Rabu, 04 Maret 2015

BIMBINGAN RINGKAS tentang HUKUM-HUKUM JENAZAH dan hal-hal yang terkait dengannya [ 1 - 2 ]

--------------------------------
BIMBINGAN RINGKAS tentang HUKUM-HUKUM JENAZAH dan hal-hal yang terkait dengannya
[ dari "Talkhish Ahkam al-Janaiz" karya asy-Syaikh al-Albani rahimahullah ]
---------------------------------------
Bismillahirrahmanirrahim
BAB 1
KEWAJIBAN BAGI ORANG SAKIT
Orang yang sakit wajib untuk senantiasa merasa ridha dan menerima segala ketentuan maupun ketetapan Allah.
Ia juga wajib untuk bersabar atas takdir-Nya serta berbaik sangka kepada Rabb-nya. Hal ini lebih baik baginya.
Ya, sebuah kebaikan baginya. Bukankah Rasulullah telah bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan dan mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya segala urusannya merupakan kebaikan baginya. Tidaklah yang demikian didapati pada seorangpun melainkan pada seorang mukmin saja. Yaitu, jika seorang mukmin mendapatkan kebahagiaan maka ia bersyukur. Yang demikian merupakan kebaikan baginya. Bila ia dirundung sebuah kesengsaraan (kesulitan) dia akan bersabar. Tentu yang demikian juga kebaikan baginya.” (HR.  Muslim 4/2999 dari shahabat Shuhaib bin Sinan)
Juga berdasarkan sabda beliau:
لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللهِ الظَّنَّ
“Jangan sekali-kali salah seorang di antara kalian meninggal dunia melainkan ia berbaik sangka kepada Allah.” (HR. Muslim 4/2877 dari shahabat Jabir)
bersambung,  insya Allah
••••••••••••••••••••
Majmu'ah Manhajul Anbiya
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
--------------------------------
BIMBINGAN RINGKAS tentang HUKUM-HUKUM JENAZAH dan hal-hal yang terkait dengannya
                          [ • 2 • ]
[ dari "Talkhish Ahkam al-Janaiz" karya asy-Syaikh al-Albani rahimahullah ]
---------------------------------------
Orang yang sakit hendaknya berada di antara khauf (perasaan takut) dan raja’ (rasa harap).
⏩ Hendaknya ia merasa TAKUT terhadap siksa dan hukuman Allah atas berbagai dosanya, dan ia BERHARAP akan rahmat dan kasih sayang Rabb-nya. 
Hal ini berdasarkan hadits Anas bin Malik yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan selainnya. Dikisahkan bahwa suatu ketika Nabi menemui seorang pemuda yang sedang sakaratul maut.
“Bagaimana keadaan dirimu?” Tanya Nabi.
“Demi Allah, wahai Rasulullah, sungguh aku berharap kepada Allah (rahmat dan ampunan-Nya) dan sungguh pula aku takut akan dosa-dosaku.” Jawab pemuda tersebut.
Rasulullah kemudian bersabda:
لَا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ فِي مِثْلِ هَذَا المَوْطِنِ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا يَرْجُو وَآمَنَهُ مِمَّا يَخَافُ
“Tidaklah dua perasaan tersebut (rasa harap dan takut) berkumpul pada diri seorang hamba pada saat seperti ini melainkan Allah akan memberi apa yang dia harap dan akan memberi keamanan dari yang ditakutinya."
(HR at-Tirmidzi 3/983) dan ibnu Majah (2/4261)dari Anas bin Malik.  Lihat pula al-Misykah (1612)
bersambung,  insya Allah
••••••••••••••••••••
Majmu'ah Manhajul Anbiya
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Tidak ada komentar:

Posting Komentar