KEWAJIBAN HAJI DAN UMROH
Bagian Kedua
Penjelasan kewajiban haji dan umroh
1. IHROM DARI MIQOT
Berkata Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Hafizhahullah : (Maka Barangsiapa yang melewati Miqot miqot ini berkeinginan haji atau umroh apakah dia dari ahli miqot tersebut atau selain mereka wajib berihrom darinya )
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu anhuma berkata : (( Miqat-miqat tersebut adalah miqat bagi penduduknya dan bagi mereka yang bukan penduduknya yang melewatinya karena ingin melaksanakan haji dan umrah. Sedangkan orang yang berada lebih dekat (ke Tanah Haram) dari miqat-miqat tersebut, ihramnya dimulai dari asal mereka, sehingga penduduk Makkah pun berihram dari Makkah." ))
Perlu di ketahui pembagian miqot ada 2 jenis :
- Miqot Zamani
- Miqot makani
Berikut rinciannya :
1. Miqat zamani: Yaitu batasan-batasan waktu di mana dilakukan ibadah haji. Batasan waktu tersebut adalah bulan-bulan haji (Syawwal, Dzul Qa’dah, dan 10 hari pertama dari bulan Dzul Hjjah). Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ
“Haji itu pada bulan-bulan yang telah ditentukan.” (Al-Baqarah: 197)
Miqot zamani ada 3 :
✔ Bulan Syawwal
✔ Bulan Dzul qo'dah
✔ 10 pertama bulan dzulhijjah .
2. Miqat makani: Yaitu sebuah tempat yang telah ditentukan dalam syariat, untuk memulai niat ihram haji dan umrah.
Miqat Makani tersebut ada lima , yaitu:
✔ Pertama: Dzul Hulaifah (sekarang dinamakan Abyar ‘Ali atau Bir ‘Ali).
Tempat ini adalah miqat bagi penduduk kota Madinah dan yang datang melalui rute mereka. Jaraknya dengan kota Makkah sekitar 420 km.
✔ Kedua: Al-Juhfah. Tempat ini adalah miqat penduduk Saudi Arabia bagian utara dan negara-negara Afrika Utara dan Barat, serta penduduk negeri Syam (Lebanon, Yordania, Syiria, dan Palestina). Jaraknya dengan kota Makkah kurang lebih 208 km. Namun tempat ini telah ditelan banjir, dan sebagai gantinya adalah daerah Rabigh yang berjarak kurang lebih 186 km dari kota Makkah.
✔ Ketiga: Qarnul Manazil (sekarang dinamakan As-Sail), yang berjarak kurang lebih 78 km dari Makkah, atau Wadi Muhrim (bagian atas Qarnul Manazil) yang berjarak kurang lebih 75 km dari kota Makkah. Tempat ini merupakan miqat penduduk Najd dan yang setelahnya dari negara-negara Teluk, Irak (bagi yang melewatinya), Iran, dll. Demikian pula penduduk bagian selatan Saudi Arabia yang berada di seputaran pegunungan Sarat.
✔ Keempat: Yalamlam (sekarang dinamakan As-Sa’diyyah), yang berjarak kurang lebih 120 km dari kota Makkah (bila diukur lewat jalur selatan Tihamah). Ini adalah miqat penduduk negara Yaman, Indonesia, Malaysia, dan sekitarnya.
✔ Kelima: Dzatu ‘Irqin (sekarang dinamakan Adh-Dharibah), yang berjarak kurang lebih 100 km dari kota Makkah. Ini adalah miqat penduduk negeri Irak (Kufah dan Bashrah) dan penduduk negara-negara yang melewatinya. Awal mula direalisasikannya Dzatu ‘Irqin sebagai miqat adalah di masa khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab. Yaitu ketika penduduk Kufah dan Bashrah merasa kesulitan untuk pergi ke miqat Qarnul Manazil, dan mengeluhkannya kepada khalifah. Mereka pun diperintah untuk mencari tempat yang sejajar dengannya. Dan akhirnya dijadikanlah Dzatu ‘Irqin sebagai miqat mereka dengan kesepakatan dari khalifah Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, yang ternyata mencocoki sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam Shahih Muslim dari hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma.
(Lihat Taudhihul Ahkam juz 4, hal. 43-48, Asy-Syarhul Mumti’ juz 4, hal. 49-50, Irwa`ul Ghalil, juz 4 hal. 175) .
Dalil dalil miqot makani :
- Shahih Muslim
- ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺑْﻦُ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﻭَﺧَﻠَﻒُ ﺑْﻦُ ﻫِﺸَﺎﻡٍ
ﻭَﺃَﺑُﻮ ﺍﻟﺮَّﺑِﻴﻊِ ﻭَﻗُﺘَﻴْﺒَﺔُ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﻋَﻦْ ﺣَﻤَّﺎﺩٍ ﻗَﺎﻝَ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ ﺣَﻤَّﺎﺩُ ﺑْﻦُ ﺯَﻳْﺪ
ٍ ﻋَﻦْ ﻋَﻤْﺮِﻭ ﺑْﻦِ ﺩِﻳﻨَﺎﺭٍ ﻋَﻦْ ﻃَﺎﻭُﺱٍ ﻋَﻦْ ﺍﺑْﻦِ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ
ﻗَﺎﻟَﻮَﻗَّﺖَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻷَِﻫْﻞِ ﺍﻟْﻤَﺪِﻳﻨَﺔِ ﺫَﺍ ﺍﻟْﺤُﻠَﻴْﻔَﺔ
ِ ﻭَﻷَِﻫْﻞِ ﺍﻟﺸَّﺎﻡِ ﺍﻟْﺠُﺤْﻔَﺔَ ﻭَﻷَِﻫْﻞِ ﻧَﺠْﺪٍ ﻗَﺮْﻥَ ﺍﻟْﻤَﻨَﺎﺯِﻝِ ﻭَﻷَِﻫْﻞِ ﺍﻟْﻴَﻤَﻦِ ﻳَﻠَﻤْﻠَﻢ
َ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﻬُﻦَّ ﻟَﻬُﻦَّ ﻭَﻟِﻤَﻦْ ﺃَﺗَﻰ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻦَّ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺃَﻫْﻠِﻬِﻦَّ ﻣِﻤَّﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟْﺤَﺞّ
َ ﻭَﺍﻟْﻌُﻤْﺮَﺓَ ﻓَﻤَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﺩُﻭﻧَﻬُﻦَّ ﻓَﻤِﻦْ ﺃَﻫْﻠِﻪِ ﻭَﻛَﺬَﺍ ﻓَﻜَﺬَﻟِﻚَ ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﻫْﻞُ ﻣَﻜَّﺔ
َ ﻳُﻬِﻠُّﻮﻥَ ﻣِﻨْﻬَﺎ
Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Khalaf bin Hisyam] dan [Abu Rabi'] dan [Qutaibah] semuanya dari [Hammad] - [Yahya] berkata- telah mengabarkan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Amru bin Dinar] dari [Thawus]
dari [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma, ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menetapkan miqat (tempat memulai Ihram)
1. Bagi penduduk Madinah di Dzulhulaifah,
2. Bagi penduduk Syam di Juhfah,
3. Bagi penduduk Nejed di Qarnalmanazil,
4. Dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam.
Tempat-tempat itu berlaku pula bagi orang-orang yang bukan penduduk negeri-negeri tersebut, tetapi ia bermaksud menunaikan haji dan umrah melalui tempat-tempat itu. Dan bagi orang yang lebih dekat ke Makkah dari tempat-tempat tersebut atau bagi penduduk Makkah sendiri adalah dari mana mereka
- Shahih Bukhari
- ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻣَﺎﻟِﻚُ ﺑْﻦُ ﺇِﺳْﻤَﺎﻋِﻴﻞَ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺯُﻫَﻴْﺮٌ ﻗَﺎﻝ
َ ﺣَﺪَّﺛَﻨِﻲ ﺯَﻳْﺪُ ﺑْﻦُ ﺟُﺒَﻴْﺮٍ ﺃَﻧَّﻪُ ﺃَﺗَﻰ ﻋَﺒْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦَ ﻋُﻤَﺮَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎﻓِﻲ
ﻣَﻨْﺰِﻟِﻪِ ﻭَﻟَﻪُ ﻓُﺴْﻂَﺎﻁٌ ﻭَﺳُﺮَﺍﺩِﻕٌ ﻓَﺴَﺄَﻟْﺘُﻪُ ﻣِﻦْ ﺃَﻳْﻦَ ﻳَﺠُﻮﺯُ ﺃَﻥْ ﺃَﻋْﺘَﻤِﺮَ ﻗَﺎﻝ
َ ﻓَﺮَﺿَﻬَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻷَِﻫْﻞِ ﻧَﺠْﺪٍ ﻗَﺮْﻧًﺎ ﻭَﻷَِﻫْﻞ
ِ ﺍﻟْﻤَﺪِﻳﻨَﺔِ ﺫَﺍ ﺍﻟْﺤُﻠَﻴْﻔَﺔِ ﻭَﻷَِﻫْﻞِ ﺍﻟﺸَّﺄْﻡِ ﺍﻟْﺠُﺤْﻔَﺔ
َ
Telah menceritakan kepada kami [Malik bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] berkata, telah menceritakan kepada saya [Zaid bin Jubair]
bahwa dia menemui ['Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anha] di tempat menginapnya berupa tenda yang besar lagi tertutup rapat. Maka aku bertanya kepadanya: "Dari manakah dibolehkan memulai 'umrah?".
Dia menjawab: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mewajibkan bahwa
1-untuk penduduk Najed memulainya dari Qarnul Manazil,
2-bagi penduduk Madinah dari Dzul Hulaifah 3-dan bagi penduduk syam dari Al Juhfah'.
5. Dzatu 'Irqin
Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu `anha bahwa Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam menetapkan Dzatu `Irqin sebagai miqat bagi penduduk Irak. (HR. Abu Dawud dan Nasa'i). Abu Dawud dan Al-Mundziri berdiam diri (tidak menghukumi) hadis ini. Ibnu Hajar mengatakan di dalam kitab "At-Talkhish", "Hadis ini termasuk riwayat Al-Qasim dari Aisyah. Al-Mu`afi bin Imran menyendiri meriwayatkannya dari Aflah dari Al-Qasim. Al-Mu`afi ini termasuk rawi yang terpercaya."
Insya Allah bersambung ke kewajiban berikutnya
Sumber :
WA DURUS HAJI DAN UMROH
Perhatikan bagan di bawah ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar