Selasa, 11 November 2014

Silsilah al-Fawaid as-Salafiyyah [ 28 ]

Silsilah al-Fawaid as-Salafiyyah
           ~~• [ 28 ] •~~
 
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
DAKWAH PARA NABI :
Mendakwahkan Tauhid, ataukah
Memperjuangan Tegaknya Daulah?
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah berkata,

Dengan kemampuanku yang lemah ini, aku telah menulis sebuah kitab berjudul :
(Manhajul Anbiya fi ad-Da'wah ila Allah fihi al-Hikmah wa al-'Aql)

Jika kalian mau, silakan merujuk padanya dan mengambil faidah darinya.

Pada kitab tersebut, aku menjelaskan tentang Dakwah para Nabi – 'alaihim ash-shalatu wa as-Salam – bahwa itu adalah jalan yang Allah gariskan, tidak boleh menyimpang darinya, baik ke kanan  maupun ke kiri. Menyimpang dari manhaj para nabi dalam dakwah ke jalan Allah merupakan PENYIMPANGAN dan PENYELEWENGAN kepada KESESATAN dan KEBINASAAN.  Karena manhaj tersebut diletakkan dan digariskan oleh Allah – Tabaraka wa Ta'ala – untuk para Nabi sejak rasul pertama, Nuh 'alahi as-salam, hingga penutup para rasul yaitu Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Tidaklah Kami mengutus sebelummu seorang rasul pun, kecuali pasti Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Aku, maka beribadahlah kalian kepada-Ku." (QS. Al-Anbiya : 25)

Ayat ini mengisahkan kepada kita, bagaimana permulaan dakwah para Nabi – 'alaihim ash-shalatu wa as-Salam – dan apa intisari dakwah mereka.

Aku tegaskan dalam kitab tersebut, KEWAJIBAN UNTUK KONSISTEN TERHADAP MANHAJ tersebut berdasarkan dalil-dalil dari al-Qur`an dan as-Sunnah, serta fithrah dan akal. Bahwa DAKWAH YANG TIDAK DIMULAI DENGAN TAUHID, TIDAK BERTOLAK DARI TAUHID, MAKA DAKWAH TERSEBUT TELAH MENYIMPANG DARI MANHAJ ALLAH, dan memilih JALAN-JALAN KESESATAN dan HAWA NAFSU. Serta mengajak para mad'u untuk menyeleweng dari jalan Allah Allah yang lurus.

Setiap (kelompok-kelompok) dakwah yang ada sekarang ini di muka bumi, apabila menggariskan sebuah jalan/prinsip untuk dirinya dalam berdakwah ke jalan Allah selain jalan/prinsip yang digariskan oleh Allah untuk para nabi dan rasul-Nya, konsisten dan melaksanakan prinsip tersebut, mereka (kelompok dakwah itu) akan SESAT.

Sebagaimana firman Allah, "Siapakah yang membenci millah Ibrahim, kecuali orang-orang yang membodohi dirinya sendiri." (QS. Al-Baqarah : 130)

➡ APAKAH ITU MILLAH IBRAHIM?

Millah Ibrahim adalah TAUHID dan DAKWAH KEPADANYA.  Nabi Ibrahim memulai dengan Dakwah kepada Tauhid, bertahan kokoh di medan tersebut, beliu memerangi karib kerabat maupun yang bukan. Beradu argument dan menegakkan hujjah kepada mereka. Kemudian setelah itu, ketika tidak bisa diharapkan lagi adanya sambutan dari mereka (terhadap dakwah tauhid yang beliau tegakkan), maka beliau mendatangi berhala-berhala mereka lalu beliau hancurkan. Maka mereka pun murka dan marah demi membela berhala-berhal mereka.  tidak ada yang bisa mengobati kemarahan mereka, kecuali dengan cara melemparkan Ibrahim ke dalam api. Namun Allah selamatkan Nabi Ibrahim, yaitu api menjadi dingin dan keselamatan bagi Ibrahim. Sebaliknya, Allah jadikan mereka rendah dan terhina.

Demikian pula Nabi Nuh sebelumnya. Beliau berdakwah kepada Tauhidullah selama seribu tahun kurang lima puluh.

Ketika kamu datang ke sebuah negeri yang terdapat berbagai khurafat, bid'ah, dan syirik, serta kesesatan-kesesatan; apakah kita akan mengatakan kepada mereka: KEMARILAH, KITA MENEGAKKAH DAULAH. Ataukah kita akan katakan, KITA MEMULAI DENGAN PEMBENAHAN AQIDAH MEREKA, BAIK PIMPINAN MAUPUN RAKYATNYA?

Adapun jalan yang digariskan oleh Allah adalah DIMULAI DENGAN PEMBENAHAN AQIDAH SANG PIMPINAN. Yaitu dengan engkau sampaikan kepadanya bahwa :
▶ Allah adalah Rabbnya
▶ Hendaklah dia beribadah kepada Allah
▶ Memurnikan segala amal hanya untuk-Nya

↪ Apabila dia telah baik, dan memperbaiki kondisi rakyatnya lalu rakyatnya mau menyambut, maka mereka akan masuk ke dalam Islam secara menyeluruh. Dan mereka akan benar-benar siap untuk merealisasikan Hakimiyyatullah (Allah satu-satu yang berhak menetapkan hukum).

Namun apabila mereka menolak dakwah tersebut, mereka juga akan menolak Hakimiyyah, dan mereka tidak akan mau menerima dakwahmu.

Maka, merupakan sikap dungu dan merendahkan para nabi dan manhaj mereka, adalah engkau menginginkan Hakimiyyah dengan cara menempuh hal-hal tersebut, sebagaimana yang banyak dilakukan oleh kelompok-kelompok dakwah, yaitu ada yang melakukan cara-cara Shufiyyah, atau ada pula yang melakukan cara-cara politik, serta meninggalkan Dakwah Para Nabi – 'alaihim ash-shalatu wa as-Salam –.

Hasilnya: Kehancuran dan kerugian di dunia dan akhirat. Karena dakwah tersebut tidak tegak di atas manhaj para nabi. Namun tegak di atas prinsip-prinsip yang rusak, dan tegak di atas hawa nafsu. Karena mereka kalau bukan karena kepentingan hawa nafsu dan ambisi pribadi niscaya mereka tidak akan berani melangkahi dakwah para nabi yang semestinya mereka laksanakan dan terapkan.

  (Majmu' Fatawa asy-Syaikh Rabi' I/26-28) 

----------
Arsip dan Koleksi Selengkapnya dapatkan di
http://miratsul-anbiya.net/al-fawaid-as-salafiyyah/silsilah-al-fawaid-as-salafiyyah/

-------------

WhatsApp Miratsul Anbiya Indonesia
~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar