Rabu, 11 Mei 2016

Kalimat-Kalimat Yang Mendidik


KALIMAT-KALIMAT YANG MENDIDIK

Oleh: Syaikh Muhammad bin Sholih Al 'Utsaimin rahimahullaahu

Asy Syaikh rahimahullaahu berkata,

"Diantara sebab yang bisa meningkatkan kebaikan ialah menghilangkan iri dan dengki diantara sesama saudara kaum muslimin dan meninggalkan sikap saling membenci. Karena tidaklah seorang muslim memaafkan saudaranya kecuali akan bertambah kemuliaannya.

Hendaklah seorang muslim mengetahui bahwa syaithon adalah musuh bagi dia, karena syaithon lah yang menyalakan api permusuhan dan kebencian diantara orang-orang yang beriman.

Sehingga sudah seharusnya bagi seorang muslim untuk melihat kepada apa saja yang bisa memberikan manfaat dan mudharat bagi dirinya kemudian dia mengambil hal- hal yang bisa mendatangkan maslahat dan manfaat serta meninggalkan hal-hal yang bisa mendatangkan kejelekan dan kerusakan.

Kemudian Asy Syaikh rahimahullaahu berkata,

"Wajib bagimu untuk bersungguh-sungguh dalam melawan jiwa/hawa nafsumu meskipun engkau harus merendahkannya secara kasat mata, namun sebenarnya engkau sedang memuliakannya. Karena tidaklah seorang bertawadhu (rendah hati) karena Allah, kecuali Allah akan meninggikannya dan tidaklah Allah menambah bagi seorang yang memaafkan kecuali kemuliaan.

Maka cobalah! Engkau akan dapatkan kehidupan yang lapang dan tenang, kelapangan dada, serta kebahagian hati ketika engkau memaafkan dan memperbaiki apa yang terjadi antara engkau dan saudara-saudaramu.

Akan tetapi, apabila dalam hatimu ada sifat iri dan permusuhan kepada mereka, maka engkau akan dapatkan jiwamu berada di atas puncak kesedihan dan kegundahan.

Syaithon akan datang kepadamu dengan segenap kemungkinan-kemungkinan yang terkandung di dalam ucapan saudara-saudaramu.

Apabila ucapan tersebut mengandung kemungkinan yang baik dan buruk, maka syaithon akan berkata kepadamu, "Bawalah ucapannya kepada kemungkinan yang buruk". Padahal yang disyariatkan adalah hendaknya seseorang membawa ucapan saudara-saudaranya kepada hal yang baik ketika di dalam ucapannya terdapat kemungkinan-kemungkinan.

Maka apabila engkau dapatkan kemungkinan yang baik maka bawalah kepada kebaikan -sama saja apakah dalam ucapan ataupun perbuatan- janganlah engkau bawa kemungkinan-kemungkinan yang terdapat pada ucapan atau perbuatan saudara-saudaramu kepada kejelekan.

Sebagian manusia -kita berlindung kepada Allah dari hal itu- membawa ucapan atau perbuatan saudara-saudaranya kepada kejelekan. Sehingga syaithon akan membujuknya untuk mencari-cari kejelekan dan kesalahan saudaranya, dia akan selalu mengikuti saudaranya dan selalu berusaha untuk melihat apa yang dia lakukan? Apa yang dia ucapkan?

Engkau akan dapati dia terus-menerus berusaha untuk melihat apa yang dia ucapkan, apa yang dia perbuat.

Duhai kiranya dia membawa ucapan atau perbuatan saudaranya kepada yang terbaik atau yang baik. Akan tetapi sangat disayangkan, dia membawanya kepada yang terjelek atau yang jelek. Semua itu dia lakukan dengan sebab bujukan syaithon yang terus-menerus dibisikkan kepadanya -kita berlindung kepada Allah dari semua itu-.

Yang wajib bagi seorang mu'min apabila dia melihat ucapan atau perbuatan saudaranya memiliki kemungkinan yang baik atau yang jelek adalah membawanya kepada yang baik selama didapatkan tanda-tanda yang kuat yang menghalangi kemungkinan tersebut untuk dibawa kepada yang jelek.

Beda halnya, apabila ucapan atau perbuatan tersebut muncul dari seorang yang dikenal dengan kejelekannya atau kerusakannya, maka tidak mengapa engkau membawanya sesuai dengan kemungkinan yang dikandung oleh ucapan atau perbuatannya tersebut.

Adapun seorang yang tertutup dan tidak diketahui adanya kejelekan darinya maka apabila di dalam ucapan atau perbuatannya terkandung kemungkinan yang baik atau yang jelek, bawalah kepada yang baik sehingga engkau bisa beristirahat dan tidak tersibukkan dengannya.

Bahkan terkadang orang yang selalu mencari aib-aib dan kesalahan-kesalahan manusia -baik dari ucapannya ataupun perbuatannya- akan ditimpa dengan hal yang sebaliknya -yaitu ada orang lain yang akan mencari aib dan kesalahannya-.

Barang siapa yang mencari aib saudaranya, maka Allah akan mencari aibnya. Maka barang siapa yang dicari aibnya oleh Allah, maka Allah akan membukanya walaupun dia berada di dalam rumahnya".

Sumber: Asy Syarhul Mumti' 'Ala Zaadil Mustaqni', 2/241.

✔ Tim penerjemah WSC

========================

WhatsApp Salafy Cirebon

((كلمات تربوية للعلامة الشيخ : محمد بن صالح العثيمين رحمه الله تعالى ))  

قال فضيلته : في إزالة الحقد والغل بين اﻹخوة وترك التشاحن وأنه سبب لرفع الخير ، وأن المسلم يعفو وعفوه لا يزيده إلا عزا ، وليعلم المسلم أيضا أن الشيطان عدوه ، فهو الذي يوقد نار العداوة والشحناء بين المؤمنين، وأنه ينبغي للمسلم أن ينظر للمنافع والمضار فعليه أن يأخذ مافيه المصالح والمنافع ، ويدع مافيه المضاروالمفاسد ،  ....... بتصرف

ثم قال رحمه الله تعالى :

"ﻓﻌﻠﻴﻚ ﺃﻥ ﺗﺠﺎﻫﺪ ﻧﻔﺴﻚ ﻭﻟﻮ ﺃﻫﻨﺘﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ، ﻓﺈﻧﻚ ﺗﻌﺰﻫﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ، ﻷﻥ ﻣﻦ ﺗﻮﺍﺿﻊ ﻟﻠﻪ ﺭﻓﻌﻪ، ﻭﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺒﺪﺍ ﺑﻌﻔﻮ ﺇﻻ ﻋﺰﺍ.

ﻭﺟﺮﺏ ﺗﺠﺪ ﺃﻧﻚ ﺇﺫﺍ ﻓﻌﻠﺖ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺸﻲﺀ ﻭﻋﻔﻮﺕ ﻭﺃﺻﻠﺤﺖ ﻣﺎ ﺑﻴﻨﻚ ﻭﺑﻴﻦ ﺇﺧﻮﺍﻧﻚ ﺗﺠﺪ ﺃﻧﻚ ﺗﻌﻴﺶ ﻓﻲ ﺭﺍﺣﺔ ﻭﻃﻤﺄﻧﻴﻨﺔ ﻭﺍﻧﺸﺮﺍﺡ ﺻﺪﺭ ﻭﺳﺮﻭﺭ ﻗﻠﺐ، ﻟﻜﻦ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻚ ﺣﻘﺪ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺃﻭ ﻋﺪﺍﻭﺓ ﻓﺈﻧﻚ ﺗﺠﺪ ﻧﻔﺴﻚ ﻓﻲ ﻏﺎﻳﺔ ﻣﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﻐﻢ ﻭﺍﻟﻬﻢ، ﻭﻳﺄﺗﻴﻚ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺑﻜﻞ ﺍﺣﺘﻤﺎﻻﺕ ﻳﺤﺘﻤﻠﻬﺎ ﻛﻼﻣﻪ، ﺃﻱ: ﻟﻮ ﺍﺣﺘﻤﻞ ﻛﻼﻣﻪ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﺍﻟﺸﺮ ﻗﺎﻝ ﻟﻚ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ: ﺍﺣﻤﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺸﺮ. ﻣﻊ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺸﺮﻭﻉ ﺃﻥ ﻳﺤﻤﻞ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻛﻼﻡ ﺇﺧﻮﺍﻧﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻣﺎ ﻭﺟﺪ ﻟﻪ ﻣﺤﻤﻼ.

ﻓﻤﺘﻰ ﻭﺟﺪﺕ ﻣﺤﻤﻼ ﻟﻠﺨﻴﺮ ﻓﺎﺣﻤﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻴﺮ، ﺳﻮﺍﺀ ﻓﻲ ﺍﻷﻗﻮﺍﻝ ﺃﻭ ﻓﻲ ﺍﻷﻓﻌﺎﻝ، ﻭﻻ ﺗﺤﻤﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺸﺮ.

ﻭﺑﻌﺾ ﺍﻟﻨﺎﺱ ـ ﻭﺍﻟﻌﻴﺎﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ـ ﻳﺤﻤﻞ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﺃﻭ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺸﺮ ﺛﻢ ﻳﺆﺯﻩ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻳﺘﺠﺴﺲ ﻋﻠﻰ ﺃﺧﻴﻪ، ﻭﻳﺘﺎﺑﻊ ﺃﺧﺎﻩ، ﻭﻳﻨﻈﺮ ﻣﺎﺫﺍ ﻓﻌﻞ؟ ﻭﻣﺎﺫﺍ ﻗﺎﻝ؟ ﻓﺘﺠﺪﻩ ﺩﺍﺋﻤﺎ ﻳﺤﻠﻞ ﺃﻗﻮﺍﻟﻪ ﻭﺃﻓﻌﺎﻟﻪ، ﻭﻟﻴﺘﻪ ﻳﺤﻤﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﺣﺴﻦ، ﺃﻭ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﺴﻦ، ﻭﻟﻜﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺴﻲﺀ ﻭﺍﻷﺳﻮﺀ، ﻭﺫﻟﻚ ﺑﺈﻳﺤﺎﺀ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ـ ﻭﺍﻟﻌﻴﺎﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ـ ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﺇﺫﺍ ﺭﺃﻯ ﻣﻦ ﺃﺧﻴﻪ ﻣﺎ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﺃﻭ ﺍﻟﺸﺮ ﺃﻥ ﻳﺤﻤﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻣﺎ ﻟﻢ ﺗﻮﺟﺪ ﻗﺮﺍﺋﻦ ﻗﻮﻳﺔ ﺗﻤﻨﻊ ﺣﻤﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻴﺮ، ﻓﻬﺬﺍ ﺷﻲﺀ ﺁﺧﺮ، ﻓﻠﻮ ﺻﺪﺭ ﻣﺜﻞ ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﺭﺟﻞ ﻣﻌﺮﻭﻑ ﺑﺎﻟﺴﻮﺀ ﻭﻣﻌﺮﻭﻑ ﺑﺎﻟﻔﺴﺎﺩ، ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺑﺄﺱ ﺃﻥ ﺗﺤﻤﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻳﺤﺘﻤﻠﻪ ﻛﻼﻣﻪ، ﺃﻣﺎ ﺭﺟﻞ ﻣﺴﺘﻮﺭ ﻭﻟﻢ ﻳﻌﻠﻢ ﻋﻨﻪ ﺍﻟﺸﺮ، ﻓﺈﺫﺍ ﻭﺟﺪ ﻓﻲ ﻛﻼﻣﻪ ﺃﻭ ﻓﻲ ﻓﻌﺎﻟﻪ ﻣﺎ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﺍﻟﺸﺮ ﻓﺎﺣﻤﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﺣﺘﻰ ﺗﺴﺘﺮﻳﺢ، ﻭﺭﺑﻤﺎ ﻳﺼﺎﺏ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺘﺒﻊ ﻋﻮﺭﺍﺕ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﺃﺧﻄﺎﺀﻫﻢ ﺍﻟﻘﻮﻟﻴﺔ ﻭﺍﻟﻔﻌﻠﻴﺔ ﺑﺄﻥ ﻳُﺴﻠّﻂ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﻳﺘﺎﺑﻌﻪ ﻫﻮ ﺑﻨﻔﺴﻪ، ﻭﻣﻦ ﺗﺘﺒﻊ ﻋﻮﺭﺓ ﺃﺧﻴﻪ ﺗﺘّﺒﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻮﺭﺗﻪ، ﻭﻣﻦ ﺗﺒﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻮﺭﺗﻪ ﻓﻀﺤﻪ ﻭﻟﻮ ﻓﻲ ﺟﻮﻑ ﺑﻴﺘﻪ".

المصدر : ﺍﻟﺸﺮﺡ ﺍﻟﻤﻤﺘﻊ ﻋﻠﻰ ﺯﺍﺩ ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﻨﻊ 241/2. ✒

Tidak ada komentar:

Posting Komentar