Senin, 12 Oktober 2020

HUKUM DEMONSTRASI DALAM ISLAM



⛓⚙ *HUKUM DEMONSTRASI DALAM ISLAM*

▫️Berkata syaikh Robi' Bin Hadi Al Madkholy حفظه اللّٰه :

▪️Tidak ada satupun aksi demonstrasi di dunia baik di Eropa maupun Amerika melainkan terjadi padanya kerusakan dan pengrusakan fasilitas-fasilitas, penghancuran mobil-mobil, penjarahan toko-toko, tertumpahnya darah dan tersebarnya rasa takut yang itu semua tidak diperbolehkan oleh akal maupun syariat bahkan diharomkan oleh syariat Allah dengan sebesar-besar pengharoman, dan sesuatu yang jarang jika ada tidaklah dianggap.

1⃣Demonstrasi merupakan upaya melakukan kerusakan di muka bumi. Allah Ta'ala berfirman :

(( والله لا يحب الفساد )).

"Dan Allah tidak menyukai kerusakan". (Al Baqoroh : 205).

(( والله لا يحب المفسدين )).

"Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan". (Al Maidah : 64).

(( ولا تفسدوا في الأرض بعد إصلاحها )).

"Janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi setelah diperbaiki". (Al A'rof : 56).

2⃣Demonstrasi bertentangan dengan prinsip kesabaran terhadap kezholiman para penguasa yang itu diperintahkan oleh Rosulullah صلى اللّٰه عليه وسلم  dan ditetapkan oleh ulama' sunnah selain kelompok Khowarij dan Mu'tazilah yang mereka memandang bahwa memberontak penguasa termasuk bagian dari amar makruf dan nahi mungkar.

3⃣Demonstrasi mengandung kemudhorotan-kemudhorotan yang bertentangan dengan sabda nabi صلى اللّٰه عليه وسلم :

(( لا ضرر ولا ضرار )). أخرجه الإمام أحمد في مسنده وابن ماجه.

"Tidak boleh memudhorotkan diri sendiri dan orang lain".

4⃣Demonstrasi termasuk fitnah-fitnah yang dikabarkan oleh rosulullah  صلى اللّٰه عليه وسلم dalam hadits-hadits seputar Al Fitan bahwa akan terjadi fitnah-fitnah tersebut sepeninggal beliau.

Rosulullah صلى اللّٰه عليه وسلم bersabda :

(( تعوذوا بالله من الفتن ما ظهر منها وما بطن، قالوا : نعوذ بالله من الفتن ما ظهر منها وما بطن )). أخرجه مسلم.

"Berlindunglah kalian kepada Allah dari fitnah yang nampak maupun tersembunyi, para shohabat berkata : Kita berlindung kepada Allah dari fitnah yang nampak dan tersembunyi".

(( بادروا بالأعمال قتنا كقطع الليل المظلم يصبح الرجل مؤمنا ويمسي كافرا أو يمسي مؤمنا ويصبح كافرا يبيع دينه بعرض من الدنيا )). أخرجه مسلم.

"Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya fitnah-fitnah seperti potongan-potongan malam yang gelap dimana seseorang pada pagi hari masih mukmin dan di sore hari ia menjadi kafir atau di sore hari ia masih mukmin dan di pagi hari ia menjadi kafir, ia menjual agamanya untuk mendapatkan sedikit kesenangan dunia".

....
Dan selain itu dari hadits-hadits dalam bab ini yang mengandung teguran yang kuat bagi orang-orang yang berakal.

5⃣Demonstrasi termasuk kebid'ahan yang dicela oleh Rosulullah صلى اللّٰه عليه وسلم dan beliau menyifatinya dalam khutbah-khutbahnya dengan sejelek-jelek perkara dan bahwa ia (bid'ah) sesat.

📝Sumber : http://www.sahab.net/forums/?showtopic=119578

▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️

📥 *Diposting ulang hari Kamis, 01 Safar 1440 H / 11 Oktober 2018 M*
🌏🔻 Situs Blog: https://ittibaurasulillah.blogspot.co.id
↘🌏 Join Channel telegram:
🔘 📠 https://t.me/Ittiba_uRasulillah

📮 *WhatsApp Ittiba`u Rasulillah*

Senin, 01 Juni 2020

ENAM PEMBAHASAN SEPUTAR PUASA 6 HARI DI BULAN SYAWWAL

::
🚇 ENAM PEMBAHASAN SEPUTAR PUASA 6 HARI DI BULAN SYAWWAL

Bagi seorang muslim, perputaran waktu berarti momen pergantian dari satu ibadah pada ibadah lain. Tak terkecuali dengan berakhirnya ramadhan dan masuknya syawal, mereka pun kembali bersiap dengan beragam amal shalih yang ada di bulan syawal.

Baik amal shalih umum yang dilakukan sepanjang tahun seperti shalat lima waktu, tilawatul Qur'an, menghadiri pengajian, dll. Maupun yang sifatnya khusus di bulan syawal, seperti puasa enam. 


🔬 #1   F a d h i l a h   P u a s a   E n a m

Dengan menjalankan puasa enam setelah berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, seseorang akan mendapatkan pahala berpuasa setahun penuh. Dalam haditsnya, Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتّاً مِنْ شَوَّال كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

"Siapa saja yang telah menjalankan puasa Ramadhan, lalu dia susulkan dengan berpuasa enam hari pada bulan syawal, maka seolah dia telah berpuasa setahun penuh lamanya." HR. Muslim


🔬 #2   M e n g a p a   D a p a t   P a h a l a   P u a s a   S e t a h u n   P e n u h ?

Alasannya, karena Allah melipatgandakan satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipat. Satu hari berpuasa sama dengan sepuluh hari berpuasa, tiga hari berpuasa sama dengan tiga puluh hari (satu bulan). Maka tiga puluh [ dari puasa ramadhan ] + enam hari × 10 = tiga ratus enam puluh hari (setahun). 

Mari kita perhatikan gambaran yang diberikan Rasulullah ﷺ berikut ini,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ فَشَهْرٌ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ، وَصِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ، فَذَلِكَ تَمَامُ صِيَامِ السَّنَةِ 

"Siapa yang berpuasa ramadhan; maka terhitung berpuasa sepuluh bulan. Dan puasa enam hari di bulan syawal menyempurnakan jadi puasa setahun penuh." -SHAHIH- (Takhrij Musnad, 22412 dan Shahih Al-Jami', 3094) HR. Ahmad dengan lafazh ini, diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah dan ad-Darimi


🔬 #3   K a p a n   M u l a i   B o l e h   P u a s a   E n a m ?

Puasa enam boleh dilakukan di sepanjang bulan syawal, dari tanggal dua hingga akhir. Dan ;tidak ada keharusan untuk langsung berpuasa** setelah hari raya (dua syawal). Dalam fatwa Lajnah (X/391) disebutkan,

لا يلزمه أن يصومها بعد عيد الفطر مباشرة، بل يجوز أن يبدأ صومها بعد العيد بيوم أو أيام،

"Tidak ada keharusan untuk puasa enam langsung setelah idul fitri. Bahkan diperbolehkan melakukannya selang sehari atau beberapa hari setelah id."


🔬 #4   B a g u s  k a h   B e r s e g e r a   D a r i   T a n g g a l   D u a   S y a w a l?

- Dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah,

وكره بعضهم صوم الست من شوال عقب العيد مباشرة؛ لئلا يكون فطر يوم الثامن كأنه العيد، فينشأ عن ذلك أن يعده عوام الناس عيدا آخر

"Sejumlah ulama memakruhkan pelaksanaan puasa enam langsung setelah hari raya (baca : 2 Syawal); agar jangan sampai ketika puasa enam usai lantas dianggap (tanggal delapan) ada hari raya lagi. Yang kemudian dikira oleh orang awam sebagai hari raya lain." (Mukhtashar Al Fataawaa Al Mishriyyah, hlm. 290)

Yang disebut oleh Syaikhul Islam di atas, ialah hari raya ketupat dalam istilah masyarakat kita. Dikenal dengan 'Idul Abrar, para ulama mengingkari hari raya jenis ini karena termasuk perkara baru dalam agama. 

Atas dasar ini, sejumlah ulama menilainya makruh. 

Alasan lain, awal-awal hari raya masih bagian dari waktu bersenang-senang. Karena itulah, saat Imam Ma'mar bin Rasyid Al-'Azdi ketika ditanya oleh 'Abdurrazaq Ash-Shan'ani tentang puasa sehari setelah hari raya 'Idul Fithri, beliau menyatakan,

معاذ الله إنما هي أيام عيد وأكل وشرب

"Aku berlindung pada Allah dari melakukannya! Sesungguhnya awal-awal hari raya masih waktu 'id, makan-makan, dan minum." (Al-Mushannaf, 7922)

- Namun ulama lain berpendapat, bahwa baik bila dia segerakan. Masuk dalam bab bersegera dalam kebaikan. 

Sehingga seseorang tinggal melihat, mana yang lebih mudah dan bermaslahat bagi dirinya. wabillaahi at-taufiiq.

🔬 #5   H a r u s   B e r t u r u t - t u r u t  k a h ?

Tidak. Berkata Imam Nawawi rahimahullah (Al-Majmu', VI/427),

"Berkata ulama Syafi'iyah, 'Di
sunnahkan untuk puasa enam secara berturut-turut pada awal-awal bulan syawal, namun seandainya dia pisah-pisah dan dilakukan pada akhir syawal ini pun boleh."


🔬 #6   M e s t i   Q a d h a'   R a m a d h a n   D u l u ?

Ada dua pendapat di kalangan ulama dalam masalah ini. Dan nampaknya, keterangan Al 'Allamah Muqbil bin Hadi Al Wadi'i rahimahullah berikut bisa menjadi penjelas yang menenangkan hati kita. 

إن كان يستطيع أن يقضي الأيام التي أفطرها في رمضان ثم يصوم الست فهذا أمرٌ حسن ، وإن كان لا يستطيع أن يصوم هذا وهذا فيجوز له أن يصوم الست ..

لماذا قلنا هذا ؟ لأن وقت القضاء موسع ، بخلاف صوم الست فليس لها محل إلا في شوال . 
 
 أما وقت القضاء فقد جاء عن عائشة رضي الله تعالى عنها أنها قالت : ما كنت أقضي إلا في شعبان ، أي لأنها تشغل برسول الله - صلى الله عليه وعلى آله وسلم - . 

"Bila seseorang mampu men-qadha puasa ramadhan yang dia tinggalkan lebih dulu baru setelah itu melaksanakan puasa enam; maka tentu ini hal yang baik.

Namun bila dia tidak mampu; maka boleh baginya untuk melaksanakan puasa enam lebih dulu. Mengapa demikian? Karena waktu qadha' puasa bersifat luas. Berbeda dengan puasa enam yang waktunya hanya pada bulan syawal.

Terkait waktu qadha' yang panjang, ditunjukkan dalam hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau menyatakan,

'Tidaklah aku men-qadha' puasa melainkan di bulan Sya'ban.'

Ini terjadi, lantaran kesibukan beliau melayani Rasulullah ﷺ." 
(Transkrip dari As-ilah minal Maharoh, rek suara beliau bisa didengarkan di sini : http://muqbel.net/files/fatwa/muqbel-fatwa2278.mp3)

-- Hari Ahadi, 05 Syawal 1438 (selesai dimuraja'ah dan tambahan sejumlah nukilan pada 02 Syawal 1439 / 16 Juni 2018) 
••••
📶 https://bit.ly/ForumBerbagiFaidah [FBF] 
🌍 www.alfawaaid.net

▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️

Minggu, 31 Mei 2020

BERDZIKIR DI BERBAGAI TEMPAT MEMPERBANYAK PERSAKSIAN BAIK BUMI PADA HARI KIAMAT

💐📝BERDZIKIR DI BERBAGAI TEMPAT MEMPERBANYAK PERSAKSIAN BAIK BUMI PADA HARI KIAMAT

Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah menyatakan:

إِنَّ فِي دَوَامِ الذِّكْرِ فِي الطَّرِيْقِ وَالْبَيْتِ وَالْحَضَرِ وَالسَّفَرِ وَالْبَقَاعِ تَكْثِيْرًا لِشُهُوْدِ الْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَإِنَّ الْبَقْعَةَ وَالدَّارَ وَالْجَبَلَ وَالْأَرْضَ تَشْهَدُ لِلذَّاكِرِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ تَعَالَى : { إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5)} فَرَوَى التِّرْمِذِيُّ فِي جَامِعِهِ مِنْ حَدِيْثِ سَعِيْدٍ الْمَقْبُرِيْ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : [ قَرَأَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ : { يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا } فَقَالَ : أَتَدْرُوْنَ مَا أَخْبَارُهَا ؟ قَالُوْا : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ قَالَ : فَإِنَّ أَخْبَارَهَا أَنْ تَشْهَدَ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ أَوْ أَمَةٍ بِمَا عَمِلَ عَلَى ظَهْرِهَا تَقُوْلُ : عَمِلَ يَوْمَ كَذَا كَذَا وَكَذَا ] قَالَ التِّرْمِذِيُّ : هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَالذَّاكِرُ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي سَائِرِ الْبَقَاع ِمُكْثِرُ شُهْوَدَهُ وَلَعَلَّهُمْ أَوْ أَكْثَرُهُمْ أَنْ يَقْبَلُوْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَوْمَ قِيَامِ الْأَشْهَادِ وَأَدَاءِ الشَّهَادَاتِ فَيَفْرَح وَيَغْتَبِط بِشَهَادَتِهِمْ

Sesungguhnya terus menerus berdzikir di jalan, rumah, di saat mukim maupun safar, di permukaan bumi, akan memperbanyak pihak yang bersaksi bagi seorang hamba pada hari kiamat. Karena permukaan bumi, kampung, gunung, dan bumi akan bersaksi untuk orang yang berdzikir pada hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman:

إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5)

Ketika bumi berguncang dengan dahsyat. Dan bumi mengeluarkan beban-bebannya. Manusia berkata: Ada apa? Pada hari itu, bumi menceritakan khabar-khabarnya. Karena Rabbmu mewahyukan kepadanya (Q.S az-Zalzalah ayat 1-5)

atTirmidzi meriwayatkan dalam kitab Jami’-nya dari hadits Said al-Maqburiy dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam membaca ayat ini (yang artinya): “pada hari itu bumi menceritakan khabar-khabarnya”. Nabi bertanya: Tahukah kalian apakah khabar-khabarnya? Mereka (para Sahabat) berkata: Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Nabi bersabda: Sesungguhnya khabar-khabarnya adalah ia bersaksi atas setiap hamba laki-laki dan wanita terhadap apa yang diperbuatnya di atas permukaannya (bumi). Bumi berkata: Ia telah berbuat demikian dan demikian. atTirmidzi berkata: Ini adalah hadits hasan shahih. 

Orang yang berdzikir mengingat Allah Azza Wa Jalla pada setiap permukaan bumi, ia memperbanyak pihak yang bersaksi untuknya. Bisa jadi mereka atau kebanyakan mereka akan menerima persaksian itu pada hari kiamat. Pada hari ditegakkannya persaksian dari para pihak yang bersaksi. Kemudian ia bergembira dan bahagia dengan persaksian mereka (al-Wabilus Shoyyib (1/111)).


📝Catatan:

Hadits riwayat atTirmidzi di atas dinilai lemah oleh sebagian Ulama, seperti Syaikh al-Albaniy. Karena di dalam sanadnya terdapat perawi yang bernama Yahya bin Abi Sulaiman yang dinilai oleh al-Imam al-Bukhari sebagai munkarul hadits. Namun, Ibnu Katsir menyebutkan riwayat lain ketika menafsirkan surah az-Zalzalah ayat 4. Riwayat atThobaroniy yang dikemukakannya itu insyaallah bisa menjadi salah satu penguat. Wallaahu A’lam.

(Abu Utsman Kharisman)

💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom

Kamis, 14 Mei 2020

BEBERAPA PEMBAHASAN TENTANG LAILATUL QODR

💐📝BEBERAPA PEMBAHASAN TENTANG LAILATUL QODR

✅Apa yang Dimaksud dengan Lailatul Qodr?

Secara bahasa, Lailatul Qodr terdiri dari 2 kata: lail yang berarti malam, dan qodr yang berarti takdir. Pada Lailatul Qodr ditulis takdir seluruh makhluk hingga setahun ke depan. Namun, tulisan takdir itu tidaklah berbeda sedikitpun dengan tulisan di Lauhul Mahfudz yang telah tertulis 50 ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi. Sebagian Ulama’ mengartikan qodr dengan kemuliaan.  

✅Apa Saja Keutamaan Lailatul Qodr?

1. Al-Quran diturunkan (awal kali) di Lailatul Qodr

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami menurunkannya (al-Quran) pada Lailatul Qodr (Q.S al-Qodr:1)

2. Beribadah pada malam itu lebih baik dibandingkan beribadah di 1000 bulan lain yang tidak ada Lailatul Qodr-nya

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Lailatul Qodr lebih baik dibandingkan 1000 bulan (Q.S al-Qodr:3).

3. Pada malam itu para Malaikat turun ke bumi.

Para Malaikat yang merupakan penduduk langit turun ke bumi sehingga menimbulkan banyak kebaikan.

تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

Para Malaikat dan Jibril turun padanya dengan idzin dari Tuhan mereka dengan membawa segala perkara (kebaikan dan keberkahan)(Q.S al-Qodr:4, tafsir al-Baghowy).

Sangat banyak jumlah Malaikat yang turun ke bumi hingga lebih banyak dari jumlah kerikil di bumi.

وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تِلْكَ اللَّيْلَةَ فِي الأَرْضِ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ الْحَصَى

Sesungguhnya Malaikat pada malam tersebut di bumi lebih banyak dibandingkan jumlah kerikil (H.R Ahmad, atThoyalisiy, dishahihkan Ibnu Khuzaimah, dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Bushiry dan al-Albany)

4. Keselamatan meliputi malam itu hingga terbit fajar. 

سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Keselamatan pada malam itu hingga terbit fajar (Q.S al-Qodr: 5)

Mujahid –seorang murid Ibnu Abbas- menjelaskan bahwa pada malam itu tidak ada penyakit dan syaithan sama sekali. Sedangkan Qotadah menjelaskan bahwa maksud keselamatan pada malam itu adalah kebaikan dan keberkahan (Zaadul Masiir karya Ibnul Jauzi (6/179-180)). 

5. Pada malam itu ditulis takdir tahunan setiap makhluk. Ditulis takdir seluruh makhluk sejak malam itu hingga tahun berikutnya.

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

Di dalamnya ditetapkan setiap (takdir) perkara dengan penuh hikmah (bijaksana) (ad-Dukhan:4)

Pada Lailatu Qodr ditulis takdir seluruh makhluk hingga Lailatul Qodr tahun depan (sebagaimana dijelaskan al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaany dalam Fathul Baari).

✅Benarkah Anggapan Bahwa Lailatul Qodr Hanya Terjadi di Masa Rasulullah Sedangkan Sekarang Tidak Ada Lagi?

Anggapan itu tidak benar. Diriwayatkan bahwa Abu Hurairah radhiyallahu anhu pernah membantah anggapan semacam itu.

عَنْ صَالِحٍ مَوْلَى مُعَاوِيَةَ قَالَ قُلْتُ لِأَبِي هُرَيْرَةَ زَعَمُوْا أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ قَدْ رُفِعَتْ قَالَ كَذَبَ مَنْ قَالَ كَذَلِكَ قُلْتُ فَهِيَ فِيْ كُلِّ شَهْرِ رَمَضَانَ أَسْتَقْبِلُهُ قَالَ نَعَمْ

Dari Sholih maula Muawiyah beliau berkata: Aku berkata kepada Abu Hurairah: Mereka menganggap bahwa Lailatul Qodr sudah diangkat. Abu Hurairah menyatakan: Telah berdusta orang yang mengatakan demikian. Aku (Sholih) berkata: Apakah itu ada bisa kutemui pada tiap Ramadhan? Abu Hurairah menjawab: Ya (H.R Abdurrozzaq  no 5586)

✅Kapan Terjadinya Lailatul Qodr?

Nabi shollallahu alaihi wasallam menyuruh kita untuk mencari Lailatul Qodr pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Terlebih pada malam ganjil. Ditekankan lagi pada malam ke-27 dan 29. Pada tiap tahun Lailatul Qodr berpindah dalam kisaran 10 hari terakhir Ramadhan itu (Fatwa Syaikh Bin Baz). Kadangkala pada 21, kadang 23, dan seterusnya. *Bisa juga pada malam genap*. 

Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah tidak melewatkan sholat Maghrib, Isya’ dan Subuh  berjamaah, melakukan sholat malam (tarawih dan witir) berjamaah, memperbanyak ibadah: baca Qur’an, doa, dzikir di 10 malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana yang dilakukan Nabi.

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Carilah Lailatul Qodr pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan (H.R alBukhari no 1880 dan Muslim no 1998)

فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي كُلِّ وِتْرٍ

Maka carilah ia (lailatul Qodr) di 10 malam terakhir pada setiap (malam) ganjil (H.R al-Bukhari dan Muslim)

Said bin al-Musayyib –seorang tabi’i- menyatakan:

مَنْ صَلَّى الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ، لَمْ يَفُتْهُ خَيْرُ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Barangsiapa yang sholat Maghrib dan Isya berjamaah, tidak akan terlewatkan dari kebaikan Lailatul Qodr (riwayat Abdurrozzaq dan Ibnu Abi Syaibah, sanadnya shahih. Pendapat Said bin al-Musayyib tersebut juga disetujui oleh al-Imam asy-Syafii (atTaysiir bi syarhil Jaami’is Shoghir karya al-Munawi(2/826))

مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ

Barangsiapa yang sholat Isya’ berjamaah, seakan-akan ia qiyaamul lail sepanjang separuh malam. Barangsiapa (diikuti dengan) sholat Subuh berjamaah, seakan-akan ia sholat malam pada seluruh bagian malam (H.R Muslim no 1049 dari Utsman bin Affan)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ إِنَّهَا لَيْلَةُ سَابِعَةٍ أَوْ تَاسِعَةٍ وَعِشْرِينَ

Dari Abu Hurairah –radhiyallaahu anhu- bahwa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda tentang Lailatul Qodr: sesungguhnya malam itu adalah malam ke-7 atau ke-9 pada (tanggal) dua puluh (Ramadhan)(H.R Ahmad, atThoyalisiy, dihasankan sanadnya oleh al-Bushiry).

✅Bacaan Apa yang Hendaknya Banyak Dibaca pada Saat Kita Menyangka Malam Itu adalah Lailatul Qodr?

Jika kita menduga kuat bahwa malam itu adalah Lailatul Qodr hendaknya kita banyak membaca:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, yang menyukai pemberian maaf, maka maafkanlah aku (H.R atTirmidzi, anNasaai, Ibnu Majah, Ahmad, dari Aisyah, dishahihkan al-Hakim dan al-Albany )

✅Adakah Tanda-tanda Khusus Terjadinya Lailatul Qodr

Disebutkan dalam sebagian hadits tanda-tanda secara fisik tentang Lailatul Qodr, di antaranya:

إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيهَا قَمَرًا سَاطِعًا سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ لَا بَرْدَ فِيهَا وَلَا حَرَّ وَلَا يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيهَا حَتَّى تُصْبِحَ وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَلَا يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ

Sesungguhnya tanda Lailatul Qodr adalah malam itu jernih terang seakan-akan bulan bersinar tenang lembut, tidak dingin dan tidak panas. Tidak ada bintang yang dilempar (kepada syaithan) pada malam itu hingga pagi. Tanda (di pagi hari) matahari keluar tidak ada sinar yang tersebar bagaikan bulan purnama. Tidak boleh syaithan keluar bersamanya pada saat itu (H.R Ahmad dari Ubadah bin as-Shomit, dinyatakan oleh al-Haytsami bahwa perawi-perawinya terpercaya)

....... (berpindah bab)...

✅Apakah Lailatul Qodr Hanya Didapatkan oleh Orang yang I’tikaf Saja?

Lailatul Qodr tidak hanya bisa didapatkan oleh orang yang I’tikaf saja, namun bisa didapatkan oleh siapa saja yang menghidupkan malam itu dengan ibadah dan ketaatan kepada Allah. Baik ia berada di masjid, di rumahnya, atau di tempat manapun. Barangsiapa yang sholat malam tepat pada Lailatul Qodr dengan iman dan ikhlas, akan diampuni dosanya yang telah lalu (H.R al-Bukhari no 1768). 

(dikutip dari buku "Ramadhan Bertabur Berkah", Abu Utsman Kharisman, penerbit Pena Hikmah Yogya)

💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom

Jumat, 24 April 2020

KEUTAMAAN IBADAH PUASA

💐📝KEUTAMAAN IBADAH PUASA

Ibadah puasa memiliki banyak keutamaan, di antaranya:

1. Kadar besarnya pahala hanya Allah saja yang tahu. Jika amal lain mendapatkan kelipatan pahala 10 kali lipat hingga 700 kali lipat, maka puasa bisa lebih dari itu.

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي

Semua amal anak Adam dilipatgandakan kebaikannya 10 kali hingga 700 kali. Allah Azza Wa Jalla berfirman: Kecuali puasa. Karena amal puasa adalah untukKu, dan Aku yang akan membalasnya. Ia meninggalkan syahwat dan makan karenaKu (H.R Muslim no 1945)

2. Amal kebaikan lain bisa menjadi kaffaroh (penebus kesalahan) terhadap orang lain, kecuali puasa. 

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلُّ الْعَمَلِ كَفَّارَةٌ إِلَّا الصَّوْمَ وَالصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Allah Azza Wa Jalla berfirman (dalam hadits qudsi): Seluruh amalan adalah kaffaroh kecuali puasa. Puasa adalah untukKu dan Aku yang akan membalasnya (H.R Ahmad, shahih sesuai syarat Muslim)

Jika seseorang mendzhalimi orang lain, maka kebaikannya akan dilimpahkan kepada orang yang didzhalimi itu, kecuali puasa. Puasa tidak akan dilimpahkan pada orang lain. Puasa yang diterima oleh Allah hanya akan terhitung sebagai pahala bagi pelakunya, tidak akan dipindahkan pada orang lain. Ini adalah pendapat Sufyan bin Uyainah (guru al-Imam asy-Syafi’i)

3. Puasa sebagai tameng. Tameng dari perbuatan kotor, sia-sia, kebodohan, berteriak yang tidak perlu serta tameng dari api neraka.

الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ

Puasa adalah tameng, maka janganlah berbuat rofats (ucapan atau perbuatan kotor), dan jangan berbuat kebodohan (kedzhaliman) (H.R al-Bukhari no 1761, dalam riwayat Muslim no 1944 dinyatakan: “jangan berteriak-teriak”)

إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنْ النَّارِ

Hanyalah puasa itu adalah tameng, yang dijadikan tameng oleh seorang hamba dari neraka (H.R Ahmad, dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Mundziri)

4. Tidak ada yang menyamai puasa.

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي بِعَمَلٍ قَالَ عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَا عَدْلَ لَهُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي بِعَمَلٍ قَالَ عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَا عِدْلَ لَهُ

Dari Abu Umamah beliau berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, perintahkan kepadaku (untuk mengerjakan) suatu amalan. Rasul bersabda: Hendaknya engkau berpuasa, karena (amalan itu) tidak ada tandingannya. Aku (Abu Umamah) berkata (lagi): Wahai Rasulullah, perintahkan kepadaku (untuk mengerjakan) suatu amalan. Rasul bersabda: Hendaknya engkau berpuasa, karena (amalan itu) tidak ada bandingannya (H.R anNasaai, dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan al-Albany)

Dalam riwayat Ibnu Hibban, Abu Umamah bertanya : Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang dengan itu aku bisa masuk surga. Rasul menjawab: Hendaknya engkau berpuasa, karena (amalan itu) tidak ada yang menandinginya 

5. Bau mulut orang yang berpuasa, lebih harum di sisi Allah dibandingkan keharuman misk (yang sangat wangi).

لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

Sungguh bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum dibandingkan bau misk (H.R alBukhari dan Muslim)

6. Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika menghadap Allah.

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

Orang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan: gembira ketika berbuka puasa dan ketika berjumpa dengan Rabb-nya ia bergembira dengan (membawa) pahala puasanya (H.R alBukhari dan Muslim)

7. Orang yang berpuasa akan masuk surga dengan dipanggil dari pintu ar-Royyan. Barangsiapa yang memasukinya, tidak akan kehausan selamanya

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَبَابًا يُدْعَى الرَّيَّانَ يُدْعَى لَهُ الصَّائِمُونَ فَمَنْ كَانَ مِنْ الصَّائِمِينَ دَخَلَهُ وَمَنْ دَخَلَهُ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا

Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pintu yang disebut arRoyyaan. Orang-orang yang berpuasa akan dipanggil melalui pintu tersebut. Barangsiapa yang memasukinya, tidak akan kehausan selamanya (H.R atTirmidzi, anNasaai, Ibnu Majah, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan al-Albany)

8. Puasa bisa menghilangkan fitnah seseorang pada harta, diri, keluarga, dan tetangganya.

فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلَاةُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ

Fitnah seseorang pada keluarga, harta, diri, anak, dan tetangganya, akan dihapuskan dengan puasa, sholat, shodaqoh, amar ma’ruf (memerintahkan pada kebajikan) dan nahi munkar (melarang dari kemungkaran)(H.R Muslim no 5150)

9. Barangsiapa yang berpuasa sehari dalam keadaan berjihad di jalan Allah, Allah akan jauhkan wajahnya dari neraka 70 tahun.

مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُومُ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا بَاعَدَ اللَّهُ بِذَلِكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنْ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا

Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah, kecuali Allah akan jauhkan wajahnya pada hari itu dari neraka sejauh 70 tahun (H.R alBukhari dan Muslim, lafadz hadits dari Muslim)

10. Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dan diikuti 3 hari tiap bulan, maka akan hilang perasaan dengki, dendam, pemarah dalam dada.

صَوْمُ شَهْرِ الصَّبْرِ ، وَثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ يُذْهِبْنَ وَحَرَ الصَّدْرِ

Puasa pada bulan kesabaran (Ramadhan) dan 3 hari tiap bulan (Hijriyah), akan menghilangkan (permusuhan, kemarahan, dengki, dendam) dalam dada (H.R Ahmad, al-Bazzar, Ibnu Abi Syaibah, dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Munawy, dishahihkan juga oleh al-Albany).

11. Puasa menghapus dosa

الصَّوْمُ يُكَفِّرُ مَا قَبْلَهُ

Puasa menghapuskan (dosa) sebelumnya (H.R Abu Ya’la, dinyatakan bahwa rijaalnya terpercaya oleh al-Bushiry)

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan iman dan ikhlas, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu (H.R alBukhari dan Muslim)

12. Amalan puasa akan memberi syafaat bagi pelakunya pada hari kiamat.

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ

Puasa dan (amalan membaca) al-Quran akan memberi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: Wahai Tuhanku, akulah yang mencegahnya dari makan dan syahwat di waktu siang. Maka jadikanlah aku bisa memberi syafaat untuknya. (Amalan baca alQuran) berkata: Akulah yang mencegahnya untuk tidur di waktu malam, maka jadikan aku memberi syafaat untuknya. Maka keduanyapun memberi syafaat untuknya (H.R Ahmad, dishahihkan al-Hakim dan al-Albany)

13. Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan berpuasa, maka ia masuk surga

مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dan mengakhiri kehidupannya dengan demikian, maka masuk surga. Barangsiapa yang bershodaqoh ikhlas mengharap Wajah Allah dan mengakhiri kehidupannya dengan demikian, maka ia masuk surga. Barangsiapa yang berpuasa sehari dengan ikhlas mengharap Wajah Allah, dan mengakhiri kehidupannya dengan demikian, maka ia masuk surga (H.R Ahmad, Ibnu Abi Syaibah dan dinyatakan sanadnya shahih oleh al-Bushiry, dishahihkan juga oleh Syaikh al-Albany)

14. Sholawat dari Allah dan Malaikat serta keberkahan bagi orang yang sahur

السُّحُورُ أَكْلَةٌ بَرَكَةٌ فَلَا تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ

Hidangan sahur adalah hidangan keberkahan. Maka janganlah kalian meninggalkannya meski sekedar seteguk air. Karena Allah dan para Malaikatnya bersholawat terhadap orang-orang yang sahur (H.R Ahmad, dinyatakan sanadnya kuat oleh al-Mundziri, dihasankan Syaikh al-Albany)

15. Puasa adalah salah satu dari 4 perbuatan yang jika dikerjakan dalam sehari bisa menyebabkan seorang masuk surga.

Nabi shollallahu alaihi wasallam pernah bertanya kepada para Sahabatnya: Siapakah yang hari ini berpuasa?
Abu Bakr menjawab: Saya.
Nabi bertanya lagi: Siapakah yang hari ini mengantarkan jenazah?
Abu Bakr menjawab: Saya.
Nabi bertanya lagi: Siapakah yang hari ini memberi makan seorang miskin?
Abu Bakr menjawab: Saya.
Nabi bertanya lagi: Siapakah yang hari ini menjenguk orang sakit?
Abu Bakr menjawab: Saya.
Nabi kemudian bersabda: Tidaklah berkumpul perbuatan-perbuatan ini pada seseorang dalam sehari kecuali ia akan masuk surga (H.R Muslim dan al-Bukhari dalam Adabul Mufrad)

(dikutip dari buku "Ramadhan Bertabur Berkah", Abu Utsman Kharisman, penerbit Pena Hikmah Yogya)

💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom

Selasa, 14 April 2020

NASIHAT DAN CATATAN TENTANG LI KHOMSATUN

💐📝NASIHAT DAN CATATAN TENTANG LI KHOMSATUN

Saudaraku, alhamdulillah Allah Ta’ala menerangi kita dengan petunjuk yang sangat jelas dan terang benderang, yaitu Quran dan Sunnah Nabi kita Muhammad shollallahu alaihi wasallam. 

...قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ

...telah datang kepada kalian dari Allah cahaya dan kitab yang jelas (Q.S al-Maaidah ayat 15)

Jika kita berselisih tentang suatu hal, mari kita kembalikan kepada alQuran dan Sunnah Nabi shollallahu alaihi wasallam. Demikianlah Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita.

...فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

...jika kalian berselisih pendapat tentang suatu hal, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kalian memang beriman kepada Allah dan hari akhir. Itu adalah lebih baik dan lebih indah akibatnya (Q.S anNisaa’ ayat 59)

Sahabat Nabi Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu anhu adalah seseorang yang menjadi kepercayaan Nabi dalam menyampaikan sebagian rahasia. Berita yang dirahasiakan oleh Nabi kepada Sahabat Nabi yang lain, namun disampaikan kepada Hudzaifah adalah tentang nama-nama orang munafik. 

Hudzaifah bin al-Yaman menjelaskan keharusan kita memperhatikan bagaimana kita beribadah. Hendaknya kita menimbang dan mengukur ibadah yang kita lakukan dengan yang diamalkan para Sahabat Nabi.

Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu anhu pernah berkata:

كُلُّ عِبَادَةٍ لَمْ يَتَعَبَّدْ بِهَا أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فلاَ تَتَعَبَّدُوْا بِهَا ؛ فَإِنَّ الأَوَّلَ لَمْ يَدَعْ لِلآخِرِ مَقَالاً ؛ فَاتَّقُوا اللهَ يَا مَعْشَرَ القُرَّاءِ ، خُذُوْا طَرِيْقَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ 

“Setiap ibadah yang tidak pernah diamalkan oleh para Sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, janganlah kalian beribadah dengannya. Karena generasi pertama tak menyisakan komentar bagi yang belakangan. Maka bertakwalah kalian kepada Allah wahai para pembaca al-Qur’an (orang-orang alim dan yang suka beribadah) dan ikutilah jalan orang-orang sebelummu” (Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al Ibanah)

Inilah pedoman kita bersama sebagai orang beriman yaitu alQuran dan Sunnah Nabi yang dipahami dan diamalkan oleh Sahabat Nabi radhiyallahu anhum ajma’in. Jika ada suatu doa atau dzikir tertentu dalam tata cara tertentu dan dianggap memiliki keutamaan tertentu, hendaknya kita merujuk pada Nabi dan para Sahabatnya. Apakah mereka mengajarkannya atau tidak. Jika tidak, sesungguhnya sunnah Nabi dan teladan dari para Sahabat masih banyak yang belum kita amalkan. 

Pembahasan inti pada tulisan ini adalah tentang ucapan atau dzikir yang dikenal dengan LI KHOMSATUN. Sebagian saudara kita ada yang membaca dzikir itu dengan keyakinan tertentu. Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah kepada kita dan segenap kaum muslimin.

Dzikir LI KHOMSATUN yang dimaksud adalah sebagai berikut:

لِي خَمْسَةٌ أَطْفِي بِهَا حَرَّ الْوَبَاءِ الْحَاطِمَة
 الْمُصْطَفَى وَالْمُرْتَضَى وَابْنَاهُمَا وَفَاطِمَة

Artinya adalah sebagai berikut:
Aku memiliki 5 (sosok) yang dengannya aku padamkam panasnya wabah yang menghancurkan....
(yaitu) al-Musthofa (Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam), (Ali) al-Murtadho, dan kedua putranya (al-Hasan dan al-Husain), serta Fatimah

Sebagian saudara kita sesama muslim ada yang menganjurkan untuk memperbanyak dzikir atau doa dengan kalimat itu ketika terjangkit wabah penyakit. Seperti saat terjangkitnya wabah virus Corona atau penyakit Covid-19. Apakah hal demikian itu bisa dibenarkan? Mari simak penjelasan berikut ini. 
Mohon dikoreksi jika ada kesalahan dalam tulisan ini.  Semoga Allah Ta’ala memberikan ampunan dan petunjuk kepada segenap kaum muslimin.

Saudaraku, mari kita timbang secara ilmiah. Ilmiah artinya berlandaskan ilmu. Sesuatu disebut sebagai ilmu jika bersumber dari al-Quran, atau berdasarkan riwayat hadits. Riwayat hadits itu dinukil dengan penggunaan kata: haddatsanaa yang artinya: telah menyampaikan hadits kepada kami, atau telah mengkhabarkan kepada kami....Itu disampaikan dalam rangkaian mata rantai sanad riwayat.

Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah menyatakan:

كُلُّ الْعُلُومِ سِوَى الْقُرْآنِ مَشْغَلَةٌ ... إِلَّا الْحَدِيثَ وَإِلَّا الْفِقْهَ فِي الدِّينِ
الْعِلْمُ مَا كَانَ فِيهِ قَالَ حَدَّثَنَا ... وَمَا سِوَى ذَاكَ وَسْوَاسُ الشَّيَاطِينِ

Semua ilmu selain al-Quran adalah menyibukkan...kecuali hadits dan fiqh dalam agama...
Ilmu itu adalah yang padanya terdapat ucapan haddatsanaa...selain itu adalah was-was setan
(al-Bidaayah wan Nihaayah karya Ibnu Katsir (14/138)).

Beberapa catatan tentang dzikir tersebut:

*Pertama:* Apakah dzikir tersebut ilmiah? Sebatas pengetahuan saya, dzikir tersebut tidak memiliki sanad riwayat baik dalam hadits Nabi ataupun atsar Sahabat. Mohon dikoreksi jika saya salah. Apabila ia tidak berlandaskan sanad riwayat, ia tidaklah ilmiah. Sebagaimana pernyataan al-Imam asy-Syafi’i di atas.

Sekali lagi, mohon diinformasikan jika ada yang mengetahui apakah dzikir itu ada dalam kitab-kitab kumpulan hadits bersanad? Mungkin di Shahih al-Bukhari kah? Atau Shahih Muslim? Adakah dalam Kutubut Tis’ah (9 Kitab induk hadits)? Atau di luar Kutubut Tis’ah, mungkin pada Mushonnaf, atau Musnad, atau Mu’jam, Sunan, dan  kitab-kitab bersanad lainnya. Mohon diberitahukan pada saya, agar jika riwayatnya shahih saya juga ingin mengamalkan.

*Kedua:* Jika memang ternyata dzikir itu tidak pernah diamalkan oleh Sahabat Nabi, berdasarkan pernyataan Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu anhu yang telah dikemukakan di atas, berarti kita tidak bisa dan tidak boleh mengamalkannya.

Apakah tidak boleh membaca doa umum dengan lafadz yang disusun sendiri? Tentu boleh selama tidak masuk dalam lafadz-lafadz yang terlarang. Namun, menjadi masalah jika doa yang disusun sendiri itu kemudian dimasyhurkan, diajarkan turun temurun disertai keyakinan akan fadhilah atau keutamaannya – padahal tidak ada nash shahih tentang itu- hingga membuat doa itu lebih masyhur dan lebih sering diamalkan dibandingkan doa-doa yang diajarkan Nabi.

Meskipun suatu doa umum boleh disusun dengan kalimat sendiri bahkan bahasa yang dimengerti, tidak harus bahasa Arab, namun jika pada permintaan kita itu sudah ada doa yang diajarkan oleh Nabi, semestinya kita lebih memilih lafadz doa yang diajarkan Nabi. Karena lafadz doa dari Nabi itu terjaga dari kesalahan. Kalau kita atau orang lain yang menggubah susunan kalimat dari doa, tidak ada jaminan selamat dari kesalahan. Selain itu, doa yang diajarkan Nabi adalah bagian dari sebaik-baik petunjuk.

 وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

dan sebaik baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan. Dan setiap bid’ah adalah sesat (H.R Muslim dari Jabir bin Abdillah)

*Ketiga:* Kandungan makna dzikir tersebut bertentangan dengan tauhid yang tersebut dalam alQuran maupun hadits-hadits Nabi shollallahu alaihi wasalam.
Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam sendiri tidak mampu memberikan manfaat maupun menolak kemudaratan. Jangankan untuk orang lain, terhadap diri beliau sendiri, beliau tidak mampu. Allah Ta’ala berfirman dalam alQuran yang merupakan pedoman hidup bagi setiap orang beriman:

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Katakanlah: Aku tidak memiliki kemampuan terhadap diriku sendiri untuk (mendatangkan) manfaat ataupun (menolak) kemudaratan kecuali yang dikehendaki oleh Allah. Jika aku mengetahui hal yang ghaib, niscaya aku akan banyak melakukan (sebab yang membawa maslahat dan) kebaikan dan tidak akan menimpaku keburukan (sama sekali). Tidaklah aku melainkan hanya pemberi peringatan dan kabar gembira bagi kaum beriman (Q.S al-A’raaf ayat 188)

Tidak hanya satu ayat alQuran. Pada ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk menyampaikan:

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّه... 

Katakanlah (wahai Muhammad): Aku tidaklah memiliki kemampuan terhadap diriku sendiri (untuk menolak) kemudaratan maupun (mendatangkan) manfaat kecuali yang dikehendaki oleh Allah...(Q.S Yunus ayat 49)

Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam sendiri pernah menyampaikan kepada putrinya Fatimah radhiyallahu anha bahwasanya beliau tidak memiliki kekuasaan sedikitpun untuk menyelamatkan seseorang dari neraka jika seandainya Allah berkehendak memasukkan orang itu ke dalam neraka selamanya. 

Dalam sebuah hadits dinyatakan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ } قَالَ يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bangkit ketika Allah turunkan ayat (yang artinya): << dan berilah peringatan kepada kerabat dekatmu (Q.S asy-Syu’aroo’ ayat 214) >> beliau berkata: Wahai sekalian orang Quraisy, atau kalimat semakna itu: Selamatkan diri kalian sendiri. Aku tidak mampu menyelamatkan kalian dari Allah sedikitpun. Wahai Bani Abdi Manaaf, aku tidak mampu menyelamatkan kalian dari Allah sedikitpun. Wahai Abbas bin Abdil Muththolib, aku tidak mampu menyelamatkanmu dari Allah sedikitpun. Wahai Shofiyyah bibi Rasulullah, aku tidak mampu menyelamatkanmu dari Allah sedikitpun. Wahai Fatimah putri Muhammad, mintalah sekehendakmu dari hartaku. Aku tidak mampu menyelamatkanmu dari Allah sedikitpun (H.R al-Bukhari dan Muslim)

*Keempat:* Justru, Ali bin Abi Tholib sendiri jika mengalami keadaan genting atau kesulitan yang berat, beliau berdzikir dengan dzikir yang diajarkan oleh Nabi yang isinya murni tauhid. Pujian dan sanjungan hanya untuk Allah, tidak disebut makhluk lain dalam dzikir itu.

Ali bin Abi Tholib radhiyallahu anhu pernah mengajarkan suatu dzikir kepada Abdullah bin Ja’far yang beliau baca saat beliau mengalami keadaan kesulitan yang berat. Dzikir itu diajarkan oleh Nabi kepada beliau. Ali bin Abi Tholib menyatakan:

لَقَّنَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ وَأَمَرَنِي إِنْ نَزَلَ بِي كَرْبٌ أَوْ شِدَّةٌ أَنْ أَقُولَهُنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْكَرِيمُ الْحَلِيمُ سُبْحَانَهُ وَتَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mendiktekan kepadaku kalimat-kalimat ini dan beliau memerintahkan kepadaku jika aku ditimpa keadaan yang berat atau kesempitan yang dahsyat untuk membacanya, yaitu: LAA ILAAHA ILLALLAHUL KARIIMUL HALIIM SUBHAANAHU WA TABAAROKALLAAHU ROBBUL ‘ARSYIL ‘ADZHIIM WALHAMDU LILLAAHI ROBBIL ‘AALAMIIN (Tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Penyantun. Maha Suci Dia dan Maha banyak keberkahan-Nya. Rabb Arsy yang agung. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam) (H.R Ahmad, dinyatakan sanadnya shahih oleh Syaikh Ahmad Syakir)

*Kelima:* Jika kita tidak menganjurkan pembacaan LI KHOMSATUN, bukan berarti kita tidak mencintai Ahlul Bait. Bahkan kita seharusnya mencintai Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, Ali bin Abi Tholib, al-Hasan, al-Husain, dan Fatimah radhiyallahu anhum ajmain. Tentunya kecintaan yang sesuai dengan syariat.

Berikut ini akan dikutipkan beberapa hadits tentang keutamaan Ali bin Abi Tholib, kedua putranya itu, dan istrinya, Fatimah, semoga bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita akan keutamaan mereka berdasarkan hadits yang shahih. 

Mencintai Ali tanda keimanan, sedangkan membencinya adalah tanda kemunafikan.

Ali bin Abi Tholib radhiyallahu anhu pernah menyatakan:

وَالَّذِى فَلَقَ الْحَبَّةَ وَبَرَأَ النَّسَمَةَ إِنَّهُ لَعَهْدُ النَّبِىِّ الأُمِّىِّ -صلى الله عليه وسلم- إِلَىَّ أَنْ لاَ يُحِبَّنِى إِلاَّ مُؤْمِنٌ وَلاَ يُبْغِضَنِى إِلاَّ مُنَافِقٌ

Demi (Allah) yang membelah biji dan Yang Menciptakan manusia, sesungguhnya adalah perjanjian dari Nabi al-Ummiy shollallahu alaihi wasallam kepadaku bahwa tidaklah ada yang mencintaiku kecuali ia adalah orang beriman dan tidaklah membenciku kecuali ia munafiq (H.R Muslim)

Salah satu hadits tentang keutamaan al-Hasan:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ لِحَسَنٍ « اللَّهُمَّ إِنِّى أُحِبُّهُ فَأَحِبَّهُ وَأَحْبِبْ مَنْ يُحِبُّهُ »

dari Abu Hurairah dari Nabi shollallahu alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda kepada Hasan: Ya Allah sesungguhnya aku mencintainya, maka cintailah dia dan cintailah orang yang mencintainya (H.R Muslim)

Salah satu hadits tentang keutamaan al-Hasan, al-Husain, dan Fatimah radhyallahu anhum:

إِنَّ هَذَا مَلَكٌ لَمْ يَنْزِلْ الْأَرْضَ قَطُّ قَبْلَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ اسْتَأْذَنَ رَبَّهُ أَنْ يُسَلِّمَ عَلَيَّ وَيُبَشِّرَنِي بِأَنَّ فَاطِمَةَ سَيِّدَةُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَأَنَّ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الْجَنَّةِ

Sesungguhnya ini adalah Malaikat yang tidak pernah turun ke bumi sebelum malam ini. Ia meminta izin kepada Rabbnya untuk menyampaikan salam kepadaku dan memberitahukan kabar gembira bahwasanya Fatimah adalah pemuka para wanita penghuni surga sedangkan al-Hasan dan al-Husain adalah pemuka pemuda penghuni surga (H.R atTirmidzi dari Hudzaifah)

Salah satu hadits yang menunjukkan keutamaan Ali, al-Hasan, al-Husain, dan Fatimah secara bersamaan:

قَالَتْ عَائِشَةُ خَرَجَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- غَدَاةً وَعَلَيْهِ مِرْطٌ مُرَحَّلٌ مِنْ شَعْرٍ أَسْوَدَ فَجَاءَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِىٍّ فَأَدْخَلَهُ ثُمَّ جَاءَ الْحُسَيْنُ فَدَخَلَ مَعَهُ ثُمَّ جَاءَتْ فَاطِمَةُ فَأَدْخَلَهَا ثُمَّ جَاءَ عَلِىٌّ فَأَدْخَلَهُ ثُمَّ قَالَ (إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا)

Aisyah berkata: Nabi shollallahu alaihi wasallam keluar di pagi hari beliau memakai kain bercorak (gambar pelana atau periuk) dari rambut (kambing) hitam. Kemudian datang al-Hasan bin Ali. Beliau memasukkannya (ke dalam kain itu). Kemudian datang al-Husain masuk bersamanya. Kemudian datang Fatimah beliau memasukkannya. Kemudian datang Ali beliau memasukkannya. Kemudian beliau berkata:

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

Allah menginginkan untuk menghilangkan kotoran dari kalian wahai Ahlul Bait, dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya (Q.S al-Ahzab ayat 33)(H.R Muslim)

*Keenam:* Apabila ada yang menyatakan: Saya sudah mencoba sendiri dzikir dan doa itu, dan terbukti mujarab.

Saudaraku, sesungguhnya parameter utama dalam bertindak bagi seorang muslim adalah kesesuaian dengan dalil Quran dan Sunnah. Bukan asal keinginan duniawinya tercapai atau tidak. 

Karena bisa jadi keinginan duniawi tercapai meski bertentangan dengan syariat. Sebagai contoh, orang yang sakit ada yang berobat dengan cara yang haram, ia bisa sembuh atas izin Allah. Sebagai ujian bagi dia. Bisa berupa istidraj dari Allah.

Misalkan, seorang yang berobat dengan minum sesuatu yang najis, tapi sembuh dengan izin Allah. Bukan berarti secara syariat seseorang diperbolehkan berobat dengan sesuatu yang najis. Seseorang tidak boleh mengatakan: Meski najis, terbukti saya pernah sembuh dengan obat itu. Terbukti mujarab. Tidak bisa demikian, karena parameter utama yang dicari seorang yang beriman adalah kesesuaian dengan syariat. Bukan asal sembuh. 

*Ketujuh:* Ungkapan dzikir LI KHOMASATUN itu juga memiliki kemiripan lafaz dengan ucapan dzikir yang terdapat dalam literatur Syiah.

Dalam kitab literatur Syiah berjudul Madinatun Najaf halaman 271 karya Muhammad Ali Ja’far atTamimiy, disebutkan bait syair yang benar-benar hampir sama (sedikit beda). Kalimatnya adalah sebagai berikut:

لِي خَمْسَةٌ أَطْفِي بِهَا نَارَ الْجَحِيْمِ الْحَاطِمَة
 الْمُصْطَفَى وَالْمُرْتَضَى وَابْنَاهُمَا وَفَاطِمَة

Aku memiliki 5 (sosok) yang dengannya aku padamkam api neraka yang menghancurkan....
(yaitu) al-Musthofa (Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam), (Ali) al-Murtadho, dan kedua putranya (al-Hasan dan al-Husain), serta Fatimah 

Sumber: 
http://shiaonlinelibrary.com/الكتب/4417_مدينة-النجف-محمد-علي-جعفر-التميمي/الصفحة_271

Berikut saya kutipkan kembali bacaan LI KHOMSATUN yang menjadi pembahasan kita, adalah sebagai berikut:

لِي خَمْسَةٌ أَطْفِي بِهَا حَرَّ الْوَبَاءِ الْحَاطِمَة
 الْمُصْطَفَى وَالْمُرْتَضَى وَابْنَاهُمَا وَفَاطِمَة

Artinya adalah sebagai berikut:
Aku memiliki 5 (sosok) yang dengannya aku padamkam panasnya wabah yang menghancurkan....
(yaitu) al-Musthofa (Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam), (Ali) al-Murtadho, dan kedua putranya (al-Hasan dan al-Husain), serta Fatimah

Coba disimak dengan seksama. Benar-benar mirip. Kecuali hanya pada 2 kata. 
Kalau dalam LI KHOMSATUN yang dianjurkan dibaca saat berjangkit wabah itu kata yang digunakan adalah:

حَرَّ الْوَبَاء
panasnya wabah

sedangkan pada bait syair Syiah itu kata yang digunakan adalah:

نَارَ الْجَحِيْمِ
Api neraka 

Kalimat yang lain persis sama.

*Kedelapan:* Di antara doa yang diajarkan Nabi shollallahu alaihi wasallam agar terhindar dari penyakit-penyakit yang buruk (tentunya juga termasuk wabah) adalah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut ini:

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ

Dari Anas bahwasanya Nabi shollallahu alaihi wasallam mengucapkan (doa): ALLAAHUMMA INNII ‘A’UDZU BIKA MINAL BAROSHI WAL JUNUUNI WAL JUDZAAMI WA MIN SAYYI-IL ASQOOM (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang pada kulit, kegilaan, lepra, dan dari penyakit-penyakit yang buruk) (H.R Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Muqbil dalam al-Jaami’us Shahih mimmaa laysa fis Shahihayn)

Para pembaca juga bisa merujuk lebih jauh pada link-link berikut ini tentang dzikir dan doa-doa yang diajarkan Nabi shollallahu alaihi wasallam:

https://asysyariah.com/pentingnya-doa-dalam-menghadapi-wabah-penyakit/
https://asysyariah.com/memperbanyak-doa-meminta-perlindungan-dari-segala-penyakit/
https://asysyariah.com/wirid-rutin-harian-sebagai-perlindungan-dari-penyakit/

Demikianlah saudaraku kaum muslimin, semoga paparan ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa melimpahkan ampunan, petunjuk, dan pertolongan kepada segenap kaum muslimin. 

Wallaahu A’lam

(Abu Utsman Kharisman)

💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom

Kamis, 26 Maret 2020

WABAH VIRUS CORONA, SALAFY SEBAGAI PEMBEDA

WABAH VIRUS CORONA, SALAFY SEBAGAI PEMBEDA

Beberapa waktu sebelum meminta ijin kepada khalifah Utsman bin Affan agar diperbolehkan untuk pindah domisili ke Rabadzah, sahabat Abu Dzar _Radhiyallahu 'anhum_ memberi pernyataan :

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ؛ لَوْ أَمَرْتَنِي أَنْ أَقْعُدَ؛ لَمَا قُمْتُ , وَلَوْ أَمَرْتَنِي أَنْ أَكُونَ قَائِمًا؛ لقُمْتُ مَا أَمْكَنَتْنِي رِجْلَايَ , وَلَوْ رَبَطْتَنِي عَلَى بَعِيرٍ لَمْ أُطْلِقْ نَفْسِي حَتَّى تَكُونَ أَنْتَ الَّذِي تُطْلِقُني

“Demi Allah Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, Andaikan Anda perintahkan saya untuk duduk, tidak akan mungkin saya berdiri. Kalau Anda perintahkan saya untuk berdiri, pasti saya berdiri selagi kedua kakiku mampu tegak. Apabila Anda ikat saya di atas seekor unta, saya tidak akan melepaskan ikatan itu sampai Anda sendiri yang melepaskannya”

Hadits di atas diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh Al Albani dalam  At Ta'liqaat Al Hisan No.5933

Demikianlah prinsip Salafy!
 
Apapun cibiran yang diterima, walau banyak cemoohan yang disematkan, meskipun tuduhan keji ini dan itu diarahkan, Itu semua tidak dipedulikan

Sebab tidak ada pertimbangan duniawi, tidak pula tendensi materi, semua adalah ketundukan pada syari'at, kepatuhan sempurna pada pesan-pesan Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam

Mendengar dan taat pada pemerintah adalah syari'at Islam yang amat agung. Yaitu taat dalam perkara yang ma'ruf, bukan dalam kemaksiatan.

Mendengar dan taat pada himbuan, kebijakan maupun ketetapan pemerintah merupakan solusi untuk banyak problematika kehidupan

Terlepas dari kekurangan yang ada pada suatu pemerintahan, prinsip ini selalu dipegang oleh Salafy di setiap zaman

Lihatlah sahabat Abu Dzar di atas! 

Kepatuhan yang luar biasa, ketundukan yang hebat, patuh dan tunduk pada penguasa

Wabah virus Corona semakin hari semakin mengkhawatirkan, bertambahnya waktu bertambah pula kecemasan.

Bukan hanya teori namun fakta, bukan sebatas prediksi tetapi sudah nyata, bukan cuma isu tetapi telah terbukti

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah konkret untuk mencegah proses penyebaran wabah virus Corona ini. Banyak upaya dilakukan agar penyebarannya terminimalisir

Konsep isolasi dijalankan, langkah karantinan dikerjakan, bahkan pilihan lockdown mulai dipertimbangkan. Ini semua sebagai bentuk ikhtiar dan menempuh sebab, yang itu diajarkan dalam Islam.

Pemerintah Indonesia melalui saluran-saluran informasi resmi mengajak dan menghimbau untuk melakukan Social Distancing Measures, apa itu? 

Ringkasnya adalah bekerja di rumah, belajar di rumah dan ibadah di rumah.

Kita diajak untuk membatasi gerak, menjauhi keramaian dan kerumunan

Kita diminta untuk lebih banyak di rumah, tidak kemana-mana kecuali benar-benar darurat.

Hal ini sangat efektif untuk meminimalisir penyebaran wabah virus Corona (Covid-19) dengan ijin Allah Ta'ala.

Salafy memang beda! 

Mendengar dan taat kepada pemerintah adalah prinsip yang menjadi karakter khas Salafy di sepanjang zaman. Sikap dan pernyataan sahabat Abu Dzar dalam riwayat di atas sudah cukup mewakili sikap kaum Salaf, bagaimana mereka selalu mendengar dan taat kepada pemerintah

Jika ada yang bertanya, bukankah mendengar dan taat kepada pemerintah hanya kepada yang bijak dan adil ?

Bukankah saat itu yang berkuasa dan menjadi khalifah adalah sahabat Utsman bin Affan yang sudah pasti adil dan bijak ?

Pertama : 
Kebijakan Pemerintah Indonesia untuk menerapkan Social Distancing Measures apakah termasuk kebijakan yang baik atau jelek, benar atau salah ? 

Kita tentu sepakat bahwa kebijakan ini adalah kebijakan yang baik dan benar, bahkan kebijakan ini sesuai dengan arahan dari Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam

Beliau bersabda dalam hadits Usamah bin Zaid riwayat Bukhari Muslim :

فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْه

“Jika kalian mendengar ada wabah penyakit thaun di suatu daerah, janganlah datang ke sana. Jika terjadi wabah penyakit thaun di suatu daerah sementara kalian berada di sana, janganlah meninggalkan daerah tersebut karena ingin menyelamatkan diri”

Demikian juga Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam pernah berpesan, ”Larilah menghindar dari orang yang sakit kusta sebagaimana engkau lari menghindar dari harimau”

Ringkasnya, kita diajarkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam agar menjaga diri dan mengisolasi diri supaya tidak tertular sebuah penyakit.

Nah, himbauan Pemerintah Indonesia adalah himbauan yang benar dan baik

Lalu apa alasan kita untuk menolaknya ? 

Apa alasan kita untuk tidak melaksanakan ?

Kedua : 
Di dalam riwayat yang sama, sahabat Abu Dzar lantas berangkat ke Rabadzah. Di sana yang menjadi imam shalat adalah seorang budak. Dalam keadaan pada jaman itu, keumuman yang menjadi imam shalat adalah penguasa. Orang-orang lalu meminta Abu Dzar untuk maju menjadi imam. Namun Abu Dzar menolak

Abu Dzar mengatakan,
”Kekasihku Rasulullah telah memberi tiga wasiat untukku, salah satu wasiat beliau adalah :

أَنْ أَسْمَعَ وأُطيع - وَلَوْ لِعَبْدٍ حَبَشِيٍّ مُجَدَّعِ الْأَطْرَافِ 
 
“Agar aku mendengar dan taat kepada penguasa meskipun yang berkuasa adalah seorang budak dari Habasyah yang cacat hidung atau cacat telinga”

Ada beberapa kriteria penguasa yang tidak terpenuhi namun Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam tetap memerintahkan kita untuk mendengar dan taat

Penguasa haruslah merdeka, bukan budak sahaya

Penguasa mestinya sempurna fisik dan tidak cacat 

Artinya, selagi telah ditetapkan sebagai penguasa, sebagai pemerintah yang terpilih, maka kewajiban kita adalah mendengar dan taat, apalagi jika yang diperintahkan adalah kebaikan.

Saat wabah virus Corona melanda di banyak wilayah, bahkan hampir merata, di saat inilah Salafy terlihat sebagai pembeda

Salafy selalu mendengar dan taat, siap melakukan Social Distancing Measures, siap belajar di rumah, siap bekerja di rumah, siap beribadah di rumah

Walau terkadang Salafy dituduh radikalis, anti NKRI, tidak nasionalis

Meski Salafy distigmakan sebagai kaum teroris, tak mengapa, bukan masalah, inilah konsekuensi dari kebenaran

Saat-saat seperti inilah, Salafy dapat membuktikan bahwa Salafy adalah barisan terdepan dalam melaksanakan himbauan Pemerintah

Allahul Musta'aan

https://t.me/inifaktabukanfitnah/4221

Sabtu, 18 Januari 2020

SEKILAS SEJARAH PERJUANGAN ULAMA MENGEMBALIKAN AJARAN ISLAM PADA AJARAN NABI DAN PARA SAHABATNYA

💐📝SEKILAS SEJARAH PERJUANGAN ULAMA MENGEMBALIKAN AJARAN ISLAM PADA AJARAN NABI DAN PARA SAHABATNYA (BAG KE-1)

(Terjemahan Penjelasan Syaikh Sholih al-Fauzan dalam Mukaddimah Syarh Aqidah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab)

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Semoga sholawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan para Sahabatnya seluruhnya.

Amma Ba’du:

Sesungguhnya kaum muslimin di masa Sahabat dan Tabi’in akidah mereka telah dikenal dengan baik. Akidah mereka sesuai dengan alQuran dan Sunnah yang ditinggalkan oleh Rasulullah shollallahu alaihi wasallam.

Dulu akidah yang dikenal baik itu ada di masa Sahabat, Tabi’in, dan generasi terbaik, 4 generasi. Meskipun di akhir generasi ini mulai masuk perselisihan dan kelompok-kelompok (baru). Seperti Khawarij, Qodariyyah, Syi’ah. Namun, dulu Dien (Islam) kuat dan mulia.

Orang-orang jahat bersembunyi dan tidak menampakkan kejahatannya. Ketika berakhir masa generasi yang utama itu nampak jelaslah kejahatan dan orang-orang sesat menampakkan kesesatannya. Di antaranya adalah Jahmiyyah, Mu’tazilah, Batiniyyah, dan Syi'ah.

Demikian juga kelompok sesat yang lain seperti Sufiyyah, Quburiyyah, dan kelompok-kelompok yang batil. Namun, Islam masih kuat di masa Daulah Umawiyyah. Ulama memiliki kedudukan dan perjuangan yang kuat. Mereka memerangi pemikiran-pemikiran ini. Orang-orang zindiq dihukum mati di masa Daulah Umawiyyah. Seperti Ja’ad bin Dirham dan selainnya yang terang-terangan menampakkan kezindiqan-nya.

Kemudian datanglah Daulah Bani Abbas yang juga memiliki kekuatan. Pada permulaan Daulah ini Islam kuat dan disegani. Ulama memiliki kedudukan yang mulia. Orang-orang jahat tidak punya kebebasan untuk menampakkan kejahatannya.

Di akhir pemerintahan Daulah Bani Abbas, datanglah al-Ma’mun al-Abbaasiy putra Harun ar-Rasyid. Dia memberontak terhadap kekuasaan saudaranya al-Amin, membunuhnya dan merebut kekuasaan itu. Ia adalah laki-laki kuat, cerdas, dan berilmu.

Namun, ia dimasuki oleh orang-orang yang sesat. Ia jadikan orang-orang sesat itu sebagai teman dekat di sekelilingnya. Seperti Ibnu Abi Du-ad, Bisyr al-Marrisiy. Mereka berhasil memikat hati al-Ma’mun untuk ikut dalam kesesatan dan akidah mereka. 

Ia pun terpengaruh. Sehingga mendukung penerjemahan buku-buku asing. Bahkan membangun tempat khusus penerjemahan itu yang disebut dengan Daarul Hikmah. Padahal sebenarnya itu adalah Darun Niqmah (tempat bencana). 

Mereka menerjemahkan buku-buku Romawi yang berisi kesesatan dan keburukan (ke bahasa Arab). Datanglah akidah-akidah yang sesat melalui jalur ini ketika buku-buku itu diterjemahkan. Sebagaimana Syaikh Taqiyyuddin rahimahullah menyatakan bahwa dengan diterjemahkannya buku-buku dari Romawi itu, bertambahlah keburukan.

Akhirnya, mereka bisa membuat al-Ma’mun tunduk pada keyakinan bahwa alQuran adalah makhluk, wal iyaadzu billaah. Firman Allah yang merupakan sumber hukum pertama dalam syariat, ingin mereka cabut sampai akarnya dari umat. Mereka berkata: Sesungguhnya alQuran adalah makhluk, bukan Firman Allah. al-Ma’mun pun tunduk dengan pendapat ini.

Namun para Imam (Ulama besar) berdiri menghadang pemikiran ini. Di antara yang terdepan adalah al-Imam Ahmad –semoga Allah merahmati beliau -. Mereka bangkit melawan pemikiran sesat ini dengan kuat dan mereka menolak menyatakan bahwa alQuran adalah makhluk. Sebagian mereka disiksa. Seperti al-Imam Ahmad. Sebagian mereka dibunuh. Namun mereka tetap sabar dalam melawan Mu’tazilah. Allah pun mengokohkan Dien dengan sebab mereka. Allah kokohkan akidah yang shahihah dengan sebab mereka, dan terusirlah orang-orang yang jahat.

Sepeninggal al-Ma’mun, saudaranya yang bernama al-Mu’tashim bin Harun ar-Rasyid menggantikannya. Kemudian setelah itu al-Watsiq bin al-Ma’mun. Mereka mengambil manhaj (yang menyimpang) ini dan ingin memaksa manusia untuk berpendapat bahwa alQuran adalah makhluk. Semua pemimpin tersebut menyiksa al-Imam Ahmad.

Namun, al-Imam Ahmad tidak pernah mengikuti mereka untuk mengucapkan kalimat itu, meskipun hanya satu kalimat. Justru beliau menyatakan: al-Quran adalah Kalam (Firman) Allah. Jika mereka mendesak beliau, beliau menyatakan: Tunjukkanlah bukti dari alQuran dan Sunnah sebagai dalil atas ucapan kalian itu. Mereka pun kembali memukul al-Imam Ahmad. Hingga beliau pingsan. Namun beliau tetap enggan mengucapkan pernyataan bahwa alQuran adalah makhluk. 

Hingga darah beliau mengalir akibat kerasnya pukulan itu. Saking kerasnya pukulan itu hingga beliau hilang kesadaran. Beliau tetap kokoh demikian hingga datang masa pemerintahan al-Mutawakkil bin Harun arRasyid. Allah pun menyelamatkan Ahlus Sunnah dan menolong kebenaran. Allah menghancurkan Ahlul Bid’ah. Kemudian terbunuhlah al-Mutawakkil yang dibunuh secara licik oleh orang yang jahat.

Kemudian berlangsunglah kelemahan (pada umat Islam) hingga akhir pemerintahan Bani Abbas. Berikutnya, Syiah mendapat posisi dalam kementrian. Padahal mereka lebih buruk dari Jahmiyyah. Ibnul Alqomiy menjadi menteri. Demikian juga sang penolong kekafiran, yaitu atThuusiy. 

Mereka menarik pasukan Tartar Mongol dari Timur yang memerangi negeri-negeri muslim sehingga menjajahnya dan membunuh khalifah. Mereka mengambil kitab-kitab Islam dan melemparkannya di sungai Dajlah. Mereka membunuh ratusan ribu kaum muslimin. Mereka membinasakan negeri-negeri kaum muslimin. Kaum muslimin melawan mereka di setiap negeri. Pada akhirnya, Allah menghinakan Tartar dan di antara mereka ada yang masuk Islam.

Islam tetap dalam keadaan kuat dan mulia –segala puji hanya untuk Allah-. Allah munculkan orang-orang yang menolong, melindungi, dan membela (ajaran) Islam. Muncul Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di masa kegelapan. Kelompok-kelompok yang menyimpang saling menarik manusia, yaitu Sufiyyah, Jahmiyyah, Mu’tazilah, Quburiyyah, dan Syiah. 

Kaum muslimin hidup dalam suasana penuh gelombang fitnah. Di masa itu muncul Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Beliau mempelajari kitab-kitab Salafus Shalih yang murni. Beliau juga mempelajari kitab-kitab yang menyimpang dan mengenal dengan baik syubhat-syubhat yang ada di dalamnya. Beliau bangkit berdakwah mengajak manusia kepada Allah, menulis kitab-kitab dan mengajar. Beliau pun diasingkan dan dipenjarakan.

Namun itu tidak menghalangi beliau untuk terus berjihad. Baik jihad dengan senjata, terjun langsung di medan pertempuran (termasuk melawan pasukan Tartar, pent). Beliau juga berjihad dengan pena, lisan, dan hujjah.

Hingga Allah munculkan pula murid-murid yang meneruskan ilmu beliau, seperti Ibnul Qoyyim, Ibnu Katsir, dan adz-Dzahabiy. Demikian juga para Ulama besar selain mereka. Berkembanglah dakwah (Islam yang benar). Terbitlah fajar dakwah dan pembaharuan ajaran agama Islam (kembali pada ajaran Nabi dan para Sahabatnya, pent). Terdapat bantahan-bantahan terhadap syubhat dan kesesatan dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan para murid beliau –semoga Allah merahmati mereka-.

Kemudian berjalan waktu yang lama, lemahlah (sikap mengikuti) mazhab Ahlus Sunnah. Banyak kebid’ahan. Kesesatan tersebar luas. Setelah masa Syaikhul Islam dan para muridnya, muncullah masa kemandegan, kebodohan, dan taklid buta. 

Negeri Najd tidak banyak disebut. Bahkan dilupakan. Dianggap wilayah terbelakang (terpencil) atau menyerupai daerah terpencil. Hanya berupa kampung, lahan pertanian, dan tempat yang jauh dari pemukiman. Tidak menarik sebagai tempat tinggal. Setiap wilayah punya pemimpin tersendiri. Terpisah satu sama lain. (Sebagai contoh), pemimpin negeri ‘Irqih tidak tunduk pada pemimpin negeri ad-Dir’iyyah. Padahal kedua negeri itu berdekatan. Masing-masing wilayah yang berkuasa sendiri-sendiri.

Para Ulama Hanabilah (di masa itu) di Najd terlalu mementingkan pembahasan fiqh (saja). Mereka menyusun karya-karya fiqh dan mengajarkannya. Adapun secara akidah, mereka berada di atas akidah al-Asya’iroh dan al-Maturidiyyah. Mereka larut dalam tashawwuf dan kebid’ahan. Seperti juga di negeri-negeri lain.

Bahkan, lebih banyak tersebar kebodohan di antara mereka di wilayah terpencil maupun perkampungan. Ya, di perkampungan ada Ulama, namun Ulama fiqh saja. Mereka pergi ke Syam berguru kepada Ulama Hanabilah di Syam. Kemudian pulang membawa kitab-kitab fiqh dalam mazhab al-Imam Ahmad.

Ini adalah kebaikan yang banyak. Namun, dalam akidah mereka kurang perhatian. Manusia dalam kondisi seperti itu: Sufiyyah, Quburiyyah, dan beberapa keburukan (bid’ah dan penyimpangan) lainnya. Tukang sihir juga semangat dengan aktivitas sihirnya. Demikian juga para tukang tenung. Kabilah-kabilah yang ada saling berhukum dengan para tukang ramal dan tukang tenung yang ada di antara mereka.

Dalam kondisi semacam ini Allah munculkan Syaikhul Islam Muhammad bin Abdil Wahhab. Allah mengaruniakan kecerdasan dalam memahami keadaan masyarakat di masa itu. Sejak kecil beliau sering menelaah dan mengkaji kitab-kitab 2 Syaikh: Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qoyyim. Beliau juga sering menelaah kitab-kitab Salaf (para Ulama Islam terdahulu, pent). Beliau sendirian.

Kemudian beliau tidak mencukupkan diri dengan ilmu yang ada di negerinya. Beliaupun safar ke negeri lain.

(Bersambung, insyaallah...)

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom
----------------------

💐📝SEKILAS SEJARAH PERJUANGAN ULAMA MENGEMBALIKAN AJARAN ISLAM PADA AJARAN NABI DAN PARA SAHABATNYA (BAG KE-2-SELESAI)

(Terjemahan Penjelasan Syaikh Sholih al-Fauzan dalam Mukaddimah Syarh Aqidah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab)

Beliau (Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab) safar menuju Makkah dalam rangka menunaikan ibadah haji dan mengambil ilmu dari sebagian Ulama di Makkah. Beliau safar ke Madinah berziarah ke Masjid Nabawi dan mengambil ilmu dari Ulama di Madinah.

 Kemudian beliau safar ke al-Ahsaa’ dan mengambil ilmu dari Ulama di sana. Kemudian beliau safar ke Iraq menuju Bashrah, bertemu sebagian Ulama dan berguru kepada mereka. Beliau pun menyusun beberapa kitab di sana. Kemudian beliau hendak safar menuju Syam, namun tidak terlaksana.

Berikutnya, beliau kembali ke negerinya dalam keadaan sedih mengetahui keadaan masyarakat di sana. Beliau tidak bisa diam melihat keadaan itu. Maka beliau mulai berdakwah di atas bashiroh dan petunjuk.
Beliau mulai berdakwah di negeri Huraimalaa’. Tempat tinggal ayah beliau yang menjadi qodhi (hakim) di sana. Beliau tidak betah tinggal di sana hingga pindah ke al-Uyainah. Saat itu, Uyainah dipimpin oleh Bani Mu’ammar. 

Beliau pun menyampaikan dakwah kepada pemimpin Uyainah saat itu, dan pemimpin itu menerimanya. Mendukung dan menolong dakwah Syaikh. Syaikh mulai mengubah kemunkaran-kemunkaran. Beliau menghancurkan kubah yang berada di atas kubur Zaid bin al-Khoththob yang menjadi sasaran kunjungan manusia. Beliau pun menegakkan hukuman had zina bagi seorang wanita yang mengaku telah melakukan perbuatan itu.

Ketika hal itu terdengar oleh pemimpin al-Ahsaa’ Ibnu Urai’ir al-Kholidiy, ia marah kepada (pemimpin Uyainah) Ibnu Mu’ammar. Ia mengancam akan memutuskan bantuan yang biasa diberikan, jika tidak mengusir orang tersebut (Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab) dari negerinya.

Ibnu Mu’ammar pun menyampaikan ancaman itu kepada Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Syaikh ingin menenangkannya dengan menyatakan: rezeki dari Allah lebih baik bagimu dibandingkan yang diberikan oleh fulan. Hendaknya engkau bertawakkal hanya kepada Allah. Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi akan mencukupi kebutuhan orang yang bertawakkal kepadaNya.
Namun, orang itu tidak mau menerima nasihat Syaikh. Ia ingin Syaikh pergi dari negerinya.

Maka pergilah Syaikh meninggalkan Uyainah. Ke mana beliau pergi? Beliau pergi menuju ad-Dir’iyyah. 

Di sana pemimpinnya adalah Muhammad bin Saud. Dulu, pemimpin Muhammad bin Saud adalah seperti pemimpin di negeri lain. Beliau mendengar bahwa Syaikh ini pergi dari Uyainah dan juga berhati-hati terhadap Syaikh. Namun Syaikh pergi menuju murid beliau yang disebut Ibnu Suwailim di ad-Dir’iyyah. Beliau singgah sebagai tamu. Diharapkan tidak ada seorang pun yang tahu akan kunjungan beliau ini. Beliau melaksanakan itu secara tersembunyi.

Istri pemimpin Muhammad bin Saud mengetahui kedatangan Syaikh (ke ad-Dir’iyyah). Allah telah memberikan hidayah kepadanya, ia mendengar tentang dakwah Syaikh, dan menerima kepada ajaran dakwah tersebut. Ia berkata kepada suaminya, Muhammad bin Saud: Kedatangan seorang ‘alim yang datang ke negerimu ini adalah rezeki yang Allah hantarkan kepada anda. Ambillah baik-baik kesempatan ini, sebelum diambil pihak lain.

Istrinya terus menyampaikan demikian, hingga Muhammad bin Saud pun menerima usulan tersebut. Muhammad bin Saud berkata: Sampaikan kepadanya, silakan ia datang menemui aku. Istrinya berkata: Jangan. Jika engkau meminta ia datang, orang-orang akan berkata: Ia diundang untuk disiksa atau akan dibunuh. Namun, hendaknya anda sendiri yang mendatangi beliau hingga orang-orang tidak berpikiran yang tidak-tidak. 

Perhatikan, kecerdikan dan siasat dari istri Muhammad bin Saud tersebut, semoga Allah merahmatinya. Pergilah pemimpin ad-Dir’iyyah ke rumah Ibnu Suwailim. Ibnu Suwailim mengkhawatirkan keselamatan Syaikh. Ketika pemimpin ad-Dir’iyyah datang ke rumahnya, bertambahlah kekhawatirannya.

Pemimpin ad-Dir’iyyah itu pun masuk menemui Syaikh dan mengucapkan salam kepada beliau.
Syaikh pun menyampaikan dakwahnya kepada pemimpin ad-Dir’iyyah. Allah melapangkan dada pemimpin tersebut hingga menerima dakwah Syaikh. Ia pun berjanji akan mendukung dan menolongnya. Keduanya pun bersepakat untuk saling berjuang.

Dari sejak waktu itu, tegaklah dakwah di ad-Dir’iyyah. Syaikh pun duduk menyampaikan ilmu, memberikan nasihat, dan menulis (karya). Banyak para penuntut ilmu yang datang mengunjungi beliau. Syaikh merasa mendapat dukungan dan perlindungan terhadap dakwah beliau. Syaikh pun menulis surat ke negeri-negeri lain berdakwah mengajak mereka menuju Allah.

Kemudian mereka juga menyusun pasukan jihad melawan negeri-negeri lain yang memeranginya. Allah memberikan pertolongan kepada mereka terhadap negeri-negeri sekitar (yang memeranginya). Negeri-negeri sekitar itu pun kemudian masuk ke wilayah kekuasaan Muhammad bin Saud. Dulunya beliau hanya memimpin ad-Dir’iyyah saja, namun kemudian menguasai Najd seluruhnya. Tegaklah pasukan yang  berjihad di jalan Allah dan tegaklah dakwah.

Di masa tersebut orang-orang jahat membikin kerancuan terhadap manusia dan berkata: Sesungguhnya Muhammad bin Abdil Wahhab ingin mengubah agama kaum muslimin. Sesungguhnya ia datang dengan membawa agama baru. Ia juga mengkafirkan kaum muslimin. Ia juga demikian dan demikian...(Berbagai tuduhan dusta disebarkan).

Penduduk Qosim menulis surat kepada beliau menanyakan tentang hal itu. Ini adalah suatu hal yang baik. Hendaknya anda jangan langsung percaya dengan isu yang tersebar, tanyakan langsung pada orangnya. Mereka menulis surat bertanya tentang akidah beliau. Karena nama beliau sudah dikesankan sedemikian buruk di sisi mereka. Ada yang menyatakan: sesungguhnya dia adalah seseorang yang ingin mengkafirkan manusia, membunuh manusia, dan mengubah agama manusia. Masih banyak ucapan-ucapan dusta lain terhadap beliau.

Syaikh pun menulis (ringkasan) akidah ini untuk menjelaskan akidah beliau. Untuk menjelaskan pula bahwasanya akidah beliau adalah akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Beliau tidaklah datang membawa ajaran yang baru. Beliau juga jelaskan bahwa tuduhan terhadap beliau itu adalah dusta. 

Beliau juga menulis risalah lain dalam bantahan-bantahan beliau terdapat dalam ad-Durar as-Saniyyah. Beliau juga membantah syubhat-syubhat yang disampaikan kepada beliau. Di antara kitab yang beliau tulis adalah Kasyfusy Syubuhat. Beliau menjawab syubhat-syubhat yang bertebaran di sekitar beliau.

Maka inilah landasan yang melatarbelakangi penulisan risalah ini yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan tentang akidah beliau. Di Qosim juga terdapat para Ulama. Mereka juga berkorespondensi dengan Ulama Hanabilah di Syam. Ketika sampai kepada mereka berita tentang Syaikh dan isu yang berkembang di sekitarnya, mereka pun menulis surat untuk menanyakan tentang akidah beliau. Maka Syaikh pun menulis risalah ini untuk menjelaskan akidah beliau. Beliau pun membantah syubhat-syubhat terkait itu.

Demikianlah keadaan dakwah menuju Allah. Orang-orang yang berdakwah mengajak manusia menuju Allah pasti akan mengalami bagian dari gangguan, ancaman, dan intimidasi. Namun mereka bersabar di atas itu. Kokoh di atasnya. Mereka pun membantah syubhat-syubhat yang menghalangi jalan mereka. Ini semakin menekankan bahwa seorang da’i wajib untuk berilmu dan mampu menjawab syubhat-syubhat yang ada. Ia harus menjelaskan mana yang benar dari sekian kebatilan. Ia harus bersenjatakan ilmu.

Syaikh (Muhammad bin Abdil Wahhab) rahimahullah tidaklah mulai mengemban dakwah yang agung ini kecuali setelah mapan dalam keilmuan. Setelah beliau belajar dan mengambil ilmu dari para Ulama di negeri-negeri yang beliau kunjungi. Setelah beliau membaca kitab-kitab. Barulah setelah itu beliau berdakwah dengan bersenjatakan ilmu dan hujjah-hujjah.

Allah pun menolong beliau dengan keikhlasan karena Allah. Beliau tidak menginginkan kedudukan di muka bumi atau membuat kerusakan padanya. Beliau tidak berambisi terhadap harta maupun kedudukan. Beliau hanya mengharapkan Wajah Allah. Beliau menginginkan untuk menolong Dien ini, menjelaskan kebenaran, dan bersikap anNashihah kepada para makhluk.

Beliau merasa kasihan kepada para makhluk agar mereka jangan binasa. Beliau berada di tengah-tengah mereka dan beliau memiliki ilmu dalam mengenali kebenaran. Beliau pun memandang kewajiban untuk berdakwah menuju Allah, melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar (memerintahkan kepada kebajikan dan melarang dari kemunkaran). Beliau rahimahullah memandang bahwa tidak ada jalan lain yang harus beliau lakukan kecuali ini.

<< selesai, Alhamdulillah >>

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom

Jumat, 10 Januari 2020

Neraka Sangat Marah Kepada Orang yang Akan Dimasukkan Ke Dalamnya

💐📝Neraka Sangat Marah Kepada Orang yang Akan Dimasukkan Ke Dalamnya

Neraka adalah juga makhluk yang taat dan tunduk kepada Allah. Dia marah pada orang-orang yang dimurkai Allah.
Saat masih di jarak yang sangat jauh, Neraka melihat kepada orang-orang kafir dengan kemarahan. Sampai-sampai terdengar jelas suara kemarahan yang mengerikan itu keluar dari Neraka dari jarak yang sangat jauh. Mendengar suara mengerikan itu mereka sangat ketakutan seakan-akan hampir copot jantungnya (disarikan dari Adhwaaul Bayaan dan Tafsir as-Si’diy).

إِذَا رَأَتْهُمْ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ سَمِعُوا لَهَا تَغَيُّظًا وَزَفِيرًا 

Apabila Neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kemarahannya dan suara nyalanya (zafir) (Q.S al-Furqaan ayat 12)

Itu adalah keadaan saat masih jauh terlihat. Neraka sudah sangat marah. Lalu bagaimana ketika orang-orang tersebut dilemparkan ke dalam Neraka?! Semoga Allah melindungi kita dari Neraka.

إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ (7) تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ ...(8) 

Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara Neraka yang mengerikan, sedang Neraka itu menggelegak . Hampir-hampir (Neraka) itu terpecah-pecah lantaran sangat marah (Q.S al-Mulk ayat 7-8) 

Pada ayat yang lain Allah menjelaskan bahwa Neraka itu memanggil orang-orang yang memang akan memasukinya. Yaitu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dengan hatinya dan berpaling dari mengerjakan amal sholih dengan anggota tubuhnya. Ditambah lagi mereka suka mengumpulkan harta dan bersikap kikir tidak mau mengeluarkan di jalan Allah.

تَدْعُوا مَنْ أَدْبَرَ وَتَوَلَّى (17) وَجَمَعَ فَأَوْعَى (18) 

Neraka memanggil orang-orang yang mendustakan (ayat Allah) dengan hatinya dan berpaling dengan anggota tubuhnya, serta mengumpulkan (harta) dan tidak mengeluarkannya (Q.S al-Ma’aarij ayat 17-18)

Ada orang-orang beriman yang saat akan diseret ke dalam Neraka, ia meminta perlindungan kepada Allah dari Neraka. Allah pun memerintahkan Neraka untuk tidak melalapnya. Demikian juga seseorang yang benar-benar yakin akan rahmat Allah. Disebutkan pula dalam hadits bahwasanya suara gelegak nyala api Neraka itu benar-benar mengerikan. Tidak ada seorang pun yang mendengarnya kecuali ia merasa takut.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: إِنَّ الرَّجُلَ لَيُجَرُّ إِلَي النَّارِ، فَتَنْزَوِي، وَيَنْقَبِضُ بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ، فَيَقُوْلُ لَهَا الرَّحْمنُ: مَا لَكَ؟ فَتَقُوْلُ: إِنَّهُ لَيَسْتَجِيْرُ مِنِّي! فَيَقُوْلُ: أَرْسِلُوْا عَبْدِي. وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُجَرُّ إِلى النَّارِ، فَيَقُوْلُ: يَا رَبِّ مَا كَانَ هَذا الظَّنّ بِكَ؟ فَيَقُوْلُ: مَا كَانَ ظَنُّكَ؟ فَيَقُوْلُ: أَنْ تَسَعَنِي رَحْمَتُكَ، قَالَ: فَيَقُوْلُ أَرْسِلُوا عَبْدِي. وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُجَرُّ إِلَى النَّارِ، فَتَشْهَقُ إِلَيْهِ النَّار شُهُوْقَ الْبَغْلَة إِلَى الشَّعِيْرِ، وَتَزْفَرُ زَفْرَةً لاَ يَبْقَى أَحَدٌ إِلَّا خَافَ.

Dari Ibnu Abbas –semoga Allah meridhainya- ia berkata: Sesungguhnya seseorang benar-benar diseret menuju Neraka, kemudian Neraka melipat satu sama lain. arRahmaan berkata: Ada apa denganmu? Neraka berkata: Sesungguhnya ia meminta perlindungan (kepadaMu) dariku. Allah berfirman: Lepaskanlah hambaKu. Sesungguhnya seseorang benar-benar diseret menuju Neraka, kemudian ia berkata: Wahai Rabb, apakah persangkaanku ini kepadaMu? Allah bertanya: Apakah persangkaanmu? Orang itu berkata: Engkau melimpahkan rahmatMu kepadaku. Allah berfirman: Lepaskanlah hambaKu. Sesungguhnya seseorang benar-benar diseret menuju Neraka, hingga Neraka bersuara gemuruh seperti gemuruh suara baghal yang memakan gandum, dan Nereka mengeluarkan suara gelegak nyalanya yang tidak menyisakan seorangpun kecuali ia takut (riwayat atThobariy, dinyatakan sanadnya shahih oleh Ibnu Katsir) 

(dikutip dari buku "Surga yang Dirindukan, Neraka yang Ditakutkan", Abu Utsman Kharisman, penerbit atTuqa Yogya)

💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom

Mayoritas Manusia Akan Masuk anNaar (Neraka)

💐📝Mayoritas Manusia Akan Masuk anNaar (Neraka)

Manusia adalah keturunan Nabi Adam. Mayoritas manusia akan masuk ke Neraka. Setiap 1000 orang, hanya 1 yang masuk Surga. Selebihnya, 999 orang akan masuk Neraka. Setengah dari penduduk Surga berasal dari umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam.

Dalam sebuah hadits dinyatakan:

يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَا آدَمُ يَقُولُ لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ فَيُنَادَى بِصَوْتٍ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تُخْرِجَ مِنْ ذُرِّيَّتِكَ بَعْثًا إِلَى النَّارِ قَالَ يَا رَبِّ وَمَا بَعْثُ النَّارِ قَالَ مِنْ كُلِّ أَلْفٍ أُرَاهُ قَالَ تِسْعَ مِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ فَحِينَئِذٍ تَضَعُ الْحَامِلُ حَمْلَهَا وَيَشِيبُ الْوَلِيدُ { وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ } فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ حَتَّى تَغَيَّرَتْ وُجُوهُهُمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ تِسْعَ مِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ وَمِنْكُمْ وَاحِدٌ ثُمَّ أَنْتُمْ فِي النَّاسِ كَالشَّعْرَةِ السَّوْدَاءِ فِي جَنْبِ الثَّوْرِ الْأَبْيَضِ أَوْ كَالشَّعْرَةِ الْبَيْضَاءِ فِي جَنْبِ الثَّوْرِ الْأَسْوَدِ وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَكَبَّرْنَا ثُمَّ قَالَ ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَكَبَّرْنَا ثُمَّ قَالَ شَطْرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَكَبَّرْنَا

Allah Azza Wa Jalla berfirman pada hari kiamat: Wahai Adam. Adam menjawab: Kami memenuhi seruanmu dengan senang hati wahai Tuhan kami. Kemudian diserukan dengan suara: Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu untuk mengeluarkan dari keturunanmu utusan menuju anNaar (Neraka). Adam bertanya: Wahai Tuhanku, apakah utusan anNaar itu? Pada setiap 1000 orang, diutus 999 orang. Pada saat itulah wanita hamil mengeluarkan kandungannya dan anak kecil menjadi beruban. (Sebagaimana firman Allah) :

وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ

Dan engkau melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka sebenarnya tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah sangat kerasnya (Q.S al-Hajj ayat 2)
(mendengar hadits yang disampaikan Nabi itu) para Sahabat merasa berat hingga wajah-wajah mereka berubah. Kemudian Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: pada Ya’juj dan Ma’juj 999, sedangkan pada kalian 1. Kalian di kalangan manusia bagaikan satu rambut hitam di sisi sapi jantan yang putih. Atau satu rambut putih di sisi sapi jantan hitam. Aku sungguh berharap bahwa kalian termasuk seperempat penduduk Jannah. Kemudian kami (para Sahabat) bertakbir. Nabi menyatakan: sepertiga penduduk Jannah. Kemudian kami (para Sahabat) bertakbir. Nabi menyatakan: setengah penduduk Jannah. Kemudian kami (para Sahabat) bertakbir (H.R al-Bukhari dari Abu Said al-Khudry)    

Karena mayoritas manusia akan masuk ke dalam Neraka, kita dilarang oleh Allah untuk mengikuti keinginan dan kebiasaan mayoritas manusia. Jika hal tersebut sudah jelas dilarang Allah, janganlah ikut arus mengikutinya dengan alasan: Ini kan banyak orang yang melakukannya? 

Allah melarang kita mengikuti mayoritas manusia, karena hal itu akan menyebabkan kita tersesat dari jalan Allah:

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

Jika engkau mengikuti kebanyakan manusia di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Tidaklah yang mereka ikuti kecuali persangkaan saja dan tidaklah mereka kecuali hanya berdusta (Q.S al-An’aam ayat 116)

(dikutip dari buku "Surga yang Dirindukan, Neraka yang Ditakutkan", Abu Utsman Kharisman, penerbit atTuqa Yogya)

💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom

Jumat, 03 Januari 2020

PENJELASAN SYAIKH IBN UTSAIMIN TENTANG BERDZIKIR DAN BERDOA BERSAMA SETELAH SALAT

💐📝PENJELASAN SYAIKH IBN UTSAIMIN TENTANG BERDZIKIR DAN BERDOA BERSAMA SETELAH SALAT

❓Pertanyaan: Apakah hukum syar’i menurut pandangan anda dalam hal doa berjamaah setelah pelaksanaan salat?

💡Jawaban Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah:

Berdoa secara berjamaah setelah pelaksanaan salat bukanlah sunnah Rasul shollallahu alaihi wasallam dan para Khulafaur Rasyidin. Bukan pula sunnah para Sahabat radhiyallahu anhum. Itu adalah perbuatan yang diada-adakan.

Telah tersebutkan (hadits) dari Nabi shollallahu alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda:

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ

Wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khalifah yang mendapat petunjuk lagi terbimbing. Berpegang teguhlah dengannya. Gigit kuat-kuat dengan gigi geraham kalian. Berhati-hatilah, jauhilah hal-hal yang diada-adakan. Karena setiap hal yang diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah << H.R Abu Dawud dan lainnya, lafadz sesuai riwayat Abu Dawud >>

Nabi shollallahu alaihi wasallam juga jika berkhutbah, memerah mata beliau dan terdengar keras suara beliau, seakan-akan beliau sangat marah. Bagaikan seseorang yang memberikan komando kepada pasukan. Beliau menyatakan: Bersiagalah di pagi dan sore hari kalian. Beliau juga bersabda:

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَة

Amma Ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik berita adalah Kitab Allah. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan. Setiap kebid’ahan adalah sesat << H.R Muslim dari Jabir >>

Berdoa secara berjamaah atau berdzikir secara berjamaah setelah salat adalah hal yang diada-adakan dan termasuk bid’ah. Setiap kebid’ahan adalah sesat. Yang disyariatkan bagi seorang yang salat adalah (memperbanyak) doa sebelum salam. Karena ini adalah tempat berdoa yang dibimbing oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam berdasarkan hadits yang shahih dari hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu ketika menyebutkan (bacaan yang disunnahkan) dalam tasyahhud:

ثُمَّ يَتَخَيَّرُ مِنْ الْمَسْأَلَةِ مَا شَاءَ

Kemudian (setelah selesai tasyahhud itu) silakan ia pilih doa permintaan yang dikehendakinya << H.R Muslim dan Ahmad, lafadz sesuai riwayat Muslim >>

Itu menunjukkan bahwasanya tempat berdoa adalah di akhir salat (sebelum salam), bukan setelahnya. Demikian pula yang sesuai dengan pandangan yang shahih. Bahwa semestinya seseorang (banyak) berdoa dalam salat, sebelum selesainya. Lebih utama dilakukan di waktu itu saat ia di hadapan Allah, dibandingkan ia berdoa setelah salatnya. 

Sedangkan yang disyariatkan untuk dilakukan setelah salat wajib adalah berdzikir (bukan berdoa, pent). Berdasarkan firman Allah Ta’ala:

فَإِذَا قَضَيْتُمْ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُمْ

Jika kalian telah menyelesaikan salat, berdzikirlah (mengingat) Allah dalam kondisi berdiri, duduk, maupun berbaring (Q.S anNisaa’ ayat 103)

Sebagaimana hal itu adalah petunjuk Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Disyariatkan juga untuk mengeraskan dzikir karena itulah yang dikenal di masa Nabi shollallahu alaihi wasallam sebagaimana shahih dalam riwayat al-Bukhari dari hadits Ibnu Abbas :

أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنْ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم

Sesungguhnya mengangkat suara saat berdzikir setelah selesainya manusia melakukan salat wajib, dilakukan di masa Nabi shollallahu alaihi wasallam << H.R al-Bukhari dan Muslim >>

Kecuali jika di sampingmu ada seseorang yang masih menunaikan salat dan dikhawatirkan menimbulkan gangguan padanya. Dalam kondisi seperti itu mestinya engkau melirihkan suaramu sehingga tidak mengganggu saudaramu. Karena menimbulkan suara yang ramai (mengacaukan konsentrasi) terhadap orang lain adalah sesuatu yang mengganggu. 

Nabi shollallahu alaihi wasallam ketika mendengar para Sahabatnya salat di masjid mengeraskan suara, beliau melarang mereka berbuat demikian. Beliau bersabda:

وَلَا يَجْهَرْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ بِالْقُرْآنِ

Dan janganlah sebagian kalian mengeraskan bagian terhadap sebagian yang lain dalam membaca alQuran << H.R Ahmad >>

Dalam hadits yang lain disebutkan:

فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا

Janganlah sebagian dari kalian mengganggu sebagian yang lain << H.R anNasaai, al-Hakim >>

Nabi shollallahu alaihi wasallam menjelaskan bahwa mengeraskan bacaan jika di sekelilingnya ada yang terganggu dengan itu tidaklah diperbolehkan. 

Kesimpulannya, setelah selesai salat adalah tempat untuk berdzikir sedangkan sebelum salam di tasyahhud akhir adalah tempat (kesempatan) berdoa. Demikian pula yang disebutkan dalam sunnah bahwasanya dzikir setelah salat disyariatkan dikeraskan selama tidak mengganggu orang di sampingnya.

Wallaahu A’lam. 

(Fataawa Nuurun ‘alad Darb (153/2))

🇸🇦Naskah Asli dalam Bahasa Arab:

السائل من جمهورية مصر العربية يقول في رسالته ما حكم الشرع في نظركم في الدعاء الجماعي بعد أداء الصلوات؟

فأجاب رحمه الله تعالى: الدعاء الجماعي بعد أداء الصلوات ليس من سنة الرسول صلى الله عليه وسلم ولا من سنة خلفائه الراشدين ولا من سنة الصحابة رضي الله عنهم وإنما هو عمل محدث وقد ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال (عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة) وكان صلى الله عليه وسلم إذا خطب احمرت عيناه وعلا صوته واشتد غضبه حتى كأنه منذر جيش يقول صبحكم ومساكم ويقول أما بعد فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة فهذا الدعاء الجماعي أو الذكر الجماعي بعد الصلوات محدث بدعة وكل بدعة ضلالة والمشروع في حق المصلى أن يدعو قبل أن يسلم لأن هذا هو محل الدعاء الذي أرشد إليه النبي عليه الصلاة والسلام حيث قال فيما صح عنه من حديث ابن مسعود رضي الله عنه حين ذكر التشهد قال (ثم يتخير من الدعاء ما شاء) وهو دليل على أن محل الدعاء آخر الصلاة وليس ما بعدها وهو كذلك الموافق للنظر الصحيح لأن كون الإنسان يدعو في صلاته قبل أن ينصرف من بين يدي الله أولى من كونه يدعو بعد صلاته والمشروع بعد الصلوات المفروضة الذكر كما قال الله تعالى (فَإِذَا قَضَيْتُمْ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُمْ) وكما كان ذلك هدي رسول الله صلى الله عليه وسلم والمشروع أيضاًَ أن يجهر بهذا الذكر لأن هذا هو المعروف في عهد النبي صلى الله عليه وسلم كما صح ذلك في البخاري من حديث ابن عباس رضي الله عنهما قال كان رفع الصوت بالذكر حين ينصرف الناس من الذكر على عهد النبي صلى الله عليه وسلم اللهم إلا إذا كان بجانبك رجل يقضي صلاته وتخشى أن تشوش عليه ففي هذه الحال ينبغي عليك أن تسر بقدر ما لا تشوش على أخيك لأن التشويش على الغير إيذاء له ولهذا لما سمع النبي صلى الله عليه وسلم أصحابه يصلون في المسجد ويجهرون نهاهم عن ذلك وقال (لا يجهر بعضكم على بعض في القرآن) وفي حديث آخر قال لا (يؤذين بعضكم بعضاً في القراءة) فبين النبي صلى الله عليه وسلم أن جهر الإنسان بالقراءة إذا كان حوله من يتأذى به لايجوز والخلاصة أن ما بعد الصلاة موضع ذكر وما قبل السلام في التشهد الأخير موضع دعاء هكذا جاءت به السنة وأن الذكر الذي يكون بعد الصلاة يشرع الجهر به ما لم يتاذى به من بجانبه والله أعلم.

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom