Kamis, 07 Desember 2017

Apakah Seseorang Harus Bertaubat dari Kesalahan yang Dilakukan di atas Kejahilan?

::
```🚇 Apakah Seseorang Harus Bertaubat dari Kesalahan yang Dilakukan di atas Kejahilan?```

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- berkata:

“Dan apabila seseorang diperintah untuk menuntut ilmu yang ia butuhkan sebisa mungkin –dan ia jika tidak mendapati ilmu yang yakin ia mengetahui bahwa ia belum mendapatkan ilmu- maka ia diperintah pula untuk mencari dan bersungguh-sungguh(mempelajari ilmu yang ia butuh untuk diamalkan). Sehingga jika ia meninggalkan apa yang diperintah kepadanya ini maka ia berhak untuk dicela dan dihukum atasnya.

Lalu, apabila telah jelas baginya al-haq dan ia mengamalkannya –dan ia juga mengetahui bahwa ia dahulu jahil terhadap kebenaran dan meyakini yang sebaliknya- maka ia pun bertaubat. Dalam makna ia rujuk dari kebatilan menuju al-haq. Dan walaupun Allah telah memaafkannya dari sesuatu yang ia tidak mampu di saat itu (yaitu beramal di atas kejahilan) maka ia juga bertaubat dari apa yang terjadi ketika melakukannya:

▪Yang Pertama: dalam hal bermudah-mudahan dari  mencari al-haq.

Karena mayoritas kesalahan Bani Adam bermula dari meremehkan mempelajari al-haq, bukan karena tidak mampu sama sekali.

▪(Yang Kedua:) Dia juga bertaubat –pertama sekali -dari mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah.

Sebab kebanyakan yang menyeret seseorang untuk mengikuti persangkaan yang keliru(ilmu yang tidak yakin) adalah hawa nafsunya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنفُسُ ﴿٢٣﴾

_"Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka."_  [Q.S. An-Najm: 023].

📖 Kitab At-Taubah, Ibnu Taimiyah, hal 36.
_📑 Alih Bahasa: Al-Ustadz Abu Yahya al-Maidany hafidzahullah_

••••
📶 https://t.me/ForumBerbagiFaidah [FBF]
🌍www.alfawaaid.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar