Senin, 03 November 2014

KEBID'AHAN YANG TERJADI PADA HARI 'ASYURA

KEBID'AHAN YANG TERJADI PADA HARI 'ASYURA

Pertanyaan: Bagaimana hukum menampakkan kebahagiaan dan kegembiraan pada hari 'Iedul Fitri, 'Iedhul Adha, pada malam 27 rajab, pada malam pertengahan Sya'ban dan pada hari 'Asyura (10 Muharam)?

Jawaban Asy-Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah:

Menampakan kebahagiaan dan kegembiraan pada hari 'Iedhul Fitri dan Adha tidaklah mengapa, selama hal tersebut masih dalam batasan syariat, diantaranya berziarah kepada (saudaranya) kaum msulimin dengan membawa makanan, minuman dan yang semisalnya. Telah datang dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:

«أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ»

"Hari-hari Tasyriq adalah hari makan-makan dan minum." [HR. Muslim]

yaitu selama tiga hari setelah hari 'Iedhul 'Adha yang diberkahi.

Demikian pula, kaum muslimin pada hari 'Ied tersebut menyembelih hewan kurban, lalu memakan daging sesembelihannya sebagai bentuk menikmati kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka.

Demikian pula pada hari 'Idhul Fitri, tidaklah mengapa menampakkan kebahagiaan dan kegembiraan selama tidak melampaui batas syariat.

Adapun menampakkan kegembiraan pada malam 27 Rajab, pada malam pertengahan Sya'ban atau pada hari 'Asyura, maka hal ini tidak ada asalnya, bahkan hal ini terlarang, sehingga seorang tidak boleh menghadiri jika diundang dalam acara seperti ini, hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:

«وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ»

"Hendaklah kalian berhati-hati dari perkara-perkara baru (dalam urusan agama), sebab setiap bid'ah (perkara yang baru dalam agama) adalah sesat." [HR. Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan asy-Syaik al-Abani dan asy-Syaikh Muqbil]

Terkait dengan malam 27 Rajab, kaum muslimin menganggap bahwa itu adalah malam Isra Mi'raj, yang pada malam itu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam diangkat (ke langit tujuh) menghadap Allah 'Ta'ala. Hal ini (terjadi pada malam 27 Rajab) tidaklah sah dari sisi Tarikh, sehingga segala sesuatu yang tidak sah (datangnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) adalah batil. Sesuatu yang dibangun di atas kebatilan adalah batil pula. Kemudian kalau seandainya benar bahwa Isra' Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab, maka tidak boleh bagi kita membuat perkara baru dari perayaan 'Ied atau ibadah (khusus) pada malam tersebut, karena hal itu tidaklah pernah datang dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan tidak pula dari para shahabatnya, sehingga apabila tidak ada (contohnya) dari orang yang diangkat ke langit (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) dan tidak juga dari para shahabatnya, padahal mereka adalah orang yang paling utama disisinya dan paling semangat dalam mengamalkan sunnah dan syariatnya, maka bagaimana boleh bagi kita membuat perkara baru yang tidak pernah ada di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam mengagungkan dan merayakannya. Adapun yang datang dari sebagian tabi'in, yang ada hanyalah menghidupkannya dengan shalat dan dzikir, bukan dengan perayaan makan, minum dan bergembira serta menampakkan syiar-syiar 'Ied.

Adapun terkait dengan hari 'Asyura, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang puasa pada hari tersebut, beliau menjawab:

«يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ»

"Puasa 'Asyura menghapus dosa-dosa setahun yang lalu" [HR.  Muslim]

yaitu tahun yang sebelumnya.

Tidak ada sesuatu apapun (selain puasa) pada hari tersebut dari perayaan siyar-siyar 'Ied dan tidak pula menampakkan kesedihan pada hari itu pula. Menampakkan kesedihan ataupun kegembiraan pada hari tersebut adalah menyelisihi petunjuk (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam), karena tidak ada (contohnya) dari shallallahu 'alaihi wasallam pada hari tersebut kecuali puasa saja, padahal Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kita untuk berpuasa sebelum atau sesudahnya agar menyelisihi Yahudi yang mana mereka berpuasa hanya pada hari itu saja.

Sumber: Majmu Fatawa wa Rasaail [2/296-297]

PERINGATAN:

Adapun hadits yang beredar di kalangan kaum muslimin:

«مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ السَّنَةَ كُلَّهَا»

"Barangsiapa yang melapangkan keluarganya pada hari 'Asyura, maka Allah akan melapangkan dirinya setahun penuh."

Berkata Al-'Allaamah al-Albani rahimahullah: "Seluruh jalan-jalan hadits ini berputar pada para perawi yang Matruk atau Majhul. Mungkin saja, hadits ini berasal dari musuh-musuh al-Husein radhiyallahu 'anhu, yang mana mereka membuat hadits palsu tentang keutamaan memberi makanan, memakai celak dan sebagainya pada hari 'Asyura sebagai bentuk perlawanan terhadap Syiah yang mana mereka menjadikan hari ini ('Asyura) sebagai hari berkabung atas al-Husein, karena beliau meninggal pada hari tersebut. Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menetapkan bahwa hadits ini dusta, beliau menyebutkan bahwa Imam Ahmad ditanya tentang hadits ini, maka beliau tidak memandang sedikitpun. Dikuatkan pula dari para Salaf, bahwa tidak seorang pun dari mereka menganggap sunnahnya melapangkan (dengan makan dan minum) pada hari 'Asyura. Tidak diketahui satu hadits pun tentang hal tersebut pada zaman yang penuh keutaman (zaman shahabat dan tabi'in).

Sumber: Tamaamul Minnah hal 411-412.

Demikian artikel ringkas seputar kebid'ahan yang terjadi pada hari 'Asyura kami sampaikan. Semoga bermanfaat untuk Islam dan kaum muslimin.

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

✏ Ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri al-Jawy, 10 Muharam 1436/ 3 November 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah.

Silahkan kunjungi blog kami untuk mendapatkan artikel kami yang lainnya dan mengunduh PDF-nya serta unduh pula 2 aplikasi android Forum KIS di:
 www.pelajaranforumkis.com atau www.pelajarankis.blogspot.com

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~
WA. FORUM KIS

WA Forum Berbagi Faidah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar