Rabu, 09 Maret 2016

Semangat Juang Yang Tinggi Dari Putra Putri Abu Bakr Ash-Shiddiq

MUTIARA HADITS KELEMBUTAN NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM KEPADA ANAK-ANAK:

HADITS KEDUA PULUH

SEMANGAT JUANG YANG TINGGI DARI PUTRA-PUTRI ABU BAKR ASH-SHIDDIQ

عَنْ عَائِشَةُ رضي الله عنها قَالَتْ: فَبَيْنَا نَحْنُ يَوْمًا جُلُوسٌ فِي بَيْتِنَا فِي نَحْرِ الظَّهِيرَةِ، فَقَالَ قَائِلٌ لِأَبِي بَكْرٍ: هَذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُقْبِلًا مُتَقَنِّعًا، فِي سَاعَةٍ لَمْ يَكُنْ يَأْتِينَا فِيهَا، قَالَ أَبُو بَكْرٍ: فِدًا لَكَ أَبِي وَأُمِّي، وَاللَّهِ إِنْ جَاءَ بِهِ فِي هَذِهِ السَّاعَةِ إِلَّا لِأَمْرٍ، فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَ فَأَذِنَ لَهُ فَدَخَلَ، فَقَالَ حِينَ دَخَلَ لِأَبِي بَكْرٍ: «أَخْرِجْ مَنْ عِنْدَكَ» قَالَ: إِنَّمَا هُمْ أَهْلُكَ بِأَبِي أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: «فَإِنِّي قَدْ أُذِنَ لِي فِي الخُرُوجِ» قَالَ: فَالصُّحْبَةُ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «نَعَمْ» قَالَ: فَخُذْ بِأَبِي أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِحْدَى رَاحِلَتَيَّ هَاتَيْنِ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «بِالثَّمَنِ» قَالَتْ: فَجَهَّزْنَاهُمَا أَحَثَّ الجِهَازِ، وَضَعْنَا لَهُمَا سُفْرَةً فِي جِرَابٍ، فَقَطَعَتْ أَسْمَاءُ بِنْتُ أَبِي بَكْرٍ قِطْعَةً مِنْ نِطَاقِهَا، فَأَوْكَأَتْ بِهِ الجِرَابَ، وَلِذَلِكَ كَانَتْ تُسَمَّى ذَاتَ النِّطَاقِ. ثُمَّ لَحِقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ بِغَارٍ فِي جَبَلٍ يُقَالُ لَهُ ثَوْرٌ، فَمَكُثَ فِيهِ ثَلاَثَ لَيَالٍ، يَبِيتُ عِنْدَهُمَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ، وَهُوَ غُلاَمٌ شَابٌّ لَقِنٌ ثَقِفٌ، فَيَرْحَلُ مِنْ عِنْدِهِمَا سَحَرًا، فَيُصْبِحُ مَعَ قُرَيْشٍ بِمَكَّةَ كَبَائِتٍ، فَلاَ يَسْمَعُ أَمْرًا يُكَادَانِ بِهِ إِلَّا وَعَاهُ، حَتَّى يَأْتِيَهُمَا بِخَبَرِ ذَلِكَ حِينَ يَخْتَلِطُ الظَّلاَمُ، وَيَرْعَى عَلَيْهِمَا عَامِرُ بْنُ فُهَيْرَةَ مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ مِنْحَةً مِنْ غَنَمٍ، فَيُرِيحُهَا عَلَيْهِمَا حِينَ تَذْهَبُ سَاعَةٌ مِنَ العِشَاءِ، فَيَبِيتَانِ فِي رِسْلِهِمَا حَتَّى يَنْعِقَ بِهَا عَامِرُ بْنُ فُهَيْرَةَ بِغَلَسٍ، يَفْعَلُ ذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ مِنْ تِلْكَ اللَّيَالِي الثَّلاَثِ.

“Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata; "Di waktu menjelang siang, ketika kami sedang duduk-duduk di rumah, tiba-tiba seseorang berkata kepada Abu Bakr; "Ini Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ingin bertemu, dan beliau datang sambil menutupi sebagian kepala dan wajah beliau, dan beliau tidak pernah datang kepada kami di saat-saat seperti itu." Abu Bakr berkata; Demi ayah dan ibuku sebagai tebusannya, tidaklah beliau datang di waktu-waktu seperti ini melainkan ada sesuatu yang sangat penting." Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam datang dan meminta izin, maka Abu Bakr pun mengizinkannya masuk. Ketika beliau masuk, beliau berkata kepada Abu Bakr; "Suruhlah orang-orang yang ada di sini untuk keluar." Abu Bakr menjawab; "Demi ayahmu wahai Rasulullah, mereka semua adalah keluarga anda." Beliau bersabda: "Sesungguhnya aku telah diizinkan untuk keluar (hijrah)." Abu Bakr berkata; "Demi ayah dan ibuku, apakah aku yang menyertai engkau wahai Rasulullah?" beliau menjawab; "Ya." Abu Bakr berkata; "Kalau begitu, demi ayahku, ambillah salah satu tunggangan ini wahai Rasulullah." Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang terbaik." Aisyah melanjutkan; "Lalu kami mempersiapkan untuknya bekal dengan cepat dan sigap, kami membuatkan untuk keduanya Sufroh (tempat membawa makanan untuk musafir) dalam Jirab (bejana tempat menaruh perbekalan)." Kemudian Asma' binti Abu Bakr memotong ikat pinggangnya, dan mengikatkan ke bejana tersebut. Dari situlah ia dinamai dengan dzatunnithaq (yang memiliki ikat pinggang). Kemudian, Rasulullah Shallaallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakr berangkat menuju gua di salah satu pegunungan yang dikenal dengan nama Tsur, mereka tinggal di sana selama tiga malam. Sementara Abdullah bin Abu Bakr juga ikut menginap bersama keduanya, dia adalah seorang pemuda yang cerdas dan berwawasan tinggi, ketika menjelang waktu sahur dia keluar (dari gua) dan berbaur dengan orang-orang Quraisy Makkah di pagi harinya untuk mencari informasi, dan tidaklah seseorang mendengar perkara tersebut melainkan ia akan menyimpan rahasia tersebut
dan datang kepada keduanya untuk menyampaikan berita ketika malam telah gelap, sementara 'Amir bin Fuhairah bekas budak Abu Bakr sebagai penggembala domba untuk menghilangkan jejak, ia berangkat pada waktu Isya' dan bermalam di tempat penggembalaan sampai 'Amir bin Fuhairah datang membangunkannya di akhir malam (menjelang subuh), hal itu ia lakukan setiap malam hingga berlalu tiga malam.” [HR. Al-Bukhari]
-----------------------

FAEDAH-FAEDAH HADITS:

Hadits yang agung ini memberikan kepada kita faedah-faedah yang berharga, diantaranya;

1. Semangatnya putra dan putri Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhum dalam membantu persiapan rihlah hijrahnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini menunjukkan tingginya derajat dan kehormatan keluarga Abu Bakr. Betapa indahnya jika semangat juang yang tinggi dari putra-putri Abu Bakr tersebut diteladani dan ditanamkan di dada-dada putra-putri kaum muslimin.

2. Wajib bagi para orang tua menanamkan pada diri anak-anaknya untuk cinta terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan semangat juang dalam membela Islam.

3. Tampak dengan jelas kecintaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Abu Bakr dan kecintaan Abu Bakr kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.

4. Pujian ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha terhadap saudaranya, yakni Abdullah bin Abu Bakr. Ia menyebutkan sifat saudaranya, ‘dia adalah seorang pemuda yang cerdas dan berwawasan tinggi’. Luar biasa tugas yang diembannya dan sangat berbahaya untuk anak seusia dirinya, dimana ia berbaur dengan orang-orang Quraisy Makkah di pagi harinya untuk mencari informasi, dan tidaklah seseorang mendengar perkara tersebut melainkan ia akan menyimpan rahasia tersebut dan datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan ayahnya untuk menyampaikan berita ketika malam telah gelap.

5. Kecerdasan Aisyah yang luar biasa, yang mana dia menghafal kisah ini saat ia masih kecil dan menceritakan kisah tersebut dengan terperinci ketika telah dewasa. Hal ini sebagaimana dikatakan para Salaf kita, ‘Menghafal pada usia kecil bak mengukir diatas batu’, yakni lebih kokoh dan tidak mudah hilang.

6. Manusia yang terbaik setelah para Nabi adalah Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhum. Dia adalah sahabat yang dipilih oleh Allah sebagai sahabat yang terbaik bagi Nabi-Nya. Sejarah menjadi saksi atas tingginya perjuangan dan pembelaan Abu Bakr terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan agama Islam, tidak ada satupun dari sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang dapat mengalahkannya dalam amalan maupun perjuangan.

7. Hadits ini menjadi bantahan bagi kelompok sesat Syiah yang mana mereka sangat membenci dan memusuhi keluarga Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhum. Mereka mengkafirkan Abu Bakr dan keluarganya, menjuluki Abu Bakr sebagai Thaghut, menuduh Aisyah sebagai pezina dan tuduhan-tuduhan keji yang lainnya. Semoga Allah memusnahkan dan menghancurkan kelompok Syiah dengan sehancur-hancurnya, karena aqidah dan prinsip Syiah lebih kufur daripada Yahudi dan Nashara.

8. Mengambil sebab atau sarana tidaklah menafikan tawakal kepada Allah.

Waffaqallahul jami’ likulli khairin.

----------------------------
✒ Disusun oleh: Abu Ubaidah bin Damiri al-Jawy, 6 Jumadal Ula 1437/ 15 Pebruari 2016_di kota Ambon Manise.

Silahkan kunjungi blog kami untuk mendapatkan artikel kami yang lainnya dan mengunduh PDF-nya serta aplikasi android Forum KIS di:
www.pelajaranforumkis.com atau www.pelajarankis.blogspot.com

Ikuti pula channel Forum kami di aplikasi TELEGRAM!
https://bit.ly/ForumKIS
-----------------------

WA.FORUM KIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar