Kamis, 02 Oktober 2014

Kumpulan Mutiara Salaf (29)

Cinta Dunia Merupakan Dosa Besar

Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
“Tidaklah aku merasa heran terhadap sesuatu seperti keherananku atas orang yang tidak menganggap cinta dunia sebagai bagian dari dosa besar.

Demi Allah! Sungguh, mencintainya benar-benar termasuk dosa yang terbesar. Dan tidaklah dosa-dosa menjadi bercabang-cabang melainkan karena cinta dunia. Bukankah sebab disembahnya patung-patung serta dimaksiatinya Ar-Rahman tak lain karena cinta dunia dan lebih mengutamakannya?”
(Mawa’izh Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 138)

Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata:
“Telah sampai kepadaku bahwasanya akan datang satu masa kepada umat manusia di mana pada masa itu hati-hati manusia dipenuhi oleh kecintaan terhadap dunia, sehingga hati-hati tersebut tidak dapat dimasuki rasa takut terhadap Allah subhanahu wa ta'ala.
Dan itu dapat engkau ketahui apabila engkau memenuhi sebuah kantong kulit dengan sesuatu hingga penuh, kemudian engkau bermaksud memasukkan barang lain ke dalamnya namun engkau tidak mendapati tempat untuknya.”

Beliau -rahimahullah-berkata pula:
“Sungguh aku benar-benar dapat mengenali kecintaan seseorang terhadap dunia dari (cara) penghormatannya kepada ahli dunia. (Mawa’izh Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri, halaman. 120)

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/nds4895

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

CIRI-CIRI AHLUSSUNNAH

Al-Imam Al-Barbahari rahimahullah mengatakan:
“Barangsiapa yang tidak mempersaksikan terhadap orang yang dipersaksikan masuk surga oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam maka dia adalah pengikut bid’ah dan kesesatan. Dia telah ragu terhadap apa yang diucapkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam.

Al-Imam Malik bin Anas berkata: ‘Barangsiapa yang berpegang teguh dengan As-Sunnah, dan para shahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam selamat dari (cercaan)nya, lalu dia meninggal, maka dia bersama para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih, meskipun sedikit amalnya.’

Bisyr bin Al-Harits berkata: ‘As-Sunnah adalah Islam, dan Islam adalah As-Sunnah.’

Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: ‘Bila engkau melihat seorang Ahlus Sunnah, seakan-akan engkau melihat salah seorang shahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Dan bila engkau melihat seorang ahli bid’ah, seakan-akan engkau melihat salah seorang kaum munafik.’

Yunus bin ‘Ubaid berkata: ‘Adalah mengagumkan ada seseorang pada hari ini yang mendakwahkan As-Sunnah. Dan lebih mengagumkan lagi adalah orang yang menerima dakwah As-Sunnah’.” (Diambil dari Irsyadus Sari fi Syarhis Sunnah lil Barbahari, hal. 248)

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/kvkskv4

WhatsApp Salafy Indoonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

TAKUTLAH KEPADA ALLAH

Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu:
Kalian dalam perjalanan malam dan siang, umur-umur berkurang, amal-amal tercatat, serta kematian datang dengan tiba-tiba. Siapa yang menanam kebaikan akan segera menuai kesenangan dan siapa yang menanam kejelekan akan segera menuai penyesalan. Setiap penanam mendapatkan apa yang ditanam. Yang telah menjadi bagiannya tidak akan meleset darinya, dan ketamakan tidak akan meraih apa yang tidak ditakdirkan. Siapa yang memberi kebaikan maka Allah subhanahu wa ta'ala akan memberinya kebaikan dan siapa yang menjaga diri dari kejelekan maka Allah subhanahu wa ta'ala akan menjaganya. Orang-orang bertakwa adalah pemimpin, ahli fiqih adalah penuntun, dan duduk bersama mereka adalah tambahan (ilmu). (Siyar A’lamin Nubala, 1/497)

Abu ‘Ubaidah rahimahullah:
Ketahuilah, berapa banyak orang memutihkan baju tetapi mengotori agama. Ketahuilah berapa banyak manusia memuliakan diri sendiri padahal ia hina. Gantilah amal-amal jelek yang telah lewat dengan amal-amal baik sekarang! (Siyar A’lamin Nubala, 1/18)

Qubaishah bin Qais al-’Anbari rahimahullah berkata: Adalah adh-Dhahhak bin Muzahim, bila datang waktu sore selalu menangis. Lalu ia ditanya, “Mengapa kamu menangis?” Ia menjawab, “Aku tidak tahu apakah amalku naik (diterima di sisi Allah subhanahu wa ta'ala) pada hari ini.” (Shifatush Shafwah, 4/150)

Al-Qasim bin Muhammad rahimahullah berkata: Kami pernah bepergian bersama Ibnul Mubarak dan banyak pertanyaan yang terlintas di benakku terhadap dirinya, apa yang menyebabkan lelaki ini dihormati hingga ia sangat populer di kalangan manusia? Jika ia shalat, puasa, jihad dan haji; kami juga shalat, puasa, jihad dan haji. Pada suatu perjalanan menuju Syam pada malam hari, kami makan malam di sebuah rumah. Tiba-tiba lampu mati. Seseorang berdiri mengambil lampu dan menyalakannya. Sejenak ia diam kemudian lampu menyala. Sesaat kemudian aku melihat wajah Ibnul Mubarak dan janggutnya basah dengan air mata. Batinku berkata, “Karena rasa takut itulah lelaki ini dihormati melebihi kami, barangkali ketika lampu dibawa, ia berjalan menuju kegelapan dan mengingat hari kiamat lalu menangis.” (Shifatush Shafwah, 4/140)

Ibnu Syaudzab rahimahullah:
Ketika Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu wafat, dia (Ibnu Syaudzab  t) menangis. Ia ditanya mengapa menangis, ia menjawab, “Jauhnya perjalanan akhirat, sedikitnya bekal, dan perjalanan menanjak. Orang yang jatuh ke dalamnya bisa jadi jatuh ke dalam surga atau ke dalam neraka.” (Siyar A’lamin Nubala, 1/694)

(Dipetik dari Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf, hlm. 17—18)

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/k5xgjp5

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

KEUTAMAAN ILMU

Abu Muslim Al-Khaulani rahimahullah berkata: “Para ulama di muka bumi seperti bintang-bintang di langit. Bila bintang-bintang itu tampak, maka orang-orang mengambil petunjuk dengan bintang-bintang itu. Dan bila bintang-bintang itu tidak terlihat oleh mereka, mereka menjadi bingung.”

Abul Aswad Ad-Duali rahimahullah berkata: “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia dari ilmu. Para raja adalah hakim atas manusia sedangkan para ulama adalah hakim atas raja-raja.”

Wahab bin Munabbih rahimahullah berkata:  “Akan lahir dari ilmu: kemuliaan walaupun orangnya hina, kekuatan walaupun orangnya lemah, kedekatan walaupun orangnya jauh, kekayaan walaupun orangnya fakir, dan kewibawaan walaupun orangnya tawadhu’.”

Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata: “Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah subhanahu wa ta'ala adalah orang yang kedudukannya berada di antara Allah dan hamba-hamba-Nya. Mereka adalah para Nabi dan para ulama.”

Diambil dari Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim fi Adabil ‘Alim wal Muta’allim, Ibnu Jamaah Al-Kinani.

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/mrkv3yz

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar