Jumat, 04 Juli 2014

Sedikitnya Orang Yang Mau Menjelaskan Kebenaran

SEDIKITNYA ORANG YANG MAU MENJELASKAN KEBENARAN

Asy-Syaikh Muhammad bin Hady hafizhahullah

Di waktu-waktu ini –dan saya katakan dengan jujur sesuai fakta– sedikit sekali penjelasan yang menasehati dan jelas, yang banyak perkataan yang tidak jelas. Hal itu karena beberapa sebab, namun bisa disimpulkan secara umum menjadi tiga hal:

Pertama: Ketakutan orang yang berbicara terhadap keselamatan dirinya, yaitu dia sendiri tidak ingin dibicarakan atau dikritik.

Kedua: Ketakutan sebagian mereka terhadap kepentingannya, mungkin dia memiliki kepentingan dan manfaat yang akan luput darinya jika dia sampai berani berbicara dengan kebenaran.

Ketiga: Ambisi untuk memperbanyak pengikut dan mengumpulkan manusia. (seakan-akan dia mengatakan –pent): “Kalau saya sampai berani bicara, pasti orang-orang yang selama ini dekat denganku akan lari meninggalkanku.”

Engkau diperintahkan untuk menjelaskan kebenaran, bukan untuk mengumpulkan manusia (pengikut –pent), yaitu bukan semata-mata berkumpul walaupun di atas kebathilan.

Ambillah pelajaran dari sabda Nabi shallallahu alaihi was sallam:

افْتَرَقَتْ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتْ النَّصَارَى عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَسَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الْمِلَّةُ -هَذَا لَفْظٌ آخَرُ: الْمِلَّةُ-...

“Orang-orang Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan dan orang-orang Nashara telah terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan dan kelak agama –ini adalah lafazh yang lain, yaitu “millah/agama”–...”

Dan pada lafazh ini (millah/agama –pent) ini terdapat bantahan terbesar terhadap siapa saja yang mengatakan bahwa perpecahan tersebut terjadi di tengah-tengah umat yang diperintahkan untuk didakwahi (seluruh manusia –pent), bukan umat yang menerima dakwah (umat Islam saja –pent), yaitu para pengusung kesesatan dan kebathilan.

Mereka (hizbiyun dengan syubhat di atas –pent) ingin membela kelompok-kelompok sesat dan bathil, sehingga mereka bisa memasukkannya ke dalam Ahlus Sunnah.
Tetapi jelas hal itu tidak akan bisa. Karena Nabi shallallahu alaihi was sallam bersabda:

وَسَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الْمِلَّةُ...

“Dan agama ini akan terpecah…”

Maksudnya adalah umat beliau alaihis shalatu was salam.

عَلَى ثَلاثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِيْ النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً.

“…menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya di neraka kecuali satu golongan saja.”

Di dalam lafazh lain disebutkan:

افْتَرَقَتْ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِيْ النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً، وَافْتَرَقَتْ النَّصَارَى عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِيْ النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً، وَسَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الأُمَّةُ عَلَى ثَلاثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِيْ النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً.

“Orang-orang Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan, semuanya di neraka kecuali satu golongan, orang-orang Nashara telah terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, semuanya di neraka kecuali satu golongan saja, dan kelak umat ini akan telah terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya di neraka kecuali satu golongan saja.”[1]

Jadi keselamatan itu sedikit orang-orangnya, sedangkan kebinasaan itu banyak orang-orangnya. Kita memohon keselamatan kepada Allah.

Dalam hadits ini terdapat bantahan yang paling mengena terhadap siapa saja yang menyatakan: “Kalau saya berbicara yang benar, orang-orang akan lari meninggalkanku.”

Apa faedahnya mereka dekat denganmu, jika faktanya mereka tidak mengambil faedah dari ilmumu dan engkau juga tidak membimbing mereka kepada agama Allah. (padahal Allah berfirman):

﴿وإنَّكَ لَتَهْدِيْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ صِرَاطِ اللهِ الَّذِيْ لَهُ مَا فِيْ السَّمَاوَاتِ وَمَا فِيْ الأَرْضِ أَلاَ إِلَى اللهِ تَصِيْرُ الأُمُوْرُ﴾

“Dan sesungguhnya engkau (wahai Rasulullah) benar-benar membimbing manusia ke jalan yang lurus. Yaitu jalan Allah Yang memiliki apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Ketahuilah, hanya kepada Allah saja segala urusan akan kembali.” (QS. Asy-Syuraa: 52-53)

Ayat ini merupakan pensifatan dari Allah Jalla wa Alaa bagi Nabi-Nya Muhammad shallallahu alaihi was sallam.

Maka barangsiapa tidak membimbing manusia kepada jalan Allah yang lurus yang telah Dia sifati dengan firman-Nya:

﴿وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوْا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيْلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ﴾

“Dan sesungguhnya ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah jalan ini dan jangan kalian ikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Demikianlah yang Dia wasiatkan kepada kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al-An’am: 153)

Dan jalan tersebut adalah jalan yang selalu kita mohonkan kepada-Nya agar memberikan kita hidayah kepadanya dengan doa kita:

﴿اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيْمَ صِرَاطَ الذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ المَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ﴾

“Tunjukkanlah kami kepada jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat, dan bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.” (Al-Fatihah: 6-7)

Barangsiapa yang tidak menjelaskan jalan yang lurus kepada manusia dengan penjelasan sebenar-benarnya, maka demi Allah dia tidak berada di atas jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu alaihi was sallam. Dan orang tersebut adalah pendusta, betapapun dia berusaha memaksakan diri, besar atau kecil.
Jika demikian; wajib membimbing manusia kepada jalan yang benar yang jelas, terlebih lagi jika ada kebutuhan dan kebutuhan tersebut mendesak, di samping adanya para pengusung kebathilan, para penyeru fitnah dan munculnya fitnah-fitnah itu sendiri.

Jadi tidak boleh berkata yang tidak jelas, dan tidak boleh diam untuk menyampaikan kebenaran hanya karena ingin mengharapkan banyak pengikut. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu alaihi was sallam:

﴿وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤمِنِيْنَ﴾

“Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman, walaupun engkau sangat menginginkannya.” (QS. Yusuf: 103)

Juga firman-Nya:

﴿وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِيْ الأَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ﴾

“Dan jika engkau mengikuti kebanyakan manusia di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkan dirimu dari jalan Allah.” (QS. Al-An’am: 116)

Jadi jumlah yang banyak bukan dalil yang menunjukkan kebenaran dalam perkara ini (kalimat yang tidak jelas) semuanya.

Jika demikian maka berbicara yang tidak jelas ini merupakan penipuan terhadap kaum Muslimin dan merupakan sikap tidak menyampaikan nasehat yang semestinya kepada kaum Muslimin. Padahal Allah Jalla wa Alaa telah mengambil perjanjian atas kita segenap kaum Muslimin untuk saling menasehati diantara kita.

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ.

“Agama adalah nasehat, agama adalah nasehat, agama adalah nasehat.”

Sebagaimana dalam hadits Jarir radhiyallahu anhu dalam kitab Ash-Shahih.
Katika itu para shahabat bertanya: “Untuk siapakah wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab:

لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ.

“Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan mereka seluruhnya.”[2]

Sumber audio dan transkripnya:
http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=144925

[1] Dari hadits Mu’awiyah radhiyallahu 'anhu diriwayatkan oleh Abu Dawud (4597), Ahmad (4/102), Ad-Darimy (2/158 hadits ke 2521) dan Al-Hakim (1/128).
Dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu diriwayatkan oleh Abu Dawud (4596), At-Tirmidzy (2640), Ahmad (2/332) dan Ibnu Majah (3991).
Dari hadits ‘Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu diriwayatkan oleh Ibnu Majah (3993) dan Ahmad (3/120-145).
Dan dikeluarkan oleh Ibnu Abi Ashim di dalam As-Sunnah (1/32 dan 1/36). (Lihat: Minhajul Anbiya’ karya Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhaly hafizhahullah hal 133-134)
Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah mengatakan di dalam Ash-Shahih Al-Musnad Fil Qadr hal. 237-238 bahwa riwayat Abu Hurairah sanadnya hasan, sedangkan riwayat Mu’awiyah hasan lighairih, dan beliau juga mencantumkan di dalam Al-Jami’ Ash-Shahih Mimma Laisa fi Ash-Shahihian (3/491), lihat juga Shahih Al-Jami’ karya Asy-Syaikh Al-Albany rahimahullah (1082 dan 1083).
[2] Lihat: Shahih Muslim no. 55. (pent)

Alih bahasa: Abu Almass
Kamis, 5 Ramadhan 1435 H

WhatsApp Salafy Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar