Jumat, 08 Agustus 2014

Merajut Cinta Qur'an

Merajut Cinta Qur'an

Kaifa halukum, akhi? La'allakum bi khair. Bagaimana dengan hapalan antum? Insya Allah masih tetap semangat menghapal al-Qur'an, kan? Sukses, akhi. Sebelum memulai pembahasan kita, ada sebuah kabar gembira yang ingin ana titipkan dalam risalah ini, spesial untuk antum. Memang al-Qur'an butuh usaha ekstra agar bisa menghapal dan menjaganya, namun bukankah dengan itu antum jadi sering membaca al-Qur'an. Dan dengan banyak membaca al-Qur'an, bukankah akan membuat pahalamu berlipat ganda. Ayo, akhi. Semangatlah untuk al-Qur'an. Ingat, di balik satu hurufnya tersimpan sepuluh kebaikan. Kata Ibnu Mas'ud, "Aku tidak mengatakan 'alif-lam-mim' satu huruf. Tapi, alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf."

Akhi, rahimakallah, salah satu kiat mudah menghapal al-Qur'an adalah cinta. Dengan kekuatan cinta, niscaya antum mudah menghapalnya. Dengan keajaiban cinta, niscaya rintangan kan jadi penunjang. Lalu, bagaimana cara menumbuhkan bibit cinta al-Qur'an, merawatnya dan mengembang biakkannya dalam istana hati kita? Semoga beberapa buah renungan ini bisa menjadi jawabannya.

1. Ikhlas.
Akhi, pejamkan matamu. Selamilah qalbumu hingga ke relung paling dalam. Dalam ruangan itu, gemakanlah sebuah pertanyaan, apakah engkau ikhlas untuk mencintai al-Qur'an. Dengarkan suara qalbumu. Jika dia berkata tidak, segeralah bersimpuh di hadapan Rabb-mu. Tengadahkanlah tanganmu. Sembahlah Dia. Puji-pujilah Dia. Lalu, mintalah sepotong hati suci kepada-Nya, karena setan benar-benar telah mengontrol dirimu. Pintalah Dia, sebab Allah bukanlah Dzat yang kikir. Allah malu jika hamba menurunkan tangannya dan belum terkabulkan doanya.

Dan jika qalbumu berkata iya, bertahmidlah kepadanya, karena itu salah satu anugrah terindah. Itu pun pertanda qalbumu telah siap menampung cinta Qur'an yang begitu mulia. Kemudian ikutilah langkah berikutnya.

2. Ikutilah aliran maknanya.
Untuk menimbulkan sensasi dahsyat dari al-Qur'an, pahamilah setiap ayatnya sebelum membaca atau menghapal. Bacalah terjemahannya. Bacalah tafsirnya. Resapi tiap-tiap aliran katanya. Dan jika Allah memberimu kemampuan berbahasa Arab, resapi juga keindahan bahasa dan susunannya. Sungguh, jika antum melakukannya, antum akan merasakan sebuah perasaan dahsyat yang dulu pernah dirasakan Jubair bin Muth'im.

Dari Jubair bin Muth'im, beliau berkata, "Pernah aku mendengar Nabi dalam shalat maghrib membaca surat ath-Thur. Ketika sampai pada ayat (yang artinya),
"Apakah mereka diciptakan tanpa dari sesuatu apapun, atau apakah mereka menciptakan diri mereka sendiri!? Apakah mereka telah menciptakan langit-langit dan bumi!? Sungguh, sebenarnya mereka tak meyakini (ucapan mereka sendiri). Apakah mereka memiliki perbendaharaan Rabb-mu, atau apakah mereka yang berkuasa!?" (ath-Thur:35-37)
Sungguh, qalbuku hampir terbang!!" (Muttafaqun 'alaihi)

Subhanallah! Itulah sensasi dahsyat dari al-Qur'an, akhi. Pernahkah antum merasakannya? Cobalah.

3. Dengarkan lantunan suara merdu seorang Qari'.
Majidil Haram, Makkah, Ramadhan tahun kelima setelah kenabian. Para pembesar Quraisy dalam jumlah banyak berkumpul. Rasulullah datang tiba-tiba, shalat kemudian membaca surat an-Najm. Lantunan suara beliau begitu merdu. Membahana hingga ke telinga orang-orang Quraisy. Terus mengalir sampai mengena di qalbu mereka. Mereka terbawa. Mereka hanyut dalam suasan syahdu. "Fa'buduu lillahi was juduu (Maka, sembahlah Allah semata dan bersujudlah kepada-Nya)," Rasulullah menutup surat an-Najm dan bersujud. Serta merta seluruh yang ada di masjid, mukminin dan musyrikinnya, manusia dan jinnya, ikut bersujud bersama Rasulullah, kecuali orang paling celaka, Umayyah bin Khalaf. Mereka tanpa sadar mengikuti aliran al-Qur’an. Mereka tak kuasa menahan syahdunya suara beliau, tenggelam dalam indahnya untaian kata dan makna. Mereka terbawa, dan ikut bersujud bersama Rasulullah.

Begitulah, akhi. Dengan mendengarkan suara merdu Qari', engkau akan terbawa mengalir ke setiap ruang-ruang indah dalam al-Qur'an. Terkadang, walaupun antum tak tahu maknanya, antum akan ikut menangis. Terlebih jika antum mengerti maknanya. Terlebih jika antum mengikuti point berikutnya.

Namun, sebelum masuk point berikutnya, ada sedikit peringatan. Pilihlah Qari' ahlussunnah dan jangan memilih Qari' ahlu bid'ah. Dikhawatirkan engkau akan mengaguminya. Jagalah qalbumu dari bid'ah sebagaimana salaf kita dahulu tidak mau mendengar satu ayat pun dari ahlul bid'ah.

Tentu, ini juga sebagai motivasi bagi ikhwah ahlussunnah yang mempunyai keahlian tajwid dan suara merdu untuk memperdengarkan suaranya kepada saudara-saudaranya. Bukan untuk pamer, namun membantu saudaranya untuk tidak mendengarkan Qari' ahlul bid'ah. Sebagaimana dahulu Rasulullah bernikmat-nikmat dengan suara merdu Ibnu Mas'ud, Abu Musa al-'Asyary dan yang lainnya. Walhamdulillah ikhwah ahlussunnah banyak yang Allah karuniai suara indah.

4. Mainkan emosimu.
Caranya? Berkata Imam Ibnul Qayyim dalam kitab al-Fawaid, "Jika engkau ingin mengambil manfaat dari al-Qur'an, kumpulkan qalbumu saat membaca atau mendengarnya. Dengarkan dengan seksama. Posisikan dirimu seolah engkau diajak bicara Allah. Karena sejatinya al-Qur'an mengajakmu bicara lewat perantara Rasul-Nya. Allah berfirman, "Sesungguhnya yang demikian itu terdapat pelajaran bagi yang memiliki qalbu atau menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya." (Qaf:38)"

Begitulah, akhi. Jika al-Qur'an berbicara tentang orang-orang kafir atau adzab untuk orang kafir, bayangkan jika engkau yang merasakannya agar engkau menjauhi amalan orang-orang kafir. Dan jika berbicara tentang orang-orang beriman dan ganjaran bagi mereka, bayangkan jika antum yang mendapatkannya agar engkau semakin bersemangat menggapainya. Posisikan pula dirimu sebagai Nabi Adam saat bertaubat kepada Rabb-nya, Nabi Nuh ketika berjuang dalam dakwah, Nabi Ibrahim sang pelopor tauhid, Nabi Musa di hari-hari melawan kebengisan Fir'aun dan Nabi Muhammad yang terus-menerus mendapatkan tekanan kaum Quraisy. Akhi, mainkan emosimu, mainkan perasaanmu. Dan rasakan manisnya iman.

5. Jadikan gaya hidupmu.
Bagaimana, akhi? Sudahkah antum merasakan desiran-desiran cinta yang terpancar dari al-Qur'an. Cobalah amalkan point ketiga. Dengarkan murattal. Lalu kompilasikan dengan point kedua dan keempat. Bergetarkah hatimu? Adakah antum merasakan iman mengalir lembut menambah imanmu sebelumnya? Jika tidak, berarti antum harus kembali ke point pertama, membenahi keikhlasan. Atau, antum sudah membenahinya, namun susah istiqamah di atasnya. Berarti antum harus menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup antum. Al-Qur’an yang memilihkan langkah hidup antum. Al-Qur’an yang selalu menghiasi bibir antum. Al-Qur’an yang selalu bergema di dada antum. Al-Qur’an sebagai teman bermusyawarah saat antum hendak bertindak, saat hendak memutuskan perkara. Moto hidup antum, tiada hari tanpa al-Qur’an. Juga as-Sunnah tentunya. Dan adalah Rasulullah tindak-tanduknya al-Qur’an, sebgaimana dalam hadits ‘Aisyah riwayat Imam Muslim.

Ayolah, jangan terus-menerus membodohi diri antum dengan kata “nggak bisa”. Engkau bisa, akhi. Gelorakanlah semangat untuk al-Qur’an. Pintalah pertolongan kepada Allah. Dan jangan pernah merasa lemah. Sukses buat antum, di dunia dan akherat.

Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, putra hamba laki-laki-Mu dan putra hamba wanita-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu, berlaku padaku hukum-Mu, adil semua ketetapan-Mu padaku. Aku memohon kepada-Mu dengan segenap nama-Mu. Segenap nama yang Engkau namai diri-Mu dengannya, atau yang Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu atau yang Engkau turunkan di dalam kitab-Mu, atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib di sisi-Mu agar Engkau menjadikan al-Qur`an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dalam dadaku, penawar kesedihanku dan pelenyap dukaku. [Yahya Alwindany]

WhatsApp Salafy Lintas Negara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar