Jumat, 03 Oktober 2014

Kumpulan Mutiara Salaf (30)

Hakekat Kedzaliman Penguasa

Sulaiman bin ‘Ali Ar-Rab’i rahimahullah meriwayatkan:
“Tatkala terjadi fitnah Ibnul Asy’ats, yang memberontak kepada Al-Hajjaj bin Yusuf, maka ‘Uqbah bin Abdul Ghafir, Abul Jauza` dan Abdullah bin Ghalib dari kalangan orang-orang yang seperti mereka (yakni kaum Khawarij), mendatangi Al-Hasan –yakni Al-Bashri–. 

Mereka berkata: ‘Wahai Abu Sa’id (yakni Al-Hasan)! Apa pendapatmu terhadap perbuatan memerangi orang yang melampaui batas ini (yaitu Al-Hajjaj), yang telah menumpahkan darah yang haram dan mengambil harta yang haram, meninggalkan shalat, dan berbuat ini dan itu…?’ Mereka lalu menyebutkan perbuatan-perbuatan Al-Hajjaj (1).

Al-Hasan Al-Bashri menjawab: ‘Aku berpendapat bahwa kalian tidak boleh memberontak kepadanya. Karena, bila ini adalah hukuman dari Allah maka kalian tidak akan bisa menolak hukuman Allah dengan pedang-pedang kalian. Dan bila ini merupakan ujian, hendaknya kalian bersabar sampai Allah menentukan hukumnya, dan Allah adalah Hakim yang terbaik.’
Mereka pun pergi dari sisi Al-Hasan dan mengatakan: ‘Apakah kita akan menaati al-’ilj (2) ini?’ Sedangkan mereka adalah orang Arab. Akhirnya mereka ikut memberontak bersama Ibnul Asy’ats, dan mereka semua terbunuh.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqat 7/163-164, Ad-Dulabi dalam Al-Kuna 2/121, dengan sanad yang shahih. Diringkas dari Fatawal ‘Ulama Al-Akabir, hal. 36-37)
---------------------------------

✏-Catatan Kaki:

1). Hisyam bin Hassan berkata: “Mereka menghitung yang dibunuh Al-Hajjaj dengan cara shabran (yaitu seseorang diikat lalu dibiarkan sampai mati, red) mencapai jumlah 120.000 orang!” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (no. 2220) dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih As-Sunan. Dinukil dari Fatawa Al-’Ulama Al-Akabir hal. 36)

2). Al-’Ilj adalah sebutan untuk seorang lelaki kafir dari kalangan ajam (non Arab) atau lainnya, sebagaimana disebutkan dalam An-Nihayah karya Ibnul Atsir (3/286). Maksudnya, ketika Al-Hasan Al-Bashri menyelisihi hawa nafsu orang-orang Khawarij ini dan mereka tidak mempunyai hujjah untuk membantahnya, fanatik kesukuan Arab mereka menyebabkan mereka mencela nasab beliau. Dan memang ayah dan ibu beliau t adalah hamba sahaya. (Dinukil dari Fatawa Al-’Ulama Al-Akabir hal. 37)

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/laxkp2c

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

AKU BELAJAR SABAR DARI SEORANG ANAK KECIL

Fudhail bin Iyyadh rahimahullah berkata:
“Aku belajar sabar dari seorang anak kecil. Suatu kali ketika aku pergi ke masjid, aku menjumpai seorang ibu memukul anak laki-lakinya di dalam rumahnya. Maka anaknya tersebut berteriak lalu membuka pintu dan lari. Lalu ibunya tadi menutup pintu rumah. Ketika aku pulang dari masjid, aku jumpai anak tadi setelah menangis sebentar dia tertidur bersandar pada daun pintu dengan tujuan mengarapkan belas kasihan ibunya. Maka hati ibunya pun terenyuh dan membukakan pintu untuk anaknya tersebut.”

Lalu Fudhail menangis hingga jenggotnya basah dan beliau berkata: “Subhanallah, seandainya seorang hamba bersabar di depan pintu Allah Azza wa Jalla, pasti Allah akan membukakan pintu untuknya.”

Abud Darda' radhiyallahu anhu berkata: ”Bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, karena sesungguhnya siapa yang banyak mengetuk pintu maka tidak lama lagi akan dibukakan pintu itu untuknya.”

Sumber artikel:
http://www.albaidha.net/vb/showthread.php?t=53743

✏-Alih Bahasa: Abu Almass
Kamis, 8 Dzulhijjah 1435 H

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

KEJELEKAN-KEJELEKAN HARTA

✔Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata: ‘Isa bin Maryam  bersabda: “Cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan, dan pada harta terdapat penyakit yang sangat banyak.”
Beliau ditanya: “Wahai ruh (ciptaan) Allah, apa penyakit-penyakitnya?”
Beliau menjawab: “Tidak ditunaikan haknya.”
Mereka menukas: “Jika haknya sudah ditunaikan?”
Beliau menjawab: “Tidak selamat dari membanggakannya dan menyombongkannya.”
Mereka menimpali:  “Jika selamat dari bangga dan sombong?”
Beliau menjawab:  “Memperindah dan mempermegahnya akan menyibukkan dari dzikrullah (mengingat Allah l).” (Mawa’izh Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri, hal. 81)

Beliau rahimahullah berkata:  “Kelebihan dunia adalah kekejian di sisi Allah subhanahu wa ta'ala pada hari kiamat.”
Beliau ditanya:  “Apa yang dimaksud dengan kelebihan dunia?”
Beliau menjawab: “Yakni engkau memiliki kelebihan pakaian sedangkan saudaramu telanjang; dan engkau memiliki kelebihan sepatu sementara saudaramu tidak memiliki alas kaki. (Mawa’izh Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri, hal. 76)

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/oy5g95u

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

MENUNTUT ILMU

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
“Apabila seseorang menuntut ilmu, maka hal itu akan terlihat pada khusyu’nya, pandangannya, lisannya, tangannya, shalatnya, dan zuhudnya.
Apabila seseorang meraih salah satu bab ilmu lalu dia amalkan, hal itu lebih baik baginya daripada dunia dan seisinya.”

Sahnun bin Sa’id rahimahullah berkata:
“Orang yang paling berani berfatwa adalah yang paling sedikit ilmunya. (Yakni) seseorang memiliki ilmu satu bab saja, lalu dia menyangka bahwa seluruh kebenaran ada pada dirinya.”

Az-Zuhri rahimahullah berkata kepada Yunus bin Yazid:
“Janganlah engkau merasa sombong terhadap ilmu, karena ilmu adalah lembah-lembah. Yang manapun engkau tempuh, dia akan mengalahkanmu sebelum engkau mencapainya. Akan tetapi ambillah ilmu itu bersamaan dengan perjalanan siang dan malam. Dan janganlah engkau mengambil ilmu sekaligus, karena barangsiapa yang mengambil ilmu sekaligus, akan hilang pula sekaligus. Akan tetapi ambillah ilmu sedikit demi sedikit, bersamaan dengan perjalanan siang dan malam.” (Diambil dari ‘Awa`iq Ath-Thalab, hal. 54-55, karya Asy-Syaikh Abdussalam bin Barjas)

Sumber: Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/qzjmfmw

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

MENJAUHI KECINTAAN TERHADAP KEKUASAAN

✏- Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah menulis surat kepada ‘Abbad bin ‘Abbad Al-Khawwash: Amma ba’du. Sesungguhnya engkau hidup di zaman yang para shahabat Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berlindung agar tidak menemui zaman itu. Padahal mereka memiliki ilmu yang tidak kita miliki dan mereka memiliki kekokohan yang tidak kita miliki.

Maka bagaimana ketika kita mendapati zaman ini dengan sedikitnya ilmu kita, sedikitnya kesabaran kita, sedikitnya penolong dalam kebaikan, rusaknya manusia, dan kotoran dunia?

Oleh karena itu, hendaknya engkau berpegang pada generasi awal, dan peganglah erat-erat. Hendaknya engkau mempunyai sifat khumul (tidak ingin disebut dan dikenal), karena sesungguhnya sekarang adalah zaman khumul. Hendaknya engkau ber-uzlah dan sedikit bergaul dengan manusia. Karena dahulu bila manusia bertemu, mereka saling mengambil manfaat.

Adapun hari ini, yang seperti itu sudah hilang. Dan keselamatan adalah dengan meninggalkan mereka, menurut pendapat kami. Jauhilah umara, janganlah mendekati mereka dan bergaul dengan mereka sedikit pun. Hati-hatilah, jangan sampai engkau terpedaya, sehingga dikatakan kepadamu: “Engkau bisa memberi pembelaan, dan menghindari atau menolak kedzaliman.”

Sesungguhnya itu adalah tipu daya Iblis. Yang seperti ini hanyalah dipakai oleh qurra (ulama) yang jahat sebagai tangga. Dahulu dikatakan: “Takutlah kalian dari fitnah ahli ibadah yang bodoh dan fitnah alim yang jahat, karena fitnah keduanya merupakan fitnah bagi setiap orang.”

Adapun masalah dan fatwa yang engkau dapatkan, ambillah dan janganlah melampaui mereka dalam hal itu. Dan berhati-hatilah engkau agar tidak seperti seseorang yang suka bila perkataannya diamalkan, disebarkan, atau didengarkan; yang bila hal itu semua tidak didapatnya, akan diketahui apa yang ada dalam dirinya.

Dan jauhilah kecintaan terhadap kekuasaan, karena sesungguhnya ada seseorang yang lebih cinta kekuasaan daripada emas dan perak. Padahal cinta kekuasaan merupakan pintu yang rumit, yang tidak bisa diketahui kecuali oleh ulama yang benar-benar ahli. Maka periksalah dirimu dan beramallah dengan niat. Ketahuilah, sesungguhnya sudah dekat kepada manusia suatu perkara, di mana seseorang lebih menginginkan kematian (daripada menemui perkara itu). Wassalam.
(diambil dari Min Washaya As-Salaf, halaman.19-25)

Sumber, Majalah Asy Syariah || http://tinyurl.com/q2kqtqp

WhatsApp Salafy Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar