Rabu, 17 Februari 2016

Mempekerjakan Anak Kecil Sebagai Pelayan

MUTIARA HADITS KELEMBUTAN NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM KEPADA ANAK-ANAK:

HADITS KETUJUHBELAS

MEMPEKERJAKAN ANAK KECIL SEBAGAI PELAYAN

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ، قَالَ: كَانَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ يُقَالُ لَهُ: أَبُو شُعَيْبٍ، وَكَانَ لَهُ غُلَامٌ لَحَّامٌ، فَرَأَى رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَرَفَ فِي وَجْهِهِ الْجُوعَ، فَقَالَ لِغُلَامِهِ: وَيْحَكَ، اصْنَعْ لَنَا طَعَامًا لِخَمْسَةِ نَفَرٍ، فَإِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَدْعُوَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَامِسَ خَمْسَةٍ، قَالَ: فَصَنَعَ، ثُمَّ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَعَاهُ خَامِسَ خَمْسَةٍ وَاتَّبَعَهُمْ رَجُلٌ، فَلَمَّا بَلَغَ الْبَابَ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ هَذَا اتَّبَعَنَا، فَإِنْ شِئْتَ أَنْ تَأْذَنَ لَهُ، وَإِنْ شِئْتَ رَجَعَ»، قَالَ: لَا، بَلْ آذَنُ لَهُ يَا رَسُولَ اللهِ.

Dari Abu Mas'ud Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata; Ada seorang laki-laki Anshar bernama Abu Syu'aib, dia mempunyai pelayan anak kecil tukang daging. Pada suatu hari Abu Syu'aib melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Dia tahu dari wajah beliau bahwa beliau sedang lapar. Maka Syu'aib berkata kepada pelayannya; "Kasihan! Siapkan hidangan untuk lima orang. Aku hendak mengundang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam beserta empat orang lainnya." Setelah hidangan tersedia, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pun tiba beserta empat orang lainnya dan seorang lagi mengikuti mereka. Tatkala sampai di pintu Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam berkata: 'Kawan ini mengikuti kami. Jika engkau izinkan dia turut makan, silakan. Jika tidak, biarkan dia kembali.' Jawab Abu Syu'aib; 'Jangan, tentu aku izinkan, ya Rasulullah!." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
-------------------------------

FAEDAH-FAEDAH HADITS:

Hadits yang agung ini memberikan kepada kita faedah-faedah yang berharga, diantaranya;

1. Bolehnya berprofesi sebagai tukang jagal atau potong daging. Hal itu termasuk jenis mata pencaharian yang dihalalkan Islam.

2. Boleh mempekerjakan anak kecil sebagai pelayan, namun tentunya diberikan kepadanya pekerjaan-pekerjaan yang mampu dia lakukan.

3. Hadits ini menjelaskan bagaimana keadaan sempitnya hidup Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Ini menunjukkan bahwa kemiskinan bukanlah hal yang menghinakan, karena mulya dan tingginya kedudukan seseorang disisi Allah bukanlah wajah maupun banyaknya harta, tetapi iman dan amalanlah yang menjadi penilaian.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ»

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungghunya Allah tidaklah melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, akan tetapi yang Allah lihat adalah hati dan amalan kalian.” [HR. Muslim]

4. Besarnya kepedulian para shahabat terhadap keadaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan shahabat yang lainnya. Inilah sifat yang ada pada mereka, sebagaimana yang Allah firmankan;

{وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ}

“dan mereka (kaum Anshar) mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” [QS. al-Hasyr:9]

5. Disyariatkan untuk membuat makanan dan jamuan untuk tamu, lebih khusus lagi untuk orang-orang yang membutuhkan bantuan.

6. Sudah sepantasnya pula bagi tuan rumah untuk menyiapkan hidangan atau jamuan tamu yang mencukupi jumlah tamu yang diundang, jangan sampai makanan dengan jumlah tamu tidak seimbang, sehingga menyempitkan dan menelantarkan tamu.

7. Syariat menjawab panggilan atau undangan jamuan makanan selama tidak ada kemungkaran padanya.

8. Ketawadhuan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana beliau memakan hidangan yang dimasak dan dihidangkan oleh anak kecil.

Waffaqallahul jami’ likulli khairin.
----------------------------
✒ Disusun oleh Abu 'Ubaidah bin Damiri al-Jawy, 26 Rabiul Awal 1437/ 6 Januari 2016_di kota Ambon Manise.

Silahkan kunjungi blog kami untuk mendapatkan artikel kami yang lainnya dan mengunduh PDF-nya serta aplikasi android Forum KIS di:
www.pelajaranforumkis.com atau www.pelajarankis.blogspot.com

Ikuti pula channel Forum kami di aplikasi TELEGRAM!
https://bit.ly/ForumKIS
---------------------------------

WA. FORUM KIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar