〰〰〰〰〰〰〰〰
AL-A'MASY DAN MUHADDITS GADUNGAN
Hari itu, seorang paruh baya tiba di kota Bashrah. Entah ada sebuah keperluan atau hanya singgah di kota tersebut, ia masuk sebuah masjid. Di masjid, pandangannya tertuju pada kerumunan majlis taklim. Orang-orang berdesak-desakan mengerumuni seseorang, sepertinya seorang 'ulama kondang kota ini. Pikiran mereka fokus, menyimak untaian-untaian kata yang keluar dari bibir sang syaikh.
Mungkin pemandangan seperti ini pemandangan yang sudah biasa di zaman tabi'in, di manapun negrinya. Di Madinah, Mekah, Bashrah, Kufah, Baghdad, Mesir atau negri lainnya. Namun orang tua asing tadi memandangnya dengan tatapan berbeda. Pandangannya seolah menandakan majlis tersebut lain daripada yang lain. Ia berusaha memperhatikan, mendengar dan menyimak majlis itu. Ia seperti ingin meyakinkan suatu hal.
"Haddatsana al-A'masy 'an Abi Ishaq! Telah memberikan hadits kepada kami al 'A'masy, beliau mendapatkannya dari Abu Ishaq! Haddatsana al-A'masy 'an Abi Waail! Telah memberikan hadits kepada kami al-A'masy, dari Abu Waail!" kata sang syaikh dengan suara lantang.
Berbeda dengan seluruh hadirin majlis, orang tua tadi bukannya senang dibacakan sebuah hadits, malah kata-kata itu membuatnya seperti tersengat lebah. Atau kata-kata itu bagaikan dentuman peluru yang meluluh lantakkan qalbunya. Kecewa, marah, sedih, semua bercampur jadi satu dalam cawan batinnya. Dia geram, ingin melakukan sesuatu kepada majlis tersebut untuk mengobati kekecewaannya. Segera dia masuk ke tengah majlis, duduk dan tiba-tiba mencabuti bulu ketiaknya. Aneh, namun dia ingin melepas kekecewaan dan amarahnya. Helai demi helai si orang tua mencabut bulu ketiaknya dengan ekspresi tanpa beban. Seolah ia telah melupakan kekecewaan dan amarahnya. Ia tak ambil pusing dengan muka sang syaikh yang nampak marah melihat perbuatannya. Kepala sang syaikh seakan berasap, mendidih dan siap meledak. Meletup-letup dan akhirnya benar-benar meledak, "Hei, orang tua! Apakah kau tidak malu!? Kita dalam pengajian, engkau malah berbuat seperti itu."
"Apa peduli ku!? Toh apa yang ku lakukan lebih baik ketimbang perbuatanmu!" jawab orang tua ketus.
"Maksudmu?" sang syaikh terjebak dalam ketidak mengertian.
"Aku melakukan amalan sunnah, sedangkan engkau? Engkau berdusta. Akulah al-A'masy. Aku sama sekali tidak pernah memberimu sebuah hadits!!" sahut al-A'masy.
Dum.! Melihat sebuah dusta terbongkar, qalbu para hadirin bagaikan benteng byzantium yang dibombardir pasukan Muhammad Al Fatih dalam penaklukan Costantinopel. Mereka kecewa. Serta merta mereka meninggalkan syaikh gadungan dan berkumpul di sekitar al A'masy.
<< Al-Hawadits wal Bida' >>
〰〰〰〰〰〰〰
WA Salafy Lintas Negara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar