Kamis, 28 Agustus 2014

BAHAYANYA PENUNTUT ILMU BERSENDIRIAN DAN MENINGGALKAN ULAMA KIBAR

BAHAYANYA PENUNTUT ILMU BERSENDIRIAN DAN MENINGGALKAN ULAMA KIBAR

Berkata Syaikhuna Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushabi hafizhahullah:

"Subhanallah ini adalah fenomena yang jelek lagi menjijikan, yaitu penuntut ilmu mencukupkan dengan dirinya dalam berfatwa dan dalam hal yang lainnya, seolah-olah tidak harus baginya untuk kembali kepada para ulama untuk bermusyawarah, bertanya dan juga belajar ilmu agama.

Baru belajar sedikit saja, sudah menganggap dirinya seperti Ibnu Hajar, Syaikhul Islam atau Imam Adz Dzahabi. Terkadang memandang gurunya, bahwa ilmu gurunya pas-pasan.

Subhanallah! Kita berlindung kepada Allah dari kecongkakan, kesombongan dan kezhaliman.

Kamu melihat guru yang mana pada dirinya memiliki keutamaan dari Allah untuk dapat mendidikmu, namun kamu anggap seolah-olah dirinya seperti Ibnu Lahi'ah, sedangkan kamu seperti Laits ibnu Sa'ad, atau gurumu seperti Risydin bin Sa'ad, sedangkan kamu seperti Ali Ibnul Madini.

Demi Allah, ini penyakit! demi Allah ini penyakit.

Saya tidak mengatakan kalian seluruhnya (seperti ini), Alhamdulillah! pada kalian ada orang-orang yang semoga Allah memberikan kepada mereka Taufiq dan memberkahi mereka, namun terkadang hal ini terjadi pada sebagian orang, dan terkadang pula penyakit ini pada hakekatnya dari syaithan yang dia timpakan kepada orang tersebut, dalam keadaan dia tidak punya benteng untuk penjagaan diri dari tipu daya dan jerat-jerat syaithan.

Maka apabila dia menganggap dirinya telah menguasai dan pandai dalam suatu bidang ilmu, sebagian mereka melecehkan (manusia), sampai gurunya pun dia lecehkan. Melecehkan teman-temannya, dia lakukan tanpa merasa berdosa, menganggap teman-temannya seperti anak burung atau anak ayam kecuali yang Allah rahmati.

Inikah ilmu?
Apakah ini buah ilmu yang kita inginkan?

Kamu baru dapat menghafal suatu permasalahan, terus kamu anggap orang-orang yang ada di sekelilingmu seperti biji atau seperti semut?!

Takutlah kepada Allah!

Setiap mukmin ketika bertambah ilmunya, maka semakin bertambah pula ketawadhuannya (sifat rendah diri), ia berkata; "Apa yang saya miliki, siapa saya?!  disamakan dengan Fulan dan Fulan?

Inilah sikap yang benar. Setiap kali dirimu bertambah ilmu dan iman, keshalihan, istiqamah dan berpegang teguh (diatas Al Haq), maka engkau semakin menganggap dirimu kecil.

Dahulu Syaikh Bin Baaz -rahimahullah-, sedangkan saya saat itu berada di dalam majelisnya di Mekkah, beliau sedang memberikan fatwa kepada kaum muslimin sebelum beliau meninggal, datang secarik kertas (yang isinya); wahai Syaikh! saya
salah satu penduduk Mekkah, saya memiliki rumah, saya tidak menyadari kalau ternyata telah masuk kedalam rumahku sekelompok lebah, sebagaimana antum ketahui, bahwa saya tidak tahu hal ini. Apakah yang harus saya perbuat padanya, apakah boleh saya mengusirnya dalam keadaan posisinya di Al Haram, padahal siapa saja yang masuk Al Haram maka mendapatkan keamanan, namun jika tidak boleh, maka apa yang harus saya perbuat, saya bingung? mohon jawabannya - semoga Allah membalas (kebaikan) anda!

Soal ini diajukan kepada pimpinannya para ulama -rahimahullah-, saya benar-benar memusatkan perhatian saya, apa yang akan dijawab oleh guru yang mulya ini terhadap soal tersebut. Tiba-tiba beliau menjawab: "Coba bahas permasalahan ini dan simpan dulu (soal ini)!"
Demikian beliau katakan lewat mikropon.

Lihatlah Tawadhu Beliau! Inilah yang dinamakan ilmu.
Pimpinan para ulama, bahkan pimpinan kibar ulama, ketika ditanya tentang soal tersebut pada akhir hayat beliau, bukan pada masa mudanya.

Seseorang, setiap bertambah umurnya, maka bertambah pula ilmunya, seiring dengan hal tersebut,  dengan sifat tawadhu' Beliau -rahimahullah- tidak tergesa-gesa menjawabnya di hadapan manusia di Mekah Al Mukarramah, padahal manusia semuanya memandang beliau, ingin mendengarkan jawabannya, yaitu masalah lebah masuk ke rumah seseorang. Beliau hanya menjawab: "Dikaji kembali in syaa Allah".

Semoga hal ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua in syaa Allah.

₪ Waspada wahai saudaraku dari bersendirian!

Demi Allah!  ini penyakit, demi Allah! ini penyakit.

Yakinlah bahwa siapa saja yang bersendirian, tidaklah lama dia tiba-tiba telah tergelincir, berubah bersama-sama barisan orang-orang awam, kecuali orang yang Allah berikan kepadanya taufiq dan mengetahui keutamaan dan kedudukan yang dimiliki para ulama, dia akan kembali kepada mereka, untuk bertanya dan bermusyawarah dengan mereka, karena jika tidak maka yakinlah bahwa orang tersebut akan tergelincir, dia akan tergelincir."

Sumber:

Kaset Muhadharah yang bertema "'Isyruuna nashihah li tholibil ilmu" (20 nasehat untuk para penuntut ilmu).

http://www.olamayemen.com/index.php?article_id=9971

WA. Thullab Al Fiyusy

WA SALAFY LINTAS NEGARA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar