❄Syubhat Yang Temurun Dari Abul Hasan AlMa'ribi Dari Kalimat Haq Yang Diinginkan Dengannya Kebathilan❄
بسم الله الرحمن الرحيم
? Sudah menjadi pokok dasar agama kita untuk tidak taqlid kepada seorang pun dalam beragama. Taqlid merupakan perbuatan yang tercela yang tidak sepantasnya melainkan kita menjadikan Kitabullah dan Sunnatur Rasul sholallahu alaihi wasallam sebagai pijakan.
Sebagaimana perkara ini telah diikrarkan para iman agama ini. seperti imam Malik bin Anas rahimahullahu ta'ala tatkala berucap:
انما انا بشر اخطئ واصيب فانظروا في رايى فكل ما وافق الكتاب والسنة فخذوه,وكل ما لم يوافق الكتاب والسنة فاتركوه
" Aku hanyalah seorang manusia terkadang aku salah dan terkadang benar,maka lihatlah pendapatku setiap yang mencocoki Alkitab dan Sunnah maka ambilah.Dan setiap yang menyelisihi Alkitab dan Sunnah maka tinggalkanlah.
Dan perkataan beliau juga:
ليس احد بعد النبي صلى الله عليه وسلم الا يؤخذ من قوله ويترك الا النبي صلى الله عليه وسلم
"Tidak ada seorangpun setelah Nabi sholallahu alaihi wasallam diambil dan ditinggalkan perkataannya melainkan Nabi sholallahu alaihi wasallam".
Ini merupakan perkataan imam Malik dan para imam lainnya yang menunjukan atas tercelanya taqlid kepada seseorang.Melainkan suatu kondisi yang para ulama memperkecualikan yang seseorang tidak mampu berijtihad pada suatu permasalahan melainkan harus melihat perkataan para ulama,inipun berdasarkan firman Allah ta'ala:
"فسئلوا اهل الذكر ان كنتم لا تعلمون.
"Maka bertanyalah kalian kepada ahlu ilmu jika kalian tidak mengetahuinya."(Annahl:43)
Ini perkataan para imam yang menunjukkan atas tercelanya taqlid pada seseorang.Dan sudah menjadi keharusan untuk kita berkata dan mempratekkan dalam keseharian kita serta mengikrarkan.
انا لا اقلد احدا
"Aku tidak akan taqlid kepada seorangpun."
Akan tetapi bagaimana jika kalimat yang haq ini diinginkan darinya kebathilan,sebagaimana perkataan Abul Hasan AlMa'ribi tatkala ditanya:
لماذا لا تقبل اقوال العلماء في سيد قطب والمغراوي؟
"Kenapa kamu tidak mau menerima perkataan para ulama pada permasalahan sayyid kutub dan maghrawi ?"
Maka jawabnya :
انا لا اقلد احدا
"Aku tidak akan bertaqlid kepada seorangpun."
Maka perhatikan perkataan ini,bukankah kalimatnya haq? tapi apa yang diinginkan dibalik itu?
Perkataan ini muncul disaat dia mulai membela ahlu bidah dan pengekor hawa nafsu.Bukankah kalimat ini juga menjadi slogan bahkan senjata ampuh disaat ini untuk menolak Alhaq ? Yang mereka mengambil darinya dan berpaling mengabaikan fatwa ulama kibar yang memiliki hujjah pada setiap permasalahan.
Kemudian bagaimana menjawab subhat ini?!! Mari kita mendengar petuah sebagai bentuk jawaban dari seorang kibarul ulama di masa kita ini yang telah banyak menghabiskan waktunya untuk membela dan menjaga agama ini dari para penghancur dakwah dan perusak manhaj salafi.
Berkata Allamah Robi' bin Hadi AlMadkholy hafidzohullah :
"Kami katakan kepada Abul Hasan AlMa'ribi sesungguhnya ini bukanlah taqlid, hanya saja merupakan penerimaan kita terhadap perkataan ulama.Meninggalkan taqlid bukan maknanya dia menjunjung tinggi bendera orang-orang yang bertentangan dengan para ulama yang mereka memiliki hujjah dan bukti kesesatannya. Maka menerima hujjah dan bukti itu wajib bagi masing-masing orang.
Para shohabat radhiyallahu anhu dan para imam ahlu ilmu adalah sauri teladannya. Dan menolak hujjah dan bukti-bukti yang jelas merupakan penentangan dan kesombongan, yang keduanya ini tidak pantas ada pada diri seorang muslim lebih-lebih jika dia menisbahkan dirinya kepada manhaj salafi.
Para ulama memiliki hujjah dan bukti-bukti yang dapat menghukumi kedua orang ini (sayyid kutub dan maghrowi),maka tidak boleh menyelisihi mereka karena akan menjadikan fitnah dan pertikaian ditengah-tengah salafiyiin.
والله تعالى بالصواب
Penulis: Hambamu yang fakir Abdurrozaq Alboyolali
Sumber nukilan: Majmu' fatawa Allamah Robi' bin Hadi Almadkholy halaman 46 jilid 13..
WhatsApp Salafy Lintas Negara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar