎﺭﺓ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺑﻌﻀـــﺎ، ﻭﺗﺒﺸﻴﺮ ﺑﻌﻀﻬـــﻢ ﺑﻌﻀـــﺎ

❗Dan di dalam ayat ini terkandung penetapan adanya nikmat di alam barzakh dan bahwa para syuhada berada di tempat tertinggi di sisi Rabb mereka. Juga termaktub tentang saling bertemunya ruh-ruh pelaku kebaikan, saling mengunjungi, dan saling mengucapkan selamat antara mereka.

                              ✲✹✲

Sumber:
Taisirul Kariimir Rahman hal. 155
✒ Alih Bahasa:
Al-Ustadz Abu Yahya Al-Maidaniy -hafizhohullaah- [FBF-5]

__________________
 مجموعـــــة توزيع الفـــــــوائد
WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | www.alfawaaid.net

Minggu, 03 Mei 2015

DO'AKAN KEMENANGAN UNTUK PARA MUJAHIDIN

--------
☀ DO'AKAN KEMENANGAN UNTUK PARA MUJAHIDIN

Kepada Segenap Salafiyyin…

⛵ JANGAN LUPA…DO'AKANLAH SAUDARA-SAUDARA KALIAN PARA MUJAHIDIN DI YAMAN

Dalam berjihad menghadapi Kekejaman para Hutsiyyin Rafidhah Najis dan Kafir

--------------------------------------

Ⓜ✅ Ingatlah wahai saudaraku, do'a adalah SENJATA seorang mukmin yang paling ampuh.

Jangan lupa berdo'a untuk para mujahidin di Yaman, terutama pada waktu-waktu mustajabah.
Do'akan kemenangan untuk mujahidin dan kehancuran untuk Rafidhah

Berdo'alah pada waktu sujud, antara adzan dan iqomat, sepertiga malam terakhir, dan waktu-waktu lainnnya. Tengadahkanlah tangan, mohonlah dengan sungguh-sungguh, dengan penuh tunduk, khusyu' , dan harapan. Ingatlah pertolongan dan kemenangan itu semata-mata dari Allah. Bukan karena jumlah yang banyak, canggihnya persenjataan, jitunya strategi tempur. Karena itu MINTALAH PERTOLONGAN dan KEMENANGAN KEPADA ALLAH.

Saudara-saudara kita di Yaman berada dalam suasana berkecamuk perang. Desingan peluru, dentuman bom, dan kebiadaban para najis Rafidhah Hutsi. Berdo'alah untuk mereka…..

اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الكِتَابِ، سَرِيْعَ الحِسَابِ مُجْريَ السَّحاب، هازمَ الأحزاب، اِهْزِمِ الأَحْزَابَ

Ya Allah yang menurunkan al-Kitab, cepat menghisab, yang menjalankan awan, sang penghancur berbagai kelompok, HANCURKANLAH kelompok-kelompok (musuh)

اللَّهم اِهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُم، وَانْصُرْنَا عَلَيْهِم

Ya Allah hancurkan dan pukul mundurlah mereka, goncangkanlah mereka, dan TOLONGLAH kami atas mereka

اللَّهم أَنْتَ عَضُدِي، وَأَنْتَ نَصِيْرِي، بِكَ أَحُولُ، وَبِكَ أَصُوْلُ، وَبِكَ أُقَاتِلُ

Ya Allah, Engkaulah Pembelaku, Engkaulah Penolongku, dengan (pertolongan)Mu aku bergerak, dengan (pertolongan)Mu aku sampai, dan dengan (pertolongan)Mu aku berperang

اللَّهم إِنَّا نَجْعَلُكَ فِي نُحُورِهِم، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شُرُورِهِمْ

Ya Allah sesunggunya kami menjadikan-Mu di leher-leher mereka, dan kami berlindung kepada-Mu dari kejelekan-kejelekan mereka.

اللهم اُنْصُرِ المُجَاهِدِيْنَ فِي اليَمَنِ عَلَى الحُوثِيِّيْنَ البَاطِنِيْةِ، اللَّهم بَارِكْ فِي جِهَادِهِمْ وَجُهُودِهِمْ

Ya Allah, tolonglah Mujahidin di Yaman atas para hutsiyyin pengikut aliran bathiniyyah. Ya Allah barakahilah mereka (para mujahidin) dalam jihad dan kesungguhan mereka.

اللهم دَمِّرِ الحُوْثِيين فِي اليَمَنِ كُلِّهَا، اللَّهُم اكْسِر شَوْكَتَهُمْ وَمَزِّقْ شَملَهُمْ

Ya Allah HANCURKANLAH Hutsiyyin di Yaman semuanya. Ya Allah HANCURKANLAH kekuatan mereka, dan cerai beraikanlah barisan mereka

اللَّهم انْصُرِ المُجَاهِدِيْنَ فِي اليَمَن، وَاجْعَلْهُم مُخْلِصِيْنَ فيِ جِهَادِهِمْ

Ya Allah tolonglah para mujahidin di Yaman, dan jadikanlah mereka orang-orang yang ikhlash dalam jihad mereka

اللَّهم عَلَيْكَ بِالرَّافِضَةِ المُعْتَدِين الأَنْجَاسِ الحُوْثِيِّيْنَ الظَّالِمِيْنَ أَعْدَاءِ اللهِ رَبِّ العَالمَِيْن، وَالمَلاَئِكَةِ المُقَرَّبِيْنَ واَلأَنْبِيَاءِ المُرْسَلِيْنَ والصَّحَابَةِ والتَّابِعِيْنَ والأَخْيَارِ الصَّالِحِيْنَ

Ya Allah hancurkanlah Rafidhah para agresor najis hutsi yang zhalim, musuh-musuh Rabbul 'Alimin. Musuh-musuh para malaikat muqarrabin, musuh-musuh para nabi dan rasul, musuh-musuh para shahabat dan tabi'in, dan musuh-musuh orang-orang baik dan shalihin

اللّهُم اِجْعَل تَدْبِيْرَهُم سَبَبًا فِي تَدْمِيْرِهِمْ،
Ya Allah jadikanlah strategi mereka sebagai sebab kehancuran mereka sendiri

اللَّهُم فَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُم وَأَنْزِلْ صَوَاعِقَكَ عَلَيْهِم يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Allah pecahkanlah persatuan mereka, cera beraikanlah kesatuan mereka, dan turunkanlah petir-Mu atas mereka, Ya Rabbal 'Alamin

.............................................
Ⓜ (salam dari asatidzah kepada segenap Salafiyyin Ahlus Sunnah…. Seraya mengingatkan agar jangan lupa berdo'a untuk mujahidin di Yaman)

Ahad, 14 Rajab 1436 H

••••••••••••••••••••
Majmu'ah Manhajul Anbiya

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jumat, 01 Mei 2015

FATWA ULAMA AHLUS SUNNAH tentang SYIAH

⛵ Buletin AL-ILMU edisi 25 - Manhaj | FATWA ULAMA AHLUS SUNNAH tentang SYIAH | Majmu'ah Manhajul Anbiya

------------------------------------------

MUSUH-MUSUH DAKWAH TAUHID (5 - 6)

--------
- 5⃣ -
MUSUH-MUSUH DAKWAH TAUHID
✏ (ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Abdillah Luqman Ba'abduh)
----------------------------

3⃣ Permusuhan kaum Shufiyyah (lanjutan)

Kemudian diikuti pula oleh seorang orientalis lainnya yang bernama William W. Hunter dalam bukunya Al-Muslimun fil Hind (The Indian Musalmans, dicetak pada tahun 1871 M, kemudian dicetak kedua kalinya pada tahun 1945 M) yang telah banyak menukil dari seniornya, yaitu T.E. Ravenshaw 13.

Beliau juga dituduh sebagai penganut inkarul hadits (aliran yang mengingkari hadits); sebagaimana dituduhkan Ahmad Abdullah Al-Haddad Ba‘alawi di dalam kitabnya Mishbahul Anam. Tentunya tuduhan tersebut sangatlah ANEH. Karena Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah SELALU BERHUJJAH DENGAN HADITS-HADITS Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam banyak karya beliau, yang telah banyak diketahui oleh umat Islam.
Namun begitulah kaum Shufi, tidak malu dan segan untuk BERDUSTA untuk menjauhkan umat dari dakwah tauhid.

Tuduhan kepada Al-Amir Su’ud bin Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin Su’ud -salah satu pembela dan pembawa bendera dakwah tauhid yang menghabiskan waktu, tenaga, pikiran, dan segala yang dimilikinya dalam membela dakwah yang mulia tersebut – bahwasanya beliau telah menghancurkan kubah yang dibangun di atas kuburan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal itu sama sekali tidak pernah terjadi.

Memang benar beliau dan para pendukungnya telah menghancurkan beberapa kubah yang berada di Najd dan sekitarnya, namun sedikitpun mereka belum pernah menyentuh bangunan kubah di atas kubur Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Walaupun mereka semua yakin bahwa bangunan kubah tersebut tidak diridhai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertentangan dengan syariat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya beliau berkata:
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dilaburnya sebuah makam, dan diduduki, serta dibangun di atasnya.” (HR. Muslim 970)
Hal ini dipertegas pula dalam hadits ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, ketika beliau mengutus Abul Hayyaj, “Maukah engkau aku utus dengan sebuah misi yang dengan misi tersebut pula aku diutus oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Yaitu:
“Jangan kau biarkan satu gambarpun kecuali kau musnahkan, dan jangan kau biarkan ada satu kuburan pun yang menonjol kecuali kau ratakan.” (HR. Muslim no. 969)

↪ Namun demikianlah musuh-musuh dakwah tauhid memutarbalikkan fakta, sehingga beberapa sejarawan orientalis senang dengan disebutkannya beberapa kisah dusta tersebut. Hal ini sebagaimana didapati dalam beberapa buku sejarah karya mereka, di antaranya tulisan yang berjudul Hadhir Al-‘Alam Al-Islami (The New World of Islam) karya L. Stoddard (1/64), Dictionary of Islam “Wahhabiyah” karya Thomas P. Hughes (hal. 660), Mustaqbal Al-Islam (Future of Islam) karya Lady Anne Blunt (hal. 45). Dan masih banyak sejarawan orientalis lainnya yang memanfaatkan kedustaan serta tuduhan batil kaum Shufi terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab untuk semakin mencemarkan dakwah tauhid yang beliau dakwahkan. Dan masih banyak tuduhan-tuduhan dusta yang lainnya.

Namun kami simpulkan kedustaan-kedustaan tersebut dengan menukilkan sebuah surat yang ditulis oleh putra beliau yang bernama Asy-Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab, yang ditujukan kepada penduduk Makkah pada tahun 1218 H / 1803 M. Beliau berkata:
❎ “…Adapun sekian perkara dusta atas nama kami dalam rangka untuk menutupi al-haq, di antaranya tuduhan bahwa kami menafsirkan Al-Qur`an dengan logika kami serta mengambil hadits-hadits yang sesuai dengan pemahaman kami… Dan bahwasanya kami merendahkan kedudukan Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pernyataan kami bahwa-sanya Nabi telah menjadi debu di kuburnya dan tongkat salah seorang kami lebih bermanfaat dari beliau, dan bahwasanya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memiliki syafaat, serta berziarah kepadanya tidak disunnahkan…, dan bahwasanya kami adalah beraliran mujassimah, serta mengkafirkan manusia secara mutlak (tanpa batas, pent)… Maka ketahuilah bahwa seluruh kisah khurafat tersebut di atas dan yang semisalnya… Jawaban kami terhadap setiap permasa-lahan tersebut di atas adalah dengan ucapan:
“Maha Suci Engkau (Wahai Rabb kami) sesungguhnya ini adalah kedustaan yang sangat besar.” (An-Nur: 16)
—sekian dari kitab Al-Hadiyyatus Sunniyyah, hal. 46

bersambung, insya Allah

Sumber
http://manhajul-anbiya.net

•••••••••••••••••••
Majmu'ah Manhajul Anbiya

~~~~~~~~~~~~~~~~

--------
- 6⃣ -
MUSUH-MUSUH DAKWAH TAUHID
✏ (ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Abdillah Luqman Ba'abduh)
----------------------------

4⃣ Syi’ah Rafidhah

Tak kalah dahsyat dari permusuhan kaum Shufi terhadap dakwah tauhid, adalah permusuhan kaum Syi’ah Rafidhah, yang juga merasa TERUSIK dengan adanya dakwah tauhid.
Aqidah mereka yang sesat dan penuh dengan kekufuran, yang mereka tebarkan di tengah-tengah umat dengan penuh pembodohan dan penipuan, terbongkar dengan tersebarnya dakwah tauhid tersebut.
Umat menjadi mengerti bahwa aqidah Syi’ah Rafidhah yang meyakini bahwa:
▪ ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah seorang imam yang ma’shum, dan seluruh shahabat yang menyelisihinya adalah kafir.
▪ Para imam Syi’ah Rafidhah yang 12 mengetahui perkara-perkara ghaib, bahkan punya andil di dalam mengatur alam semesta.
▪ Keyakinan mereka dengan aqidah Ar-Raj’ah, yaitu keyakinan bahwasanya ‘Ali bin Abi Thalib dan imam-imam mereka yang 12 akan kembali hidup di akhir zaman
> dan lain-lain,
adalah AQIDAH SESAT yang bisa mengantarkan seseorang kepada kekufuran.

Ini semua membuat mereka marah dan memusuhi dakwah tauhid hingga hari ini.

Belum lagi kemarahan mereka karena pasukan tauhid telah menghancurkan bangunan kubah di atas kuburan Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib di Karbala. Itu semua mendorong mereka untuk memusuhi dakwah tauhid tersebut dan menebarkan kedustaan-kedustaan tentangnya.

Tak cukup sampai di situ. Mereka bahkan melampiaskan kebencian dan permusuhannya itu dalam bentuk tindakan fisik. Di antaranya adalah pembunuhan atas Al-Amir Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin Su’ud pada tanggal 18 Rajab 1218 H/4 November 1803 M, yang dilakukan seorang Syi’ah Rafidhah berkebangsaan Iran. Beliau dibunuh oleh penjahat ini ketika beliau sedang menunaikan shalat Ashar. Tepatnya ketika beliau bersujud, tiba-tiba datanglah orang Syi’ah tersebut dengan membawa sebilah belati kemudian menghunjamkannya ke tubuh Al-Amir Abdul Aziz rahimahullah.

Permusuhan ini terus berlanjut hingga masa kini. Baik dalam bentuk permusuhan fikri ataupun fisik.
Sebagai contoh adalah sejumlah upaya penyerangan yang dilakukan kaum Syi’ah Rafidhah pengikut Khumaini (Khomeini, red.) di Kota Makkah, pada musim haji tepatnya pada hari Jum’at 6 Dzulhijjah 1407 H. Didahului penyebaran selebaran-selebaran yang berisi kedustaan dan provokasi, sebuah penyerangan sporadis dan penuh kezhaliman itu menelan 402 korban jiwa dari jamaah haji dan pihak keamanan Negeri Tauhid.
Tak cukup sampai di sana, pada tahun 1409 H, kembali para pengikut Khumaini dari kalangan Syi’ah Rafidhah yang kejam dan tidak berperikemanusiaan itu melakukan peledakan bom di Masjidil Haram, yang juga menelan korban jiwa serta korban luka dari para jamaah haji, tamu-tamu Allah. ¹

...........................
Catatan Kaki :
1. Revolusi Iran Khumaini telah banyak mempengaruhi pemikiran para aktivis dan pergerakan Islam di mancanegara untuk melakukan tindakan-tindakan teror dan pembunuhan-pembunuhan serta menebarkan pemikiran bernuansa terorisme pada kaum muda Islam. Bahkan secara terbuka kelompok Al-Ikhwanul Muslimun menyatakan dukungannya terhadap Revolusi Iran ini.

bersambung, insya Allah

Sumber
http://manhajul-anbiya.net

•••••••••••••••••••
Majmu'ah Manhajul Anbiya

~~~~~~~~~~~~~~~~