Selasa, 30 September 2014

Kumpulan Mutiara Salaf (27)

Apakah Sedekah Yang Paling Mulia?

Berkata Abu Darda - semoga Allah meridhai beliau- :

" Tidaklah seseorang itu bersedekah  dengan yang lebih mulia dibandingkan nasihat yang dia sampaikan kepada sekelompok orang, lalu sekelompok orang itu membubarkan diri. Dan Allah telah memberikan manfaat pada mereka dengan nasihatnya."

[Fatawa Ibnu Taimiyah, 14/212]

Alih bahasa: Abu Muhammad Hasan

افضل الصدقة، ماهي؟

قال أبو الدرداء رضي الله عنه :

"ما تصدق رجل بصدقة
أفضل من موعظة يعظ بها جماعة فيتفرقون وقد نفعهم الله بها"

[ فتاوى ابن تيمية (٢١٢/١٤) ]

WA Salafy Lintas Negara
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

HAYATUS SALAF

MEMERANGI HAWA NAFSU

قيل لجعفر المرتعش :
إن فلانا يمشي علی الماء . فقال: إن من مكنه الله من مخالفة هواه فهو أعظم من المشي علی الماء

Telah dikatakan kepada Ja'far al Murta'isy:
"Sesungguhnya Si fulan memiliki kemampuan untuk bisa berjalan di atas air."

Maka beliau berkata:
"Sesungguhnya barangsiapa yang diberikan oleh Allah kemampuan untuk menyelisihi hawa nafsunya maka itu lebih mena'jubkan daripada berjalan di atas air"

------------
Sumber,
Kitab Hayãtus Salaf bainal Qowli wal 'Amal
Penyusun: Ahmad bin Nashir at Thiyar
Pustaka: Dar Ibnil Jauziy

http://ktibat.com/showsubject-حياة_السلف_بين_القول_والعمل-1405.html
----------

Alih bahasa: Abu Dawud al Pasimiy

WA Salafy Lintas Negara
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Berkata al-Fudhail bin ‘Iyadh –rahimahullah—

مَنْ أَحَبَّ صَاحِبَ بِدْعَةٍ، أَحبَطَ اللهُ عَمَلَهُ، وَأَخْرَجَ نُوْرَ الإِسْلاَمِ مِنْ قَلْبِهِ، لاَ يَرْتَفِعُ لِصَاحِبِ بِدْعَةٍ إِلَى اللهِ عَمَلٌ، نَظَرُ المُؤْمِنِ إِلَى المُؤْمِنِ يَجلُو القَلْبَ، وَنَظَرُ الرَّجُلِ إِلَى صَاحِبِ بِدْعَةٍ يُورِثُ العَمَى، مَنْ جَلَسَ مَعَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ لَمْ يُعْطَ الحِكْمَةَ

Barangsiapa yang mencintai ahli bid’ah, niscaya Allah gugurkan amalannya dan Allah keluarkan cahaya Islam dari dalam kalbunya. Sungguh tidak ada amalan ahli bid’ah yang naik menuju Allah. Perhatian seorang mukmin kepada mukmin lainnya membuat kalbu menjadi tinggi. Dan perhatian seseorang kepada ahli bid’ah mewariskan kebutaan. Siapa yang bermajlis dengan ahli bid’ah, tidak akan dikaruniai hikmah

Siyar A’laamin Nubala’

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

MUKMIN CINTA AL-HAK (KEBENARAN)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahmatullah ‘alaihi berkata, "Seorang mukmin, kalimat al-hak (kebenaran) membuatnya ridha baik mendukung maupun menggugatnya sementara kalimat batil membuatnya benci baik mendukung maupun menggugatnya karena Allah Tabaraka wa Ta'ala mencintai al-hak dan kejujuran serta membenci kedustaan dan kezhaliman.

Jika dikatakan kepadanya, ‘Al-Hak, kejujuran, dan keadilan yang Allah Ta'ala cintai, ia pun mencintainya walaupun menyelisihi hawa nafsunya. Karena hawanya (keinginannya) benar-benar mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa'ala alihi wasallam.

Jika dikatakan kepadanya, ‘Kezhaliman dan kebatilan, Allah membencinya, dia pun membencinya walaupun sesuai dengan hawa nafsunya." [Majmu' Fatawa 10/600]

وَالْمُؤْمِنُ تُرْضِيهِ كَلِمَةُ الْحَقِّ لَهُ وَعَلَيْهِ، وَتُغْضِبُهُ كَلِمَةُ الْبَاطِلِ لَهُ وَعَلَيْهِ؛ لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُحِبُّ الْحَقَّ وَالصِّدْقَ وَالْعَدْلَ وَيُبْغِضُ الْكَذِبَ وَالظُّلْمَ. فَإِذَا قِيلَ: الْحَقُّ وَالصِّدْقُ وَالْعَدْلُ الَّذِي يُحِبُّهُ اللَّهُ أُحِبُّهُ وَإِنْ كَانَ فِيهِ مُخَالَفَةُ هَوَاهُ. لِأَنَّ هَوَاهُ قَدْ صَارَ تَبَعًا لِمَا جَاءَ بِهِ الرَّسُولُ. وَإِذَا قِيلَ: الظُّلْمُ وَالْكَذِبُ فَاَللَّهُ يُبْغِضُهُ وَالْمُؤْمِنُ يُبْغِضُهُ وَلَوْ وَافَقَ هَوَاهُ.
مجموع الفتاوى:
(10/600)

Faedah dari : abu bakr jombang

WA thullab fyusy & SLN
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

قال الفضيل بن عياض رحمه الله :

إن لله عبادا
تحيا بهم البلاد
وهم أصحاب السنة .

[ الإبانة لابن بطة (١٧٥/١) ]

Al-Fudhail bin 'Iyadh berkata

Sesungguhnya Allah memiliki para hamba, sebuah negri akan makmur dengan sebab mereka. Merekalah ahlussunnah.

(Al-Ibanah karya Ibnu Battah:1/175)

قال علي رضي الله عنه :

الناس ثلاثة :
● عالم رباني
● ومتعلم على سبيل نجاة
○ وهمج رعاع غوغاء
أتباع كل ناعق
يميلون مع كل ريح .

[ الفقيه والمتفقه (1/94) ]

Ali bin Abi Thalib berkata

Manusia itu ada tiga
•Alim Rabbani
•Seorang yang mempelajari agama di atas jalan keselamatan.
•Seorang yang liar, rendahan, jelata, pengikut semua...., yang condong bersama setiap angin yang berhembus.

(Al-Faqih wal Mutafaqqih:1/94)

قال الخطيب البغدادي رحمه الله :

وكثرة المزاح والضحك :

■ تضع من القدر
■ وتزيل المروءة .

[ الجامع لأخلاق الراوي (1/156) ]

Al-Khatib al-Baghdadi --rahimahullah-- berkata

Banyak bercanda dan tertawa akan
•Merendahkan kedudukan
•dan menghilangkan kewibawaan.

(Al-Jami' Li Akhlaqir Rawi:1/156)

قال أبو الدرداء رضي الله عنه :

● كن عالما
● أو متعلما
● أو محبا
● أو متبعا

○ ولا تكن الخامس فتهلك .

قال الحسن :
الخامس المبتدع .

[ سنن البيهقي (277) ]

Abud Darda' --radhiyallahu 'anhu-- berkata

•Jadilah seorang alim
•Atau thalibul ilmi
•Atau yang mencintai ilmu, alim, dan thalibul ilmi
•Atau yang mengikuti mereka.
Dan janganlah menjadi yang kelima, karena engkau akan binasa.

Al-Hasan berkata, "Yang kelima adalah ahli bid'ah.
(Sunan al-Baihaqi:277)

قال عبد الله بن مسعود رضي الله عنه :

ليس العلم بكثرة الرواية

ولكن العلم :
الخشية .

[ صفة الصفوة (1/190) ]

Abdullah bin Mas'ud --radhiyallahu 'anhu-- berkata,

Bukanlah ilmu dengan banyaknya riwayat. Yang namanya ilmu adalah rasa takut kepada Allah.

(Sifatush Shafwah:1/190)

قال عمر بن عبد العزيز رحمه الله :

من عمل بغير علم :
كان ما يفسد
أكثر مما يصلح .

[ الزهد للإمام أحمد (506) ]

Umar bin Abdil Aziz berkata,

Barangsiapa yang beramal tanpa ilmu, niscaya yang ia rusak akan lebih banyak ketimbang yang diperbaiki.

(Az-Zuhd karya Imam Ahmad:506)

قال الله تعالى :

{ اتقوا الله حق تقاته }

قال ابن مسعود رضي الله عنه :

■ أن يطاع فلا يعصى
■ وأن يشكر فلا يُكفر
■ وأن يذكر فلا ينسى .

[ الرقاق لابن المبارك (273) ]

Allah berfirman
اتقوا الله حق تقاته
Bertakwalah kalian dengan sebenar-benarnya takwa

Ibnu Mas'ud --radhiyallahu 'anhu-- menafsirkan,

•Agar ditaati, bukan dimaksiati
•Agar disyukuri, bukan dikufuri
•Agar dingat-ingat, bukan dilupakan

(Ar-Riqaq karya Abdullah bin Mubarak:273)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

[Ibnu Syihab --rahimahullah-- berkata,

الزهد في الدنيا أن لا يغلب الحرام صبرك، ولا الحلال شكرك

Zuhud terhadap dunia adalah agar sebuah keharaman tidak mengalahkan kesabaranmu dan sebuah kehalalan tidak mengalahkan rasa syukurmu

Jami' Bayanil 'Ilmi Wa Fadhlihi 1/584.

WA Salafy Lintas Negara

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kesalahan-Kesalahan Yang Terjadi Kepada Jama’ah Haji dan Umroh (05)

Kesalahan-Kesalahan Yang Terjadi Kepada Jama’ah Haji dan Umroh

Bagian Kelima

Bismillah

Kemudian kesalahan yang terjadi berikutnya ketika di Arafah dan Muzdalifah serta hari Nahr dan hari Tasrik , di antaranya :

1. Ketika jama’ah berdoa menghadap ke Jabal Rahmah (Arafah) sedangkan Nabi shalallahu a'laihi wa salam berdoa menghadap Kabah ketika beliau wukuf di Arafah.

2. Ketika keluar dari Arafah setelah wukuf sebagian jama’ah shalat Maghrib dan Isya di jalan menuju Muzdalifah.

3. Kebanyakan jama’ah ketika tiba di Muzdalifah tidak memperhatikan batasan Muzdalifah sehingga ketika pagi ternyata mabitnya di luar Muzdalifah.

4. Malam hari setiap di Muzdalifah sibuk mencari batu dan urusan lainnya sehingga besok hari kondisinya kurang tidur sehingga tidak bisa mengamalkan sunnah Nabi shalallahu a'laihi wa salam pada hari Nahr dengan mengerjakan 4 hal :
~ Melempar jamarot aqobah
~.Menyembelih
~.Memendekkan rambut seluruhnya dan mengundul
~ Kemudian thowaf dan sa'i,

Sedangkan Nabi shalallahu a'laihi wa salam ketika mabit di Muzdalifah langsung istirahat setelah shalat Maghrib dan Isya kecuali shalat witir dan sunnah raka’at fajar karena beliau tidak pernah meninggalkan baik keadaan safar atau muqim.

5. Pada hari tasrik melempar sebelum masuk waktu Dhuhur sedangkan Nabi shalallahu a'laihi wa salam dan sahabatnya melempar sesudah masuk waktu shalat Dhuhur.

Kemudian berakhirlah apa yang bisa kami paparkan terkait kesalahan-kesalahan jama’ah haji atau jama’ah umroh ketika melakukan amalan manasik mereka.

Sehingga jalan keluar dari semua ini dengan belajar agama sebagaimana, sabda Rasulullah Shalallahu a'laihi wa salam: (siapa yang Allah kehendaki padanya suatu kebaikan maka Allah pahamkan dia dalam urusan agamanya) Bukhari muslim.

Semoga Allah memahamkan kepada kita ilmu agama dan dijauhkan dari kebodohan .

Barokallahu fiikum wa Jazaakumullahu khairan.

Madinah
Abu Ummi Sulaim Muhammad Arsyad Hafizhahullah

WA Durus Haji dan Umroh

Minggu, 28 September 2014

BERHATI-HATILAH WAHAI SAUDARAKU

"BERHATI-HATILAH WAHAI SAUDARAKU"

Syeikh Sholeh ibn Fauzan hafidzahullah berkata:

"Tidak setiap yang mengaku salafy, dia adalah seorang salafy.

Terkadang ada yang mereka mengaku bahwasannya mereka adalah salafiy, padahal sesungguhnya pada kenyataannya mereka bukanlah orang-orang bermanhajkan salaf, akan tetapi mereka adalah segolongan orang-orang yang bodoh,vyang mana mereka tidak mengetahui hakekat manhaj salaf yang sebenarnya.

Dan terkadang ada juga yang mereka itu mengaku bahwa mereka adalah orang-orang yang bermanhaj salaf, padahal sebenarnya mereka adalah segolongan orang-orang yang hanya membuat kerusakan,yang mana mereka itu adalah orang-orang yang bermanhajkan dengan manhaj khowarij, yang mereka menghalalkan darah kaum muslimin dan selalu membuat kerusakan dimuka bumi.

Dan terkadang ada juga yang mereka mengaku bahwasannya mereka adalah orang-orang yang bermanhajkan salaf, akan tetapi kenyataannya mereka adalah orang-orang yang tidak pernah mau mengambil ilmu dari ulama-ulama salaf, melainkan mereka hanya mengambil ilmu dari kitab-kitab semata, atau hanya dari membahas, atau mereka hanya mengandalkan hapalan semata dan mereka akan memahaminya dengan pemahaman mereka sendiri, yang mana ini bertolak belakang dengan Firman Allahu subhanahu wa ta'ala dan al _qur'an:

{والسابقون الأولون من المحاجرين والأنصار والذين اتبعوهم بإحسان}[التوبة100]

"Dan orang-orang yang lebih dahulu masuk islam dari kalangan muhajirin dan juga ansor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik"

~Yaitu= yang mereka (para ulama') selalu meniti jejak salaf, dan itu tidak akan terealisasikan kecuali dengan adanya ilmu dan juga amal dengan prinsip salaf.

Maka ketahuilah wahai saudaraku,bahwa bahaya daripada mereka-meraka yang mengaku-ngaku bermanhajkan dengan manhaj salaf, adalah bahaya yang sangat besar atas agama dan juga sunnah.

"Dan mereka telah menyisipkan ke dalam agama berbagai macam kebid'ahan dan hawa nafsu beratas namakan salafiyah, yang mana slafiyyah berlepas diri dari semua itu, yang mana semua itu adalah suatu yang bukan dari manhaj salaf.

Dan dengan atas dasar pengakuan bermanhaj salaf ini mereka telah banyak memalingkan para pemuda dan masyarakat yang lainnya kedalam pemalingan syariah.

Dan mereka menjadikan kaum muslimin lari dari manhaj salaf yang sesungguhnya dan menjadikan mereka terjatuh kedalam kebid'ahan.

Dan mereka menanamkan pemikiran-pemikiran pengkafiran dan memerangi kaum-kaum muslimin atas nama salafiyyah, dan salafiyyah berlepas diri dari pemikiran-pemikiran mereka dan pemberontakan mereka.

Maka ketahuilah,bahwa bahaya mereka bagi islam dan juga umatnya, lebih berbahaya dibandingkan musuh-musuh kaum muslimin itu sendiri, karena sesungguhnya mereka merusak agama islam dam kaum muslimin dari dalam barisan kaum mualimin, dan itu lebih berbahaya daripada musuh yang menyerang dari luar.

Berkata, Ibnu Al_Jauzi dalam kitab "AL_MAUDUAAT" :

((قال أبو الوفاء علي بن عقيل الفقيه:قال شيخنا أبو الفضل الهمداني:مبتدعة الإسلام والواضعون للأحاديث أشد من الملحدين،لأن الملحدين قصدوا إفساد الدين من خارج،وهؤلاء قصدوا إفساده من داخل،فهم كأهل بلد سعوا في إفساد أحواله،والملحدون كالحاضرين خارج،فالدخلاء يفتحون الحصن،فهم شر على الإسلام من غير الملابسين له ))

"Telah berkata Abu Alwafa' Ali Ibn Aqil al'faqih: Telah berkata guru kami Abu Fadhl Alhamdani: Orang-orang yang mengada-adakan di dalam Islam dan yang memalsukan hadits-hadits lebih berbahaya dari pada mulhidun,karena para mulhiddun bermaksud merusak agama dari luar, sedangkan mereka bermaksud merusak agama dari dalam, mereka ibarat penduduk suatu negeri yang berusaha merusak negeri tersebut dengan merusak keadaannya, sedangkan para mulhidun seperti orang-orang yang hadir dari luar yang ingin merusak, dan para perusak dari dalam akan membukakan benteng-benteng pertahanan dari dalam. Maka mereka lebih berbahaya bagi Islam daripada orang yang secara terang-terangan memusuhi Islam.

~~~

✏Sumber:
Kitab,
Hakekat Al_Manhaj As_salafy.
~~~~~~~~

~Abu Abdillah Munawwir Al_Maidany~

WA thullab fyusy & SLN

HEWAN QURBAN YANG AFDHAL BAIK JENIS ATAU SIFATNYA DAN YANG MAKRUH

HEWAN QURBAN YANG AFDHAL BAIK JENIS ATAU SIFATNYA DAN YANG MAKRUH

(Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah)

Jenis hewan qurban yang paling afdhal (utama) adalah onta kemudian sapi, jika ia menyembelihnya secara utuh. Kemudian domba, kemudian kambing kacang, kemudian sepertujuh onta, kemudian sepertujuh sapi.

Yang paling utama dalam hal sifatnya adalah yang paling gemuk, paling banyak dagingnya,paling sempurna penciptaannya dan paling bagus penampilannya.

Disebutkan dalam shahih Bukhari dari Anas bin Malik radiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berqurban dengan dua ekor kibas yang bertanduk dan berwarna putih dengan corak hitam.[1]

Kibas adalah domba yang besar. Amlah (أملح) maknanya: berwarna putih yang bercampur hitam, maksudnya warnanya putih dengan corak hitam.

Dari Abu Said Al-Khudri radiallahu anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berqurban dengan seekor kibas yang bertanduk dan jantan, ia makan pada warna hitam, melihat pada warna hitam dan berjalan pada warna hitam.”

Diriwayatkan oleh empat pengarang kitab sunan, At-Tirmidzi berkata: “Hasan shahih.”

Al-Fahil adalah jantan. Makna ia makan pada warna hitam dan seterusnya adalah bahwa bulu pada mulut, kedua mata dan kaki-kakinya berwarna hitam.

Dari Abu Rafi’ radiallahu anhu Maula Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika hendak berqurban, Beliau membeli dua ekor kibas yang gemuk.” Dalam lafadz yang lain: mauju’ (yang telah dikebiri).”HR.Ahmad.[2]

Samin adalah yang banyak lemak dan dagingnya. Mauju’ adalah yang dikebiri dan biasanya itu merupakan jantan yang paling sempurna dari sisi dagingnya yang enak dan jantan yang lebih sempurna dari sisi kesempurnaan ciptaan dan anggota tubuhnya.

Inilah hewan qurban yang paling utama dari sisi jenis dan sifatnya.

Adapun yang dimakruhkan dari hewan qurban adalah sebagai berikut:

1.   Al-‘Adhbaa’, yaitu yang terpotong bagian telinga atau tanduknya setengah atau lebih.

2.   Al-Muqobalah, yaitu yang terbelah telinganya melebar dari depan.

3.   Al-Mudabaroh, yaitu yang terbelah telinganya melebar dari belakang.

4.   Asy-Syarqa’, yaitu yang terbelah telinganya memanjang.

5.   Al-Kharqa’, yaitu yang sobek telinganya.

6.   Al-Mushfaroh, yaitu yang terputus telinganya hingga nampak daging putihnya. Ada pula yang berkata: “Yang dimaksud adalah yang kurus, jika tidak sampai pada batas hilangnya sumsum.”

7.   Al-Musta’shalah, yaitu yang patah seluruh tanduknya.

8.   Al-Bakhqaa’, yaitu yang matanya buta, hilang penglihatannya namun matanya tetap pada posisinya.

9.   Al-Musyayya’ah,yaitu yang tidak mampu mengikuti sekumpulan kambing disebabkan karena kelemahannya kecuali jika ada yang mengiringnya lalu mengarahkannya agar dapat menyusul kumpulan kambing tersebut. Bisa juga dengan huruf “Ya’” yang dikasrah dan bertasydid (المُشَيِّعَة) , yaitu yang tertinggal dibelakang kumpulan kambing disebabkan karena lemahnya, sehingga ia nampak seperti yang mengiringinya.

Inilah hal-hal yang dimakruhkan yang disebutkan dalam beberapa hadits tentang larangan berqurban dengan hewan yang memiliki aib tersebut atau perintah untuk menjauhinya. Larangan tersebut dibawa kepada makna makruh untuk mengkompromikan antara riwayat ini dengan hadits Bara’ bin ‘Azib zyang telah disebutkan pada syarat ketiga dari syarat- syarat berqurban.

Termasuk di antara hal yang dimakruhkan pula adalah hewan yang semisalnya, maka dimakruhkan berqurban dengan yang berikut ini:

1.     Al-Batraa’ dari jenis onta, sapi dan kambing kacang; yaitu yang terpotong setengah ekornya atau lebih.

2.     Yang terpotong dari bokongnya kurang dari setengah. Jika terpotong setengah atau lebih maka berkata Jumhur Ulama: “Tidak sah.” Adapun yang kehilangan bokong sejak asal penciptaannya maka tidak mengapa.

3.     Yang terpotong kemaluannya.

4.     Yang gugur sebagian giginya meskipun gigi tsanaya atau roba’iyah (gigi seri). Jika sejak asal ciptaannya sudah tidak ada, maka hal itu tidak dimakruhkan.

5.     Yang terpotong bagian puting payudaranya. Namun jika sudah tidak ada sejak asal ciptannya, maka tidak dimakruhkan. Dan jika air susunya terhenti dalam keadaan payudaranya tetap normal, maka hal itu tidak mengapa.

Jika lima perkara makruh ini digabungkan dengan kesembilan poin sebelumnya, berarti hal-hal yang dimakruhkan berjumlah empat belas.

Bersambung...

______________________
[1]HR.Bukhari, Kitab Al-Adhahi, bab: At-Takbir ‘Inda Adz-dzabhi,no:5565, dan Muslim, Kitab Al-Adhahi, bab: Istihbab Adh-Dhahiyyah wa Dzabhuhaa Mubaasyarah,no:1966.

[2]HR.Ahmad (6/220), dan Ibnu Majah, Kitab Al-Adhahi,bab: Adhahi Rasulillah n,no:3122.

Dari Kitab : "Talkhis Kitab Ahkam Al Udhiyah wa Adz Dzakat"
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah
Terjemah : Al-Ustadz Abu Muawiyah Askari hafizhahullah 

----------------

http://salafybpp.com/index.php/fiqh-islam/230-hewan-qurban-yang-afdhal-baik-jenis-atau-sifatnya-dan-yang-makruh

TIS (Thalab Ilmu Syar'i)
Via WA Al-Manshuroh

Sunnah-Sunnah Agung di Hari Iedul Adha yang Terlupakan di Zaman Ini

Silsilah Fatawa Hari Raya
------------------------
SUNNAH AGUNG YANG TERLUPAKAN DI HARI RAYA.

Syaikh Abu Furaihan Jamal bin Furaihan al-Haritsiy hafizhohulloh.
~~~~~~~~~~~~~~~~
Sunnah-Sunnah Agung di Hari Iedul Adha yang Terlupakan di Zaman Ini

Pertama:
Sholat 2 roka'at setelah pulang ke rumah dari sholat ied.

Dari Abu Sa'id al-Khudriy rodhiallohu 'anhu beliau berkata:
"Kebiasaan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam tidak melakukan sholat sedikitpun sebelum (sholat) ied maka apabila beliau kembali menuju rumahnya beliau pun menunaikan sholat 2 roka'at ".

Dikeluarkan oleh Imam Ahmad (3/28,40), Ibnu Majah (1293) dan lafazh ada padanya, dan al-Hakim (1/297) dengan lafazh:
"Apabila beliau kembali dari tempat sholat ied beliau sholat 2 roka'at " dan al-Hakim mengatakan: ini adalah sunnah yang agung dengan sanad yang shahih namun tidak dikeluarkan oleh Bukhori-Muslim, dan disepakati oleh ad-Dzahabi.

Berkata penulis "Misbah az-Zujajah" (1/153): "Dan hadits ini sanadnya hasan, dan dihasankan Ibnu Hajar di dalam "Fathul Bari" (2/476) dengan ucapannya: "Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dengan sanad yang hasan dan telah dishahihkan oleh al-Hakim", dan hadits ini dihasankan oleh Albani di dalam "al-Irwa" (3/100).

Kedua:
Dzikir berikut ketika menyembelih hewan kurban.

Dari Jabir bin Abdillah rodhiallohu 'anhu beliau berkata: "Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam menyembelih pada hari penyembelihan 2 ekor domba bertanduk lagi bercorak hitam dan ketika beliau menghadapkan keduanya (ke arah kiblat, pent) beliau mengucapkan:

«ﺇﻧﻲ ﻭَﺟَّﻬْﺖُ ﻭَﺟْﻬِﻲَ ﻟِﻠَّﺬِﻱ ﻓَﻄَﺮَ ﺍﻟﺴﻤﺎﻭﺍﺕ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ ﻋﻠﻰ ﻣِﻠَّﺔِ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺣَﻨِﻴﻔًﺎ ﻭﻣﺎ ﺃﻧﺎ ﻣﻦ ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ﺇِﻥَّ ﺻَﻠَﺎﺗِﻲ ﻭَﻧُﺴُﻜِﻲ ﻭَﻣَﺤْﻴَﺎﻱَ ﻭَﻣَﻤَﺎﺗِﻲ ﻟِﻠَّﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ ﻟَﺎ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟﻪ ﻭَﺑِﺬَﻟِﻚَ ﺃُﻣِﺮْﺕُ ﻭﺃﻧﺎ ﻣﻦ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﻣِﻨْﻚَ ﻭَﻟَﻚَ ﻋﻦ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﺃُﻣَّﺘِﻪِ ﺑِﺎﺳْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺮُ»

"Sesungguhnya aku hadapkan wajahku untuk Yang telah menciptakan langit-langit dan bumi di atas ajaran Ibrohim yang lurus dan aku tidaklah termasuk dari kaum musyrikin. Sesungguhnya sholatku, kurbanku, hidup dan matiku hanya untuk Alloh Robb alam semesta yang tiada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintah dan aku termasuk dari kaum muslimin. Ya Alloh, dari-Mu dan untuk-Mu dari Muhammad dan umatnya, dengan menyebut nama Alloh, Alloh yang maha besar".
Kemudian beliau menyembelih.

Dikeluarkan oleh Ahmad (3/375), Abu Daud (2795) dan lafazh ada padanya, Ibnu Majah (3121), al-Hakim (14/467) dan beliau katakan: "Ini adalah hadits yang shahih berdasarkan syarat Muslim namun tidak dikeluarkan oleh Bukhori-Muslim." Dan disepakati oleh ad-Dzahabi, dan Bahaqi di dalam "al-Kubro" (9/287) dan dikeluarkan oleh Albani di dalam "Shahih sunan Abu Daud" (8/142/2491) dan beliau katakan: "sanadnya hasan dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim serta ad-Dzahabi".

___✒ Ditulis oleh:
Abu Furaihan Jamal bin Furaihan al-Haritsiy.

Ahad, 8/12/1434 H.

Sumber: Muntadayat Nurul Yaqin.

___✏ Alih Bahasa: Muhammad Sholehuddin Abu Abduh.
~~~~~ ~~~~~~

ﺳﻨﻦ ﻋﺰﻳﺰﺓ ﻳﻮﻡ ﻋﻴﺪ ﺍﻷ‌ﺿﺤﻰ ﻭﻋﺰﻳﺰﺓ ﺟﺪﺍً ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺰﻣﻦ.

ﺍﻷ‌ﻭﻟﻰ: ﺭﻛﻌﺘﻴﻦ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻌﻮﺩﺓ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻨﺰﻝ ﻣﻦ ﺻﻼ‌ﺓ ﺍﻟﻌﻴﺪ.
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ﺍﻟْﺨُﺪْﺭِﻱِّ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ: (ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻟَﺎ ﻳُﺼَﻠِّﻲ ﻗﺒﻞ ﺍﻟْﻌِﻴﺪِ ﺷﻴﺌﺎ ﻓﺈﺫﺍ ﺭَﺟَﻊَ ﺇﻟﻰ ﻣَﻨْﺰِﻟِﻪِ ﺻﻠﻰ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ). ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﺣﻤﺪ (3/28، 40)، ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ (1293) ﻭﺍﻟﻠﻔﻆ ﻟﻪ، ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢ (1/297) ﺑﻠﻔﻆ: " ﺇﺫﺍ ﺭﺟﻊ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺼﻠﻰ ﺻﻠﻰ ﺭﻛﻌﺘﻴﻦ" ﻭﻗﺎﻝ: ﻫﺬﻩ ﺳﻨﺔ ﻋﺰﻳﺰﺓ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ ﺻﺤﻴﺢ ﻭﻟﻢ ﻳﺨﺮﺟﺎﻩ، ﻭﻭﺍﻓﻘﻪ ﺍﻟﺬﻫﺒﻲ.
ﻭﻗﺎﻝ ﺻﺎﺣﺐ "ﻣﺼﺒﺎﺡ ﺍﻟﺰﺟﺎﺟﺔ" (1/153):"ﻫﺬﺍ ﺇﺳﻨﺎﺩ ﺣﺴﻦ، ﻭﺣﺴﻨﻪ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻓﻲ "ﺍﻟﻔﺘﺢ" (2/476) ﺑﻘﻮﻟﻪ: " ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ ﺣﺴﻦ ﻭﻗﺪ ﺻﺤﺤﻪ ﺍﻟﺤﺎﻛﻢ"، ﻭﺣﺴﻨﻪ ﺍﻷ‌ﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ "ﺍﻹ‌ﺭﻭﺍﺀ" (3/100).

ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ: ﺍﻟﺬﻛﺮ ﺍﻵ‌ﺗﻲ ﻋﻨﺪ ﺫﺑﺢ ﺍﻷ‌ﺿﺤﻴﺔ.

ﻋﻦ ﺟَﺎﺑِﺮِ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ: ﺫَﺑَﺢَ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺬَّﺑْﺢِ ﻛَﺒْﺸَﻴْﻦِ ﺃَﻗْﺮَﻧَﻴْﻦِ ﺃَﻣْﻠَﺤَﻴْﻦِ ﻣﻮﺟﺌﻴﻦ ﻓﻠﻤﺎ ﻭَﺟَّﻬَﻬُﻤَﺎ ﻗﺎﻝ: ( ﺇﻧﻲ ﻭَﺟَّﻬْﺖُ ﻭَﺟْﻬِﻲَ ﻟِﻠَّﺬِﻱ ﻓَﻄَﺮَ ﺍﻟﺴﻤﺎﻭﺍﺕ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ ﻋﻠﻰ ﻣِﻠَّﺔِ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺣَﻨِﻴﻔًﺎ ﻭﻣﺎ ﺃﻧﺎ ﻣﻦ ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ﺇِﻥَّ ﺻَﻠَﺎﺗِﻲ ﻭَﻧُﺴُﻜِﻲ ﻭَﻣَﺤْﻴَﺎﻱَ ﻭَﻣَﻤَﺎﺗِﻲ ﻟِﻠَّﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ ﻟَﺎ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟﻪ ﻭَﺑِﺬَﻟِﻚَ ﺃُﻣِﺮْﺕُ ﻭﺃﻧﺎ ﻣﻦ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﻣِﻨْﻚَ ﻭَﻟَﻚَ ﻋﻦ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﺃُﻣَّﺘِﻪِ ﺑِﺎﺳْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺮُ) ﺛُﻢَّ ﺫَﺑَﺢَ. ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﺣﻤﺪ (3/375)، ﻭ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ (2795) ﻭﺍﻟﻠﻔﻆ ﻟﻪ، ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ (3121)، ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢ (14/467) ﻭﻗﺎﻝ: " ﻫﺬﺍ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﻋﻠﻰ ﺷﺮﻁ ﻣﺴﻠﻢ ﻭﻟﻢ ﻳﺨﺮﺟﺎﻩ "ﻭﻭﺍﻓﻘﻪ ﺍﻟﺬﻫﺒﻲ، ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻓﻲ "ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ" (9/287). ﻭﺧﺮّﺟﻪ ﺍﻷ‌ﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ "ﺻﺤﻴﺢ ﺳﻨﻦ ﺃﺑﻲ ﺩﺍﻭﺩ" (8/142/2491ﻡ) ﻭﻗﺎﻝ: "ﺇﺳﻨﺎﺩﻩ ﺣﺴﻦ ﻭﺻﺤﺤﻪ ﺍﺑﻦ ﺧﺰﻳﻤﺔ ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻭﺍﻟﺬﻫﺒﻲ".

ﻛﺘﺒﻪ
ﺃﺑﻮ ﻓﺮﻳﺤﺎﻥ ﺟﻤﺎﻝ ﺑﻦ ﻓﺮﻳﺤﺎﻥ ﺍﻟﺤﺎﺭﺛﻲ

ﺍﻷ‌ﺣﺪ 8 / 12 / 1434ﻫـ.

ﺍﻟﻤﺼﺪﺭ: ﻣﻨﺘﺪﻳﺎﺕ ﻧﻮﺭ ﺍﻟﻴﻘﻴﻦ
------------------------
WA Ahlus Sunnah Karawang.
via WA Al-Manshuroh

Serba-Serbi Tentang Hari-Hari Dunia Terbaik (Awal Bulan Dzulhijjah)

Serba-Serbi Tentang Hari-Hari Dunia Terbaik (Awal Bulan Dzulhijjah)

~ Pengantar ~

Asal serial ini adalah risalah yang disusun oleh Abu Nafi' Salim alKalali waffaqohullah yang diposting dalam link:

http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=96043

Selanjutnya akan dicuplikkan beberapa faidah dari risalah tersebut dengan terjemah bebas dan beberapa penyesuaian sebagai motivasi bagi kami khususnya dan kita sekalian dalam mengisi 10 hari awal Dzulhijjah ini dengan landasan ilmu yang mengokohkan keyakinan dalam beramal shalih,

Kita memohon taufiq dan inayah Allah untuk memudahkan segenap urusan kita ...

Mengapa bulan ini dinamakan Dzulhijjah ?

AlHafidz Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya 4/1655 menukil tulisan Syaikh 'Alamuddin asSakhowi dalam sebuah risalah yang berjudul "alMasyhur fi asma-i alAyyam wasySyuhur" bahwa [[ kata HIJJAH disebut demikian karena diselenggarakannya ibadah Hajji di dalamnya dan berkumpulnya para pemilik hujjah]].

WIP | WA alI'tishom - Probolinggo
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Serba-serbi tentang hari-hari dunia terbaik (Awal bulan Dzulhijjah)

Keutamaan bulan Dzulhijjah:

1. Merupakan penutup bulan-bulan harom (الأشهر الحرم); yang Allah ta’ala haromkan perbuatan dzolim (lebih dari bulan-bulan lain) sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَات وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ وَقَاتِلُواْ الْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

<< Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah sejumlah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia Menciptakan langit dan bumi, di antaranya terdapat empat bulan harom. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian mendzolimi diri kalian dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kalian semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah menyertai orang-orang yang bertaqwa >>
atTaubah : 36

2. Merupakan penutup bulan-bulan yang dimaklumi (الأشهر المعلومات) sebagai bulan pelaksanaan ibadah hajji yang telah Allah firmankan padanya:

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ

<< ibadah hajji itu (diselenggarakan) pada bulan-bulan yang dimaklumi >>
alBaqoroh : 197

yaitu (bersama) Syawwal, Dzulqo’dah dan Dzulhijjah itu sendiri.

Perhatian (تنبيه):
Termasuk di antara yang disunnahkan jika manusia telah menyaksikan hilal bulan Dzulhijjah sedangkan dia meniatkan akan menyembelih binatang qurban (bagi diri dan keluarga yang di bawah tanggungan di rumah tinggal dia), hendaknya dia sendiri menahan diri dari mencabut/mengambil semua bagian rambut (baik yang tumbuh di kepala demikian juga seluruh permukaan tubuhnya), dan kukunya (serta kulitnya).

Sebagaimana Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau telah bersabda:

إذا دخلت العشر وأراد أن يضحي فلا يمس من شعره وبشره شيئا

[[ jika telah masuk 10 (awal bulan Dzulhijjah), sementara dia berencana menyembelih udhiyah (binatang qurban) maka janganlah dia ‘menyentuh’ sedikitpun dari bagian rambut dan permukaan kulitnya ]] Riwayat alImam Muslim rahimahullah dalam shahih beliau 1977/39

Sementara dalam riwayat yang lain oleh beliau pula pada 1977/40 disebutkan dengan redaksi:

إذا دخل العشر وعنده أضحية يريد أن يضحي فلا يأخذن شعراً ولا يقلمن ظفراً

[[ jika telah masuk 10 (hari awal dari Dzulhijjah) sementara padanya terdapat udhiyyah (binatang ternak yang hendak diqurbankan kepada Allah) maka janganlah dia mengambil bagian rambutnya dan jangan pula memotong bagian kukunya ]]

WIP | WA alI'tishom - Probolinggo
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Serba-serbi tentang hari-hari dunia terbaik (Awal bulan Dzulhijjah)

  (Revisi)

Beberapa amal ibadah yang disunnahkan pada sepuluh awal (tanggal 1-9)*) di bulan Dzulhijjah

1. Shoum/puasa sembilan hari di (awal) bulan Dzulhijjah; (diantara hikmahnya) karena masuknya waktu pelaksanaan sekian banyak amal shalih padanya

عن هنيدة بن خالد عن امرأته عن بعض أزواج النبي أن النبي كان يصوم تسع من ذي الحجة, ويوم عاشوراء وثلاثة أيام من كل شهر, أول اثنين وخميس

Dari Hunaidah bin Kholid dari istri beliau dari salah seorang/beberapa istri Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, (disebutkan) “bahwa Nabi biasa berpuasa sembilan hari di bulan Dzulhijjah, demikian juga pada hari ‘Asyuro (10 Muharrom), serta tiga hari (pertengahan) pada setiap bulannya, dan di awali (setiap) hari Senin dan Kamis.” Diriwayatkan oleh anNasa’i dan Abu Dawud serta dishahihkan alMuhaddits alAlbani rahimahumullah.**)

Imam anNawawi rahimahullah memilih dalam syarh beliau terhadap Shahih Muslim bahwa hukumnya:
مستحبة استحباباً شديداً
“sangat ditekankan sunnahnya”

Berkata pula alHafidz Ibnu Rojab alHanbali rahimahullah: “(implementasi) puasa jika disandarkan kepada 10 hari, maka yang dimaksud adalah puasa pada hari-hari yang diperbolehkan puasa padanya*).” [Lathoiful Ma’arif 461]

2. (memperbanyak) Dzikir

Allah Ta’ala berfirman:

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ

<< dan hendaklah kalian berdzikir menyebut Nama Allah (terlebih) pada hari-hari yang telah dimaklumi >> alHajj : 27

Abdullah ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:
“(yang dimaksud dengan) hari-hari yang dimaklumi adalah hari-hari yang 10*)” sebagaimana disebutkan secara mu’allaq oleh Imam alBukhori.

3. (lebih khusus lagi memperbanyak) Takbir

Imam alBukhori menyebutkan:
“Dahulu di antara kebiasaan (Abdullah) ibnu Umar dan Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhuma beliau berdua menyengaja keluar menuju pasar pada hari-hari di 10 pertama bulan Dzulhijjah dalam rangka kedua beliau bertakbir, sehingga manusiapun (meneladani keduanya) juga bertakbir sebagaimana takbir kedua beliau. Disebutkan oleh alBukhori dalam ta’liq (penjelasan tambahan dari matan) 1/290 dan dinyatakan tersambung riwayatnya melalui ‘Abd bin Humaid sebagaimana dijelaskan dalam Fathulbari 2/381 serta dishahihkan al’Allamah alAlbani rahimahullah dalam alIrwa’ 31/124 nomor 651.

Syaikh ibnu ‘Utsaimin berkata rahimahullah: “Dan disukai (mustahab) melantunkan takbir hingga jelas terdengar (jahr) merujuk kepada contoh perbuatan Umar (bin alKhoththob) dan putranya (Abdullah) serta Abu Huroiroh” radhiyallahu ‘anhum jami’an. Dan sangat diperlukan bagi kita sebagai kaum muslimin menghidupkan sunnah yang mulai ditinggalkan pada hari-hari ini, bahkan demikian telah dilupakannya sampaipun pada kalangan pihak yang memiliki kebaikan – yang patut disesali – berbeda dengan keadaan para salaf yang shalih.”

Keterangan tambahan penerjemah:
-----------
*) yang dimaksud adalah tanggal 1-9 Dzulhijjah, sebagaimana penjelasan para ulama diantaranya anNawawi rahimahullah dalam syarh shahih Muslim :
والمراد بالعشر هنا الأيام التسعة من أول ذى الحجة
“sedangkan yang dimaksud dengan (ungkapan)”sepuluh” di sini adalah 9 hari pada awal bulan Dzulhijjah”. Dan dikarenakan tanggal 10 adalah hari raya (ied alAdh-ha) yang telah dimaklumi keutamaannya secara terpisah dan telah diharomkan berpuasa padanya.

**) dirajihkan oleh beliau (alAlbani dalam Shahih Abu Dawud) redaksi اثنين وخميس yang bermakna “hari Senin dan Kamis” pada riwayat anNasa’ai dan Abu Dawud dalam ‘Aunul Ma’bud (salah satu kitab syarhnya) dari redaksi اثنين وخميسين yang bermakna “hari Senin & 2 hari Kamis” pada sebagian naskah riwayat Abu Dawud sebagaimana juga secara asal tertulis demikian pada risalah asal yang disusun almu’allif waffaqohullah.

WIP | WA alI'tishom - Probolinggo

Via WA Al-Manshuroh

Sabtu, 27 September 2014

HUKUM PUASA HARI 'ARAFAH DAN 8 HARI SEBELUMNYA

HUKUM PUASA HARI 'ARAFAH DAN 8 HARI SEBELUMNYA

Berkata Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu:

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ؟ فَقَالَ: «يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ»

"Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang puasa pada hari 'Arafah, maka beliau menjawab: "Puasa itu akan menghapus dosa-dosa satu tahun yang lalu dan yang akan datang" [HR. Muslim].

Masalah: Bolehkah kita puasa dari tanggal 1 - 9 Dzulhijah atau 8 – 9 Dzulhijah?

Jawab: Di antara hari-hari yang disunnahkan untuk kita berpuasa adalah dari tanggal 1 - 9 Dzulhijjah. Ini adalah pendapat jumhur ulama. Dalil mereka adalah hadits Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

أنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: «مَا العَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ؟» قَالُوا: وَلاَ الجِهَادُ؟ قَالَ: «وَلاَ الجِهَادُ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ»

"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada amalan yang lebih utama dari pada amalan yang dikerjakan pada hari-hari ini (10 hari diawal bulan dzulhijah_pent), para shahabat berkata: Tidak pula jihad? Beliau menjawab: "Tidak pula jihad, kecuali seseorang yang keluar dari rumahnya dengan mengorbankan diri dan hartanya (dijalan Allah), lalu dia tidak kembali lagi" [HR. Al-Bukhari].

Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar:
"Hadits ini dijadikan dalil untuk keutamaan berpuasa 10 hari di awal bulan dzulhijah (kecuali tanggal 10, maka tidak boleh berpuasa pada hari raya_pent) karena puasa termasuk bentuk amalan." [Fathul Bari no 969]

Masalah: Apabila ada yang bertanya: Bagaimana dengan hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata:

«مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَائِمًا فِي الْعَشْرِ قَطُّ»

"Aku tidak pernah melihat sama sekali Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa di sepuluh hari tersebut!"

Hal ini dijawab oleh al-Imam an-Nawawy rahimahullah: "Bisa jadi maksudnya tidak berpuasa sama sekali pada hari tersebut karena sakit, safar atau yang lainnya, atau Aisyah tidak melihat beliau shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa, bukan berarti beliau tidak berpuasa pada hari tersebut. [Syarh Shohih Muslim 8/71-72]

Berkata al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah: "Bisa saja Nabi shallallahu 'alaihi wasallam  meninggalkan amalan puasa dikarenakan kuatir akan menjadi kewajiban atas umatnya, dalam keadaan beliau ingin mengamalkannya " [Fathul Bari no 969].

Demikian penjelasan ringkas seputar masalah ini kami sampaikan. Semoga bermanfaat untuk Islam dan kaum muslimin. Wallahul muwaffiq.

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

✏ Ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy_2 Dzulhijjah 1435 H/ 26 September 2014_di Darul Hadits Al Fiyusy_Harosahallohu.

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

Silahkan kunjungi blog penulis untuk mengunduh PDF-nya dan mendapatkan artikel yang lainnya:
www.pelajaranforumkis.wordpress.com atau www.pelajarankis.blogspot.com

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

WA. Thullab Al-Fiyusy & SLN

Kumpulan Mutiara Salaf (25)

TERCELANYA TAKLID

Al-Imam Abu Hanifah rahimahullah mengatakan, “Tidak halal bagi siapa pun mengambil pendapat kami tanpa mengetahui dari mana kami mengambilnya.”

Dalam riwayat lain, beliau mengatakan, “Haram bagi siapa pun yang tidak mengetahui dalil yang saya pakai untuk berfatwa dengan pendapat saya. Sebab, sesungguhnya kami adalah manusia, perkataan yang sekarang kami ucapkan, mungkin besok kami rujuk (kami tinggalkan).”
 
Al-Imam Malik rahimahullah mengatakan, “Saya hanyalah manusia biasa, mungkin salah dan mungkin benar. Maka dari itu, perhatikanlah pendapat saya, jika sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, ambillah. Apabila tidak sesuai dengan keduanya, tinggalkanlah.”

Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Semua permasalahan yang sudah disebutkan dalam hadits yang sahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berbeda dengan pendapat saya, maka saya rujuk dari pendapat itu ketika saya masih hidup ataupun sudah mati.”

Al-Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, “Janganlah kalian taklid kepada saya dan jangan taklid kepada Malik, asy-Syafi’i, al-Auza’i, ataupun (Sufyan) ats-Tsauri. Akan tetapi, ambillah (dalil) dari mana mereka mengambilnya.”

Sumber:  Majalah Asy Syariah || http://2.ly/zftw

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

PERMATA SALAF

Utbah bin Ghazwan mengatakan, “Sesungguhnya, dunia telah mengumumkan kepergian dan keterputusannya. Dia berbalik dengan cepat. Tidak ada yang tersisa selain seukuran air yang tertinggal di dasar gelas yang akan diminum oleh pemiliknya. Sesungguhnya kalian akan berpindah ke satu negeri yang abadi. Berpindahlah dengan membawa barang terbaik yang kalian miliki sekarang. Sungguh telah disebutkan kepada kami bahwa sebuah batu dilempar dari bibir Jahannam lalu melayang jatuh selama tujuh puluh tahun tanpa menyentuh dasarnya.”
(Min Washaya as-Salaf halaman. 37—38)

Sumber: Majalah Asy Syariah: || http://goo.gl/vLhfpc

WhatsApp Salafy Indonesia

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

PINTU-PINTU KERUSAKAN

Dzun Nun Al-Mishri rahimahullah ( seorang ulama setelah masa tabi’ut tabi’in) berkata:
“Bukti seseorang cinta kepada Allah subhanahu wa ta'ala adalah cinta kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, juga cinta kepada akhlaknya, amalan-amalannya, perintah-perintahnya serta Sunnah-sunnahnya (ajaran beliau).”

Beliau juga berkata:
“Sesungguhnya kerusakan itu menyusupi hamba Allah subhanahu wa ta'ala pada enam perkara:

1. Lemahnya niat akan amalan akhirat.
2. Mereka menjadikan tubuh mereka sebagai jaminan (sarana) untuk (melampiaskan) syahwat mereka.
3. Panjangnya angan-angan mengalahkan harapan.
4. Lebih mendahulukan keridhaan manusia daripada keridhaan Allah subhanahu wa ta'ala
5. Mengikuti hawa nafsu dan meninggalkan Sunnah (ajaran) Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam
6. Menjadikan ketergelinciran (kekeliruan) Ulama Salaf sebagai dalil baginya, lalu menyembunyikan keutamaan mereka.”

Sumber: Majalah Asy Syariah: || http://2.ly/zhZg

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

MEWASPADAI SIKAP SOMBONG KARENA ILMU

Wahb bin Munabbih rahimahullah berkata, “Sesungguhnya ilmu dapat membuat sombong sebagaimana harta.”

Masruq rahimahullah berkata, “Cukuplah seseorang dikatakan berilmu jika ilmu tersebut membuahkan rasa takut kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Sebaliknya, cukuplah seseorang dianggap bodoh tatkala membanggakan diri dengan ilmunya.”

Abu Wahb al-Marwazi rahimahullah berkata, “Aku bertanya kepada Ibnul Mubarak tentang kesombongan. Beliau menjawab, ‘(Kesombongan) adalah engkau meremehkan dan merendahkan manusia.’ Kemudian aku bertanya kepadanya mengenai ujub (bangga diri). Beliau pun menjawab, ‘(Ujub) adalah engkau memandang bahwa dirimu memiliki sesuatu yang tidak ada pada selainmu’.”

Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata, “Di antara adab seorang alim yang paling utama adalah bersikap rendah hati (tawadhu’) dan tidak ujub, yakni merasa sombong, bangga, dan terkagum-kagum terhadap ilmu yang dimilikinya. Adab berikutnya, ia berusaha menjauhi kecintaan akan kepemimpinan dengan sebab ilmunya.”

Al-Baihaqi rahimahullah berkata, “Ketahuilah, fondasi dari suatu kedudukan adalah senang tersebarnya reputasi, cinta ketenaran, dan kemasyhuran, padahal itu merupakan bahaya yang sangat besar. Adapun keselamatan itu terdapat pada lawannya, yakni menjauhi ketenaran.”

Para ulama tidak bertujuan mencari kemasyhuran. Tidak pula mereka menampakkan dan menawarkan diri untuk tujuan tersebut. Mereka juga tidak menempuh sebab-sebab yang menyampaikan ke arah sana. Apabila ternyata kemasyhuran tersebut datang dari sisi Allah subhanahu wa ta'ala, mereka berusaha melarikan diri darinya. Mereka lebih mengutamakan ketidaktenaran.
(an-Nubadz fi Adabi Thalabil Ilmi halaman. 185—186)

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://2.ly/zh4N

WhatsApp Salafy Indonesia

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

HAKIKAT KEINDAHAN

Suatu hari, seseorang bertanya kepada al-Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah, “Wahai Abu Sa’id, pakaian apakah yang paling Anda sukai?”

Beliau rahimahullah menjawab, “Yang paling tebal, paling kasar, dan yang paling rendah di mata manusia.”

Si penanya berkata, “Bukankah ada riwayat bahwasanya ‘Allah itu Mahaindah dan menyukai keindahan’?”

Beliau rahimahullah menjawab, “Wahai anak saudaraku, sesungguhnya aku telah menganut tidak hanya satu mazhab. Seandainya keindahan di sisi Allah subhanahu wa ta'ala adalah pakaian, niscaya orang-orang fajir (jahat) lebih memiliki kedudukan di sisi-Nya daripada orang-orang yang baik. Hanya saja, keindahan itu adalah mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan melaksanakan amalan ketaatan, menjauhi kemaksiatan, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti yang baik. Seperti itu pula hadits sahih yang diriwayatkan dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ

“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia.”

(Mawa’izh lil Imam al-Hasan al-Bashri halaman. 83)

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://2.ly/zh3C

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Wajib Menolak Kemungkaran Dengan Hati Apapun Kondisinya

Diriwayatkan dari Abu Juhaifah rahimahullah beliau mengatakan:
Ali radhiyallahu 'anhu berkata:

“Sesungguhnya sesuatu yang pertama kali diharuskan atas kalian dari urusan jihad adalah berjihad dengan tangan-tangan kalian, kemudian berjihad dengan lisan-lisan kalian, kemudian berjihad dengan hati-hati kalian. Maka barangsiapa yang hatinya tidak mengetahui yang ma’ruf dan tidak mengingkari yang mungkar, hati itu akan terbalik. Bagian atasnya menjadi bagian bawahnya.”

Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu mendengar seseorang berkata: “Binasalah orang yang tidak memerintahkan yang ma’ruf dan tidak mencegah yang mungkar.”
Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu  menimpali: “Binasalah siapa saja yang hatinya tidak dapat mengenali mana yang ma’ruf dan mana yang mungkar.”

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menjelaskan: “Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu  mengisyaratkan bahwa mengetahui perkara yang ma’ruf dan yang mungkar dengan hati merupakan perkara yang wajib. Tidak gugur kewajiban tersebut dari seorangpun. Maka barangsiapa yang tidak dapat mengenalinya, dia akan binasa. Adapun mengingkari kemungkaran dengan lisan dan tangan, kewajiban tersebut hanyalah disesuaikan dengan kemampuan."

Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu juga mengatakan: ‘Hampir-hampir saja orang yang hidup di antara kalian akan menyaksikan kemungkaran yang tidak mampu untuk diingkarinya, hanya saja Allah mengetahui dari hati orang tersebut bahwa dia sangat membenci kemungkaran itu’.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam hal. 258-259)

Sumber Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/pybmus5

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

KAIDAH MEMPERLAKUKAN ORANG LAIN

Al-Hakim rahimahullah berkata, “Ketulusan dalam hal bergaul dengan makhluk adalah engkau senang apabila mereka memperlakukanmu sebagaimana engkau memperlakukan mereka.”

Abu Bakr bin ‘Ayyasy rahimahullah mengatakan, “Raihlah keutamaan dengan cara engkau mengutamakan orang lain. Sesungguhnya, manusia memperlakukan dirimu sebagaimana engkau memperlakukan mereka.”

Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata, “Ada tiga hal yang akan membuat kecintaan saudaramu kepadamu menjadi tulus: engkau mengucapkan salam ketika bertemu dengannya, melapangkan majelis untuknya, dan memanggilnya dengan nama yang paling disenanginya.”
(Adabul ‘Isyrah wa Dzikru ash-Shuhbah wal Ukhuwwah, Abul Barakat al-Ghazzi)

Sumber Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/lw4xgju

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

MERAIH MANISNYA IMAN

Abdullah bin al-Abbas bin Abdil Muththalib  berkata,

مَنْ أَحَبَّ فِي اللهِ وَأَبْغَضَ فِي اللهِ وَوَالَى فِي اللهِ وَعَادَى فِي اللهِ، فَإِنَّمَا تَنَالُ وِلَايَةَ اللهُ بِذَلِكَ، وَلَنْ يَجِدَ عَبْدٌ طَعْمَ الْإِيْمَانِ-وَإِنْ كَثُرَتْ صَلَاتُهُ وَصَوْمُهُ-حَتَّى يَكُونَ كَذَلِكَ، وَقَدْ صَارَتْ عَامَّةُ مُؤَاخَاةِ النَّاسِ عَلَى أَمْرِ الدُّنْيَا، وَذَلِكَ لاَ يُجْدِي عَلَى أَهْلِهِ شَيْئًا

“Barang siapa mencintai karena Allah subhanahu wa ta'ala, membenci karena Allah subhanahu wa ta'ala, membela karena Allah subhanahu wa ta'ala dan memusuhi karena Allah subhanahu wa ta'ala, dengan itu ia peroleh kecintaan Allah subhanahu wa ta'ala.

Seorang hamba juga tidak akan mendapatkan manisnya iman meskipun banyak shalat dan puasanya hingga ia memiliki sifat-sifat itu.

Sungguh, kebanyakan persaudaraan manusia adalah karena urusan dunia (bukan lagi karena Allah subhanahu wa ta'ala), dan yang seperti itu tidaklah memberi manfaat sedikit pun pada dirinya.”
(Riwayat Abu Dawud, “Kitab as-Sunnah” no. 4681, dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 380)

Sumber Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/obutams

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

MENJAUHI PERDEBATAN DALAM HAL AGAMA

Ma’n bin Isa berkata, “Suatu hari, (al-Imam) Malik bin Anas rahimahullah keluar dari masjid dalam keadaan bersandar pada tanganku. Ada seorang lelaki -yang dipanggil Abul Huriyah, yang tertuduh berpemahaman Murji’ah- menyusulnya dan mengatakan, “Wahai hamba Allah, dengarkanlah sesuatu yang akan aku sampaikan kepadamu. Aku akan beradu hujah denganmu dan memberitahumu tentang pemikiranku.”

Al-Imam Malik rahimahullah bertanya, “Bagaimana jika engkau mengalahkanku (dalam perdebatan)?”

Dia menjawab, “Kalau aku mengalahkanmu, engkau harus mengikuti pemikiranku.”

Al-Imam Malik rahimahullah bertanya lagi, “Kalau ada orang lain yang kemudian mendebat lantas mengalahkan kita?”

Dia menjawab, “Kita ikuti dia.”

Al-Imam Malik rahimahullah menukas,

يَا عَبْدَ اللهِ، بَعَثَ اللهُ مُحَمَّدًا بِدِيْنٍ وَاحِدٍ، وَأَرَاكَ تَنْتَقِلُ مِنْ دِيْنٍ إِلَى دِينٍ

“Wahai hamba Allah, Allah Subhanahu wata’ala mengutus Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan satu agama. Namun, aku lihat engkau berpindah dari satu agama ke agama yang lain.”
(asy-Syari’ah, al-Ajurri, hlm. 62). (Catatan kaki al-Ajwibah al-Mufidah ‘an As’ilatil Manahij al-Jadidah hlm. 78, cet. Maktabah al-Huda al-Muhammadi)

Soumber: Majalah Asy Syariah ||  http://tinyurl.com/q6ksu75

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

HAFALKAN AL-QUR'AN TERLEBIH DAHULU

Abu Umar bin Abdil Barr rahimahullah berkata:

“Menuntut ilmu itu ada tahapan-tahapannya. Ada marhalah-marhalah dan tingkatan-tingkatannya. Tidak sepantasnya bagi penuntut ilmu untuk melanggar/melampaui urutan-urutan tersebut. Barangsiapa secara sekaligus melanggarnya, berarti telah melanggar jalan yang telah ditempuh oleh as-salafus shalih rahimahumullah. Dan barangsiapa melanggar jalan yang mereka tempuh secara sengaja, maka dia telah salah jalan, dan siapa saja yang melanggarnya karena sebab ijtihad maka dia telah tergelincir.

Ilmu yang pertama kali dipelajari adalah menghafal Kitabullah serta berusaha memahaminya. Segala hal yang dapat membantu dalam memahaminya juga merupakan suatu kewajiban untuk dipelajari bersamaan dengannya. Saya tidak mengatakan bahwa wajib untuk menghafal keseluruhannya. Namun saya katakan bahwasanya hal itu adalah kewajiban yang mesti bagi orang yang ingin untuk menjadi seorang yang alim, dan bukan termasuk dari bab kewajiban yang diharuskan.”

Al-Khathib Al-Baghdadi rahimahullah berkata: “Semestinya seorang penuntut ilmu memulai dengan menghafal Kitabullah, di mana itu merupakan ilmu yang paling mulia dan yang paling utama untuk didahulukan dan dikedepankan.”

Al-Hafizh An-Nawawi rahimahullah berkata: “Yang pertama kali dimulai adalah menghafal Al-Qur’an yang mulia, di mana itu adalah ilmu yang terpenting di antara ilmu-ilmu yang ada. Adalah para salaf dahulu tidak mengajarkan ilmu-ilmu hadits dan fiqih kecuali kepada orang yang telah menghafal Al-Qur’an. Apabila telah menghafalnya, hendaklah waspada dari menyibukkan diri dengan ilmu hadits dan fiqih serta selain keduanya dengan kesibukan yang dapat menyebabkan lupa terhadap sesuatu dari Al-Qur’an tersebut, atau waspadalah dari hal-hal yang dapat menyeret pada kelalaian terhadapnya (Al-Qur’an). (An-Nubadz fi Adabi Thalabil ‘Ilmi hal. 60-61)

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/khf4xdl

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

WASIAT QAIS BIN ‘ASHIM KEPADA PUTRA-PUTRANYA

Beliau berkata:
“Bertakwalah kalian kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan jadikanlah orang tertua di antara kalian sebagai pemimpin. Sungguh apabila suatu kaum mengangkat orang tertua mereka sebagai pemimpin niscaya pemimpin tersebut akan menggantikan peran orang tua mereka dalam memberikan/melakukan yang terbaik bagi mereka. Jikalau orang termudanya yang dijadikan sebagai pemimpin yang ditaati tentu akan menyebabkan berkurangnya penghormatan terhadap orang-orang tuanya, berakibat pada pembodohan mereka, peremehan, serta sikap tidak merasa butuh terhadap orang-orang tua tersebut.

Hendaklah kalian memiliki harta dan mengembangkannya melalui pekerjaan/usaha yang baik, karena hal itu akan menjadikan kalian memiliki kemuliaan serta kedudukan yang tinggi serta mencukupkan kalian dari meminta-minta. Hati-hatilah kalian, jangan sampai mengemis-ngemis kepada manusia, karena hal itu merupakan batasan terakhir dari usaha seseorang. Jika aku mati, janganlah kalian melakukan niyahah (meratap), sebab Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam  tidaklah diniyahahi. Jika aku mati, kuburkanlah di tanah yang tidak diketahui oleh Bani Bakr bin Wail, karena di masa jahiliah dulu, aku pernah menyerang mereka secara tiba-tiba pada saat mereka lengah.”. (Syarh Shahih Al-Adabul Mufrad hal. 475)

Sumber Majalah Asy Syariah ||  http://tinyurl.com/ovcm76k

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

POKOK HIKMAH ADALAH DIAM

Muhammad bin ‘Ajlan rahimahullah mengatakan,

“Ucapan manusia ada empat macam: (1) berzikir mengingat Allah subhanahu wa ta'ala, (2) membaca al-Qur’an, (3) bertanya tentang sebuah ilmu lalu ia diberi tahu, dan (4) berkata tentang urusan dunia yang diperlukan.

Seseorang berkata kepada Salman al-Farisi radhiyallahu 'anhu ‘Berilah aku wasiat!’
Salman mengatakan, ‘Engkau jangan berbicara.’
Lelaki itu menjawab, ‘Orang yang hidup di tengah-tengah manusia tidak mungkin tidak berbicara.’
Salman menukas, ‘Jika demikian, kalau engkau berbicara, bicaralah yang benar. Kalau tidak, diamlah.’

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu mengatakan, ‘Demi Allah, yang tidak ada sesembahan yang benar selain Dia, tidak ada sesuatu di muka bumi ini yang lebih pantas dipenjara dalam waktu yang lama selain lisan.’

Wahb bin Munabbih rahimahullah mengatakan, ‘Para ahli hikmah bersepakat bahwa pokok hikmah adalah diam’.” (Jami’ al-‘Ulum wal Hikam halaman 178)

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/ltpmq7o

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

URGENSI HARTA DAN KESEHATAN DALAM MEMBENTENGI AGAMA

Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata, “Harta pada zaman dahulu adalah sesuatu yang dibenci. Adapun pada hari ini, harta adalah perisai seorang mukmin. Kalau saja bukan karena dinar-dinar ini, niscaya para penguasa menjadikan kita sebagai sapu tangan-sapu tangan mereka.”

Beliau juga berkata, “Siapa saja yang memiliki harta benda, hendaklah ia mengembangkannya dengan baik karena ini adalah suatu masa yang apabila seseorang didera oleh kebutuhan, sesuatu yang pertama kali dia korbankan adalah agamanya.”

Al-Munawi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya, badan yang sehat merupakan pendukung aktivitas peribadatan. Oleh karena itu, kesehatan adalah harta berlimpah yang tiada taranya. Adapun si sakit adalah orang yang lemah. Sementara itu, umur yang diberikan akan menguatkan. Kesehatan bersama kefakiran lebih baik daripada kekayaan bersama kelemahan. Orang yang lemah itu ibarat mayat.”

Beliau juga mengatakan, “Kekayaan tanpa ketakwaan adalah kebinasaan karena seseorang akan mengumpulkannya bukan dari jalan yang benar dan akan menahan atau memberikannya bukan pada sasaran yang benar.” (Syarah Shahih al-Adabil Mufrad lil Imam al-Bukhari, 1/394–395)

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/mwchcz9

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

HAKIKAT CINTA KEPADA ALLAH

Al-Hasan rahimahullah berkata, “Ketahuilah, engkau tidak dianggap mencintai Rabbmu hingga engkau mencintai ketaatan kepada-Nya.”

Dzun Nun rahimahullah ditanya, “Kapankah aku dikatakan mencintai Rabbku?” Beliau menjawab, “Seseorang dianggap mencintai Allah apabila ia bersabar terhadap hal-hal yang dibenci-Nya.”

Yahya bin Mu’adz rahimahullah berkata, “Orang yang mengaku mencintai Allah subhanahu wa ta'ala, tetapi tidak menjaga batasan-batasan-Nya, bukanlah orang yang jujur.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, halaman 104, cet. Darul ‘Aqidah)

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/oupnyxj

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

DUNIA AKAN BERLALU AKHIRAT AKAN MENYONGSONG

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata dalam salah satu khutbahnya, “Sesungguhnya, dunia bukanlah negeri keabadian kalian. Allah Subhanahu wata’ala telah menetapkan kefanaannya. Dia  juga menetapkan bahwa penghuninya akan meninggalkannya. Betapa banyak tempat yang makmur dan dicatat oleh sejarah, hancur dalam waktu sekejap. Betapa banyak orang yang tinggal dalam keadaan senang, tiba-tiba harus beranjak pergi. Karena itu, siapkanlah sarana terbaik yang ada pada kalian sekarang —semoga Allah Subhanahu wata’ala merahmati kalian— untuk menempuh perjalanan (kelak). Siapkanlah bekal, dan bekal terbaik adalah takwa.”

Sebagian ahli hikmah mengatakan, “Aku heran terhadap manusia yang akan ditinggalkan oleh dunia dan akan disongsong oleh akhirat—, ia justru sibuk dengan hal yang akan meninggalkannya dan lalai dari sesuatu yang akan menyongsongnya. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam halaman. 516)

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/n57lqx8

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Faedah 'Ilmiyyah :

قال ابن القيم رحمه الله‎ ‎في كتابه‎ ‎الصوائق المرسلة (2/516) : فمن هداه الله - سبحانه - إلى الأخذ بالحق حيث كان ومع من كان، ولو كان مع من يبغضه ويعاديه، ورد الباطل مع من كان ولو كان مع من يحبه ويواليه، فهو ممن هدى الله لما اختُلف فيه من الحق.

Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullahu dalam kitabnya Ash Shawaiqul Mursalah (2/516) :

Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah untuk mengambil kebenaran di manapun dia berada dan bersama dengan siapapun al-haq itu, walaupun al-haq bersama yang dia benci/musuhi dia ambil al-haq itu.

Dan barangsiapa yang menolak/membantah kebatilan bersama dengan siapapun al-batil itu, walaupun al-batil itu bersama orang yang dia cintai/wala' padanya dia bantah.

Maka orang semacam ini adalah orang yang mendapat hidayah dari Allah pada perkara-perkara yang diikhtilafkan.

¤¤ Faedah dari Ustadzuna Abu Abdillah Muhammad Afifuddin hafidzahullahu dalam muhadharah SALAFY MUDAH MENERIMA NASIHAT DAN KEMBALI PADA AL HAQ  (Solo 26 Oktober 2013M)

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

LAKUKANLAH HAL YANG BERMANFAAT

Umar bin Abdul ‘Aziz Radhiallahu ‘anhu berkata: “Barangsiapa beranggapan perkataannya merupakan bagian dari perbuatannya (niscaya)
menjadi sedikit perkataannya, kecuali dalam perkara yang bermanfaat baginya.”

‘Umar bin Qais Al-Mula’i Radhiallahu ‘anhu berkata: Seseorang melewati Luqman (Al-Hakim) di saat manusia berkerumun di sisinya. Orang tersebut berkata kepada Luqman:“Bukankah engkau dahulu budak bani Fulan?”
Luqman menjawab: “Benar.”
Orang itu berkata lagi, “Engkau yang dulu menggembala (ternak) di sekitar gunung ini dan
itu?”
Luqman menjawab: “Benar.”
Orang itu bertanya lagi: “Lalu apa yang menyebabkanmu meraih kedudukan sebagaimana
yang aku lihat ini?”
Luqman menjawab: “Selalu jujur dalam berucap dan banyak berdiam dari perkara-perkara yang tiada berfaedah bagi diriku.”

Abu ‘Ubaidah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah ‘anhu bahwasanya beliau berkata:
“Termasuk tanda-tanda berpalingnya Allah dari seorang hamba adalah Allah menjadikan kesibukannya dalam perkara-perkara yang tidak berguna bagi dirinya.”

Sahl At-Tusturi Rahimahullahu berkata:
“Barangsiapa (suka) berbicara mengenai permasalahan yang tidak ada manfaatnya niscaya diharamkan baginya kejujuran.”

Ma’ruf Rahimahullahu berkata: “Pembicaraan seorang hamba tentang masalah-masalah yang tidak ada faedahnya merupakan kehinaan dari Allah (untuknya).”
(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam 1/290-294)

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/nyfkg3c

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

SIKAP BAIK DALAM BERBICARA

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhu berkata: “Teman dudukku mempunyai tiga hak atasku: aku mengarahkan pandanganku kepadanya bila dia menghadap, aku memberikan tempat yang luas baginya di majelis bila dia duduk, dan aku memerhatikan dia bila dia berbicara.” (‘Uyunul Akhbar, 1/307)

Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban rahimahullah dengan sanadnya sampai Mu’adz bin Sa’id Al-A’war rahimahullah, dia berkata: “Aku pernah duduk di sisi ‘Atha` bin Abi Rabah rahimahullah. Seorang lelaki kemudian menyampaikan sebuah hadits, lalu ada seorang dari kaum itu yang ikut mengucapkannya.”

Mu’adz berkata: “’Atha` pun marah. Dia berkata: ‘Sikap macam apa ini? Sungguh aku benar-benar mendengarkan hadits itu dari orang ini, padahal aku lebih tahu tentang hadits itu. Namun aku tampakkan kepadanya seakan-akan aku tidak tahu apa-apa.’

Dia berkata juga: ‘Sesungguhnya seorang pemuda menyampaikan sebuah hadits lalu aku mendengarkannya seakan-akan aku belum mengetahuinya. Padahal aku benar-benar telah mendengar hadits itu sebelum dia dilahirkan’.” (Raudhatul ‘Uqala`, hal. 72, Tadzkiratus Sami’, hal. 105)

Al-Hasan rahimahullah berkata:  “Bila engkau duduk, maka hendaknya engkau lebih semangat untuk mendengarkan daripada berbicara. Pelajarilah cara mendengarkan yang baik sebagaimana engkau mempelajari cara berbicara yang baik. Dan janganlah engkau memotong pembicaraan seseorang.” (Tadzkiratus Sami’, hal. 105).

(Diambil dari At-Tajul Mafqud, karya Faishal bin Abduh Qa`id Al-Hasyidi, hal. 70-72)

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/pm7y8n4

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jumat, 26 September 2014

BAGI YANG TIDAK DAPAT MENUNAIKAN HAJI DI TAHUN INI

 Silsilah Mutiara Hikmah 
------------------------
BAGI YANG TIDAK DAPAT MENUNAIKAN HAJI DI TAHUN INI
------------------------
Berkata imam Ibnu Rojab rohimahulloh:

¤ Barangsiapa yang tidak mampu untuk wukuf di Arofah, maka hendaknya dia wukuf (berdiam diri) pada batasan-batasan Alloh yang dia kenal.

¤ Dan barangsiapa yang tidak mampu untuk mabit (bermalam) di Muzdalifah, maka hendaknya dia mabit di atas ketaatan kepada Alloh dapat mendekatkan diri kepada-Nya dan menyanjung-Nya.

¤ Dan barangsiapa yang tidak mampu untuk menyembelih hewan kurbannya di Mina, maka hendaknya dia sembelih hawa nafsunya demi meraih cita-cita.

¤ Dan barangsiapa tidak mampu untuk sampai ke Baitullah karena berada dari kejauhan, maka hendaknya dia mendekat kepada Robbul bait (Alloh) karena Dia lebih dekat dari urat lehernya.

Lathoif al-Ma'arif hal. 633

___✏ Alih Bahasa: Muhammad Sholehuddin Abu Abduh.
~~~~~ ~~~~~~
☆ لم يتيسر لك الحج هذا العام !! ☆

۞ قال ابن رجب رحمه الله تعالى:

●● من لم يستطع الوقوف بعرفة =○○= فليقف عند حدود الله الذي عرفه

●● ومن لم يستطع المبيت بمزدلفة =○○= فليبت على طاعة الله ليقربه ويزلفه

●● ومن لم يقدر على ذبح هديه بمنى =○○= فليذبح هواه ليبلغ به المنى

●● ومن لم يستطع الوصول للبيت لأنه من بعيد =○○= فليقصد رب البيت فإنه أقرب إليه من حبل الوريد

[ لطائف المعارف ص 633 ]
------------------------
WA Ahlus Sunnah Karawang
Via WA AL-MANSHUROH