Minggu, 17 Juli 2016

Belajar Aqidah Shahihah Dari Kitab Al Ushul Ats Tsalatsah (04)

BELAJAR AQIDAH SHAHIHAH
DARI KITAB AL USHUL ATS TSALATSAH

PELAJARAN KEEMPAT

قال المؤلِّف رحمه الله تعالى:

"رَحِمَكَ الله"ُ

Berkata Penulis_rahimahullah Ta'ala:
"Semoga Allah merahmatimu"
--------------------------

Penjelasan:

Perkataan Penulis_rahimahullah:

[رَحِمَكَ اللهُ]

Memberikan kepada kita beberapa faedah, diantaranya:

1. Mengingatkan bahwa ilmu syariat ini merupakan bentuk rahmat dan kasih sayang dari Allah Ta'ala untuk hamba-hamba-Nya tatkala mereka mau menerima dan mengamalkan ilmunya. Allah Ta'ala berfirman kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam:

{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ}

"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam". [QS. Al Anbiya: 107]

2. Ilmu syar'i ini akan membawa pemiliknya untuk saling menyayangi diantara mereka. Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

{مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ}

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka". [QS. Al Fath: 29]

3. Ilmu ini tidak diberikan dan tidak bermanfaat melainkan untuk orang-orang yang ramah dan sayang kepada manusia. Semakin bertambah sifat ramah dan sayangnya kepada manusia, maka semakin bertambah pula pula ilmu pada dirinya. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ لَا يَرْحَمِ النَّاسَ، لَا يَرْحَمْهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ»

"Siapa yang tidak menyayangi manusia maka tidak disayangi Allah 'azza wajalla." [Muttafqun 'alaihi, dari shahabat Jarir bin Abdillah]

Oleh karena itu, apabila ada seorang yang berilmu meremehkan perkara ini, maka hal ini menunjukan dangkalnya ilmunya. Karena pada hakekatnya, ilmu syar'i akan membentuk pemiliknya bersifat lemah lembut, kasih sayang dan ramah kepada manusia. Allah Ta'ala berfirman kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam:

{فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ}

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka". [QS. Ali 'Imran: 159]

Dan salah satu bentuk rahmat dan kasih sayangnya seorang yang berilmu adalah dia mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan yang munkar. Membimbing manusia kepada jalan yang diridhai Allah Ta'ala dan mengingatkan serta memperingatkan dari jalan-jalan yang akan menyimpangkan mereka dari Ash Shirathal Mustaqim (jalan yang lurus).

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…" [QS. Ali 'Imran:110]

Maka perkataan Penulis:

رَحِمَكَ اللهُ

"Semoga Allah merahmatimu"

Menunjukan betapa sayangnya beliau kepada umat, terkhusus kepada para penuntut ilmu. Beliau dalam kitab ini mengajari manusia tiga perkara yang agung yang akan menentukan seorang hamba selamat atau tidaknya dia dari siksa Allah.

Berkata Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh_rahimahullah: "Sering Penulis menggabungkan dalam kitabnya antara doa untuk para penuntut ilmu dan bimbingan yang beliau sampaikan dan terangkan (dalam tulisannya). Ini merupakan metode (pengajaran) yang baik, kasih sayangnya, rahmatnya kepada kaum muslimin".

Oleh karena itu, sepantasnya bagi para da'i dan juga para penuntut ilmu, ketika dia menyampaikan ilmu dalam majelis taklim atau muhadharah untuk memperhatikan dua hal:
1. Niat yang baik, yaitu ikhlas karena Allah Ta'ala, yang mana dia niatkan dakwahnya agar manusia  selamat dari adzab Allah. Bukan karena mengharap harta manusia atau banyak pengikutnya.
Lihatlah apa yang telah dicontohkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kepada umatnya, sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik_radhiyallahu 'anhu, ia berkata:

كَانَ غُلاَمٌ يَهُودِيٌّ يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَرِضَ، فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ، فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ، فَقَالَ لَهُ: «أَسْلِمْ»، فَنَظَرَ إِلَى أَبِيهِ وَهُوَ عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ: أَطِعْ أَبَا القَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَسْلَمَ، فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ: «الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنَ النَّارِ»

"Ada seorang anak kecil Yahudi yang bekerja membantu Nabi Shallallahu'alaihiwasallam menderita sakit. Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjenguknya dan Beliau duduk di sisi kepalanya lalu bersabda: "Masuklah Islam". Anak kecil itu memandang kepada bapaknya yang berada di dekatnya, lalu bapaknya berkata,: "Ta'atilah Abul Qasim Shallallahu 'alaihi wasallam". Maka anak kecil itu masuk Islam. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam keluar sambil bersabda: "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan anak itu dari neraka". [HR. Al Bukhari]

2. Penggunaan bahasa yang baik, dengan disertai doa untuk para pendengarnya agar Allah merahmati dan memberkahi mereka.
Lihatlah apa yang telah dicontohkan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, ketika beliau mengajari ilmu kepada Mu'adz bin Jabal_radhiyallahu 'anhu, beliau bersabda sambil menggandeng tangan Mu'adz:

«يَا مُعَاذُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ»، فَقَالَ: " أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ».

"Wahai Mu'adz, demi Allah, aku mencintaimu, demi Allah, aku mencintaimu" Kemudian beliau berkata: "Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu'adz, janganlah engkau tinggalkan setiap selesai shalat untuk mengucapkan, "ALLAAHUMMA A'INNII 'ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI 'IBAADATIK" (Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir dan bersyukur kepadaMu serta beribadah kepadaMu dengan baik). [HR. Abu Dawud, dishahihkan Syaikh Al Albany dan Syaikh Muqbil]

Allah Akbar!!!
Betapa indahnya metode dakwah yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kepada umatnya. Sungguh benar-benar apa yang Allah firmankan:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [QS. Al Ahzab: 21]

Ini merupakan metode dakwah yang sangat bagus, yang sepantasnya seorang da'i dan juga para penuntut ilmu untuk berhias dan beramal dengannya. Barangsiapa berdakwah dengan mengikuti metode dan manhaj Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam berdakwah, maka pasti dia akan memperoleh kesuksesan sebagaimana suksesnya Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dalam membimbing umatnya.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah_rahimahullah: "Para Imam Ahlus Sunnah dan Jama'ah dan para ahli ilmu dan iman, pada diri mereka: Ilmu, kasih sayang dan sifat adil".

CATATAN:
Disebutkan pula oleh sebagian para ulama bahwa pada kalimat (رَحِمَكَ اللهُ) terkandung didalamnya makna: "Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu, dan menjagamu dari perbuatan dosa dimasa mendatang. Karena sesungguhnya kalimat Rahmat apabila bersendirian maka terkandung padanya permohonan pengampunan dosa yang telah lalu."

Dan juga diantara kandungan perkataan Penulis (رَحِمَكَ اللهُ) adalah:
"Aku memohon kepada Allah, untuk menurunkan rahmat-Nya kepadamu, sehingga dengan rahmat tersebut kamu dapat mencapai apa yang kamu cita-citakan, dan kamu selamat dari apa yang tidak kamu sukai."

Semoga Allah Ta'ala senantiasa melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga dengannya kita dapat mencapai apa yang kita cita-citakan, yaitu mendapatkan keridhaan dan Jannah-Nya dan melindungi kita semua dari segala bentuk perbuatan dosa.

Wallahul muwaffiq ilash Shawab.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawi, 8 Rabi'uts Tsani 1435/ 8 Pebruari 2014]
------------------------

FORUM KIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar